Pada zaman sekarang ini kita hidup di tengah masyarakat yang serba berkebutuhan ekonomi, ekonomi merupakan sesuatu yang sangat finansial dalam kehidupan kita. Apalagi pada era digital sekarang ini, kemajuan ekonomi dianggap sebagai patokan majunya suatu bangsa.
Bangsa yang tertinggal perekonomiannya akan tertinggal pula dalam mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju.
Islam sendiri mengajarkan umatnya agar bersemangat dalam membangun ekonomi. Karena dengan ekonomi tinggi umat akan merasa nyaman dan leluasa dalam menjalankan amaliah amaliah peribadatannya, mereka tidak akan khawatir memikirkan kebutuhan-kebutuhan duniawi. Selain itu Islam juga mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa saling tolong-menolong dalam kebaikan. Bentuk pertolongan manusia terhadap sesamanya beraneka ragam, diantaranya adalah shadaqah. shadaqah merupakan suatu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam, bahkan berkali-kali Al Qur'an al karim menjelaskan betapa besarnya pahala bersedekah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Al Qur'an surah Al Baqarah ayat 261 yang berbunyi:
مَثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
Ayat ini turun berkaitan dengan sayyidina Ali bin Abi Thalib yang mana dia hanya memiliki uang 4 dirham. Ketika turun perintah bersedekah dia langsung menyedekahkan satu dirham di waktu siang, satu dirham di waktu malam, satu dirham secara sembunyi-sembunyi, dan satu dirham lagi secara terang-terangan.
Ini mengajarkan kepada kita bahwa sedekah bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Baik siang atau malam, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, yang penting tidak dilakukan dengan niat riya dan kesombongan.
Pembaca yang di rahmati Allah
Dalam bersedekah terdapat adab adab yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu:
1. Sebaiknya shadaqah dilakukan secara sembunyi-sembunyi meskipun diperbolehkan secara terang-terangan, hal ini berdasarkan firman Allah dalam Al Qur'an surah Al Baqarah ayat 271 yang berbunyi :
إِن تُبْدُوا۟ ٱلصَّدَقَٰتِ فَنِعِمَّا هِىَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا ٱلْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّـَٔاتِكُمْ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya : "Jika kamu menampakkan sedekahmu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan".
2. Berhati hatilah agar tidak mengungkit-ngungkitnya dan menyakiti hati orang yang menerima. Sesuai firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 264
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقَٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلْأَذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ الآية
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian".
3. Bersedekah dengan harta yang paling bagus. Sesuai firman Allah dalam Al Qur'an surah Ali Imran ayat 92:
لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
Artinya : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya".
Karena hal inilah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda "إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا"
Yang artinya : "Sesungguhnya allah itu maha baik dan tidak menerima kecuali sesuatu yang baik".
Syaikh Sufyan Atssauri pernah berkata "Barangsiapa yang menafkahkan barang haram dalam ketaatannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala maka dia seperti orang yang mensucikan pakaiannya dengan air kencing, dan pakaian tidak mungkin bisa suci kecuali menggunakan air yang suci pula, begitupun suatu dosa tidak akan bisa suci kecuali dengan perkara halal".
4. Hendaknya bersedekah dengan menampakkan wajah yang berseri-seri, murah senyum, wajah yang bahagia tidak karena terpaksa, hal ini berdasarkan Al Qur'an surah Al Baqarah ayat 262 yang berbunyi:
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَآ أَنفَقُوا۟ مَنًّا وَلَآ أَذًى ۙ لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya : "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
Dalam suatu riwayat dikatakan shadaqah dengan 1 dirham yang halal dengan penuh keikhlasan dan kebahagiaan itu lebih baik daripada shadaqah 100 dirham dengan perasaan yang terpaksa.
5. Hendaknya memberikan sedekah yang diberikan itu dari barang halal, dan berikanlah sedekah kepada keluarga yang membutuhkan, orang fakir miskin, kepada ulama dan kepada orang-orang sholih. sesuai firman allah dalam surah At Taubah ayat 60:
إِنَّمَا ٱلصَّدَقَٰتُ لِلْفُقَرَآءِ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْعَٰمِلِينَ عَلَيْهَا وَٱلْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَٱلْغَٰرِمِينَ وَفِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِّنَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Artinya : "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, orang orang yang berada di jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".
Diriwayatkan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda: " Apabila shadaqah keluar dari tangan pemiliknya maka dia akan berada di tangan Allah sebelum sampai ke tangan orang yang menerimanya, kemudian berbicara dengan 5 kalimat. Yang pertama yaitu: aku ini sedikit kemudian engkau menjadikanku banyak, aku ini kecil kemudian engkau menjadikanku besar, aku ini musuh kemudian engkau menjadikanku kekasih, aku ini rusak kemudian engkau menjadikanku kekal, Engkau adalah penjagaku dan sekarang akulah penjagamu.
Pembaca yang dirahmati Allah
Ada suatu kisah yang diceritakan dari Sayyidah 'Aisyah Radhiyallahu anha, Suatu hari datanglah seorang wanita menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam dan tangannya telah mengering, Dia berkata: " Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah sehingga tanganku menjadi baik seperti sedia kala". Nabi bertanya: " Apakah yang menjadikan tanganmu mengering?". Kemudian dia menjawab:" Aku bermimpi seakan-akan hari kiamat telah terjadi, neraka jahim telah dinyalakan dan surga telah dibuka. Kemudian aku melihat ibuku berada di salah satu jurang dari jurang-jurang neraka jahanam, salah satu tangannya memegang sepotong gajih, dan tangan yang lainnya memegang kain kecil yang digunakan untuk menghalau api. Aku berkata:" Wahai ibu, mengapa engkau berada di jurang ini? Padahal engkau orang yang taat kepada tuhanmu dan suamimu telah ridho kepadamu".
Ibu berkata:" Wahai putriku, Aku ini orang yang bakhil di dunia, dan disinilah tempat orang-orang yang bakhil". Kemudian aku bertanya:" Potongan gajih dan kain kecil apa Yang kulihat di tanganmu Itu?". Ibuku menjawab:" 2 barang ini adalah shadaqah yang pernah aku sedekahkan ketika di dunia, aku tidak pernah bersedekah di sepanjang umurku kecuali dengan kedua benda ini". Aku kembali bertanya:" Dan dimanakah ayahku? Ibu berkata:" Dia adalah orang yang dermawan, dan sekarang dia berada di tempat orang-orang yang dermawan di surga". Kemudian aku pergi ke surga, dan aku melihat ayahku berdiri di tepi telagamu Ya Rasulallah. Dia sedang memberi minum manusia, dia mengambil gelas dari tangan Ali, Ali mengambilnya dari tangan Utsman, Utsman mengambilnya dari tangan Umar, Umar mengambilnya dari tangan Abu Bakar, dan Abu Bakar mengambilnya dari tanganmu wahai Rasulullah. Aku berkata:" Wahai ayah, sesungguhnya ibuku yaitu istrimu Dia adalah orang yang taat kepada tuhannya dan engkau ridho kepadanya, dia sekarang terbakar di neraka jahanam sedangkan engkau memberi minum manusia dari telaga Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Maka berilah dia segelas air dari telaga itu wahai ayah!". Kemudian ayah berkata:" Wahai putriku, sesungguhnya ibumu berada di tempat orang-orang yang bakhil, orang yang bermaksiat, dan orang yang berdosa. Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mengharamkan air telaga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terhadap orang-orang yang bakhil, yang bermaksiat, dan yang berdosa. Kemudian aku mengambil segelas air telaga itu dengan telapak tanganku dan tanpa seizin ayahku, kemudian aku berikan kepada ibuku yang kehausan.
Tiba-tiba aku mendengar suatu suara " semoga allah mengeringkan tanganmu karena kamu telah memberi minum orang yang bermaksiat lagi pelit dari telaga Nabi shallallahu alaihi wasallam. Kemudian aku terbangun dan melihat tanganku telah mengering. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Sifat bakhil ibumu telah memberimu musibah di dunia lantas bagaimana musibah baginya di akhirat?”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tongkatnya di tangan wanita itu dan berkata, “Ya Allah, Dengan kebenaran mimpi yang baru saja ia ceritakan semoga engkau menyembuhkan tangannya.” kemudian tangannya sembuh dan menjadi seperti sedia kala.
Pembaca yang dirahmati Allah
Dalam bersedekah tidak terbatas hanya menggunakan uang semata, atau harta benda lainnya, akan tetapi dalam bersedekah bisa menggunakan perkara yang lain. Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:" barang siapa yang memiliki harta maka bersedekahlah dengan hartanya, barangsiapa yang memiliki ilmu maka bersedekahlah dengan ilmunya, peng barangsiapa yang memiliki kekuatan maka bersedekahlah dengan kekuatannya.
Keutamaan bersedekah sangatlah besar, bahkan apabila sedekah kita terus bermanfaat bagi orang lain, maka selama itu pula pahala kita akan terus mengalir. Seperti bersedekah untuk membangun masjid, untuk membangun pesantren, sedekah kepada orang alim, para pencari ilmu, orang shalih dan sebagainya, maka selama apa yang kita sedekah kan terus digunakan dan bermanfaat bagi orang lain maka pahala yang kita peroleh akan terus mengalir.
Sungguh dahsyat pahala bersedekah, bahkan orang-orang yang telah berada di alam kubur, mereka ingin kembali ke dunia meskipun cuma sesaat, hanya karena ingin bersedekah. Sesuai firman allah dalam surah Al Munafiqun Ayat 10 :
وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
Artinya : "Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh".
Dari kisah diatas kita dapat mengambil pelajaran tentang kemuliaan bersedekah dan azab bagi orang orang yang bakhil, dan masih banyak lagi kisah-kisah yang menceritakan tentang keutamaan sedekah. Adapun hasil menyedekahkan harta dijalan Allah adalah pahala yang sangat besar dan keselamatan dari musibah dan bala'. Baik di dunia maupun di akhirat. Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa menjalankan perintah-perintahnya, menjauhi larangan-larangannya dan melaksanakan sunah-sunahnya, dan semoga kita dijadikan orang yang serba berkecukupan, kuat iman, kuat hati, dan kuat ekonomi sehingga kita bisa membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan, dalam rangka mempererat tali silaturrahim sesama umat islam maupun sesama manusia lainnya.
Sumber : Kitab Durrotun Nasihin
By : M. Nizar Ubaidillah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H