Mohon tunggu...
Nizan Solehudin
Nizan Solehudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lakukan Segala Sesuatu Atas Nama Tuhan dan Kemanusiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Utopia

17 April 2022   21:00 Diperbarui: 17 April 2022   21:06 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku memimpikan kehidupan yang harmonis dimana manusia hidup dengan kenyamanan, kebahagiaan, dengan pikiran yang jernih, dengan suasana hati yang halus, dengan akal pikiran yang lurus dan benar tanpa dinodai kepalsuan dan dusta. 

Dimana manusia menikmati kehidupan dengan tidak sia-sia, dimana manusia mampu memberikan makna dan menafsirkan kehidupan sebagai anugerah bukan malapeteka yang tidak dikehendakinya. Saya meyakini manusia seperti itu menjadi sesuatu yang nyata namun fatamorgana, namun hal tersebut menjadi kemungkinan untuk manusia ciptakan dalam semesta yang megah dan tidak terhingga ini. 

Tuhan memang menciptakan semesta ini dengan teratur dan sesuai dengan porsinya, namun manusia memberikan tinta dan makna berdasarkan apa yang telah dicarinya, baik positif dan negatif sesuai dengan kaidah Tuhan dan kemanusiaan, kita harus kembali kepada diri sendiri dengan penuh kesadaran, walaupun Tuhan mengintervensi kehidupan manusia, tapi manusia mencipakan dunianya sendiri dengan kehendak dan nafsu yang terkadang jauh dari kaidah Tuhan dan kemanusiaan.

Jeritan dan kepedihan hati yang dialami manusia saat ini menjadi gambaran kehidupan yang tidak adanya harmonisasi dan hilangnya kemanusiaan, hidup layaknya tragedi bagi manusia yang tidak memiliki akses dan kekuatan dalam menanggulangi problematika dewasa ini, dan hidup layaknya komedi bagi mereka yang mempunyai kuasa dan control terhadap probelamtika dewasa ini. 

Manusia dalam titik ini dipertaruhkan sebagai makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan dengan pelantara akal untuk meretas jalan keadilan dan kemanusiaan, apabila akal tidak cukup kuat untuk menjawab problematika dewasa ini yang kian kompleks dan rumit, manusia masih memiliki intusi dan spiritualitas untuk menjawab problematika dewasa ini. 

Nampaknya kedalaman intuisi dan spiritualitas lebih kuat dan tajam dalam melihat problematika yang sulit dipecahkan dengan algortima matematis manusia, mungkin itu yang tidak dilirik dan didayagunakan manusia dewasa ini, sehingga problematika menjadi lebih akut dan ketat kelihatannya.

Rasa-rasanya semesta tidak memperlihatkan cahaya yang menyinari kehidupan yang memberikan energi positif terhadap manusia yang ada hanya kegelapan yang menghantui. 

Metafor ini tidak bertendensi matahari sebagai cahaya yang memberikan energi baik terhadap tubuh manusia. Kegelapan ini memperlihatkan manusia dewasa ini dihantui kecemasan, ketakutan akan menjalani kehidupan, kelesuan yang dimiliki manusia dewasa ini menyampaikan ke langit, dan langit merespon dan mentransformasikannya yang bisa dilihat dengan kedalaman jiwa dan makna yang di resapi dan diucapkan manusia. 

Nampaknya ada yang lebih rumit dari filsafat, ada yang lebih misterius dari tasawuf, apakah itu? Isi hati dan keadaan manusia nampaknya lebih rumit dan misterius dibandingkan keduanya. 

Saya tidak tau seberapa kuat lagi manusia bertahan dengan keadaan yang dialaminya dan dilaluinya dewasa ini, akan tetapi selama manusia belum menemukan identitas diri dan belum meretas jalan dengan spiritualitas dan kejernihan pikiran yang dimilikinya, mungkin memang betul penindasan dan kesedihan tidak akan berkesudahan.

Tuhan tolong beritahulah manusia untuk kembali atas tujuan dan mengapa ia diciptakan kedunia, kita ingin memutus rantai berbagai krikil-krikil nafsu dan kehendak kotor yang menghalangi harmonisasi kemanusiaan dan kedamain manusia agar menikmati semesta dan seisinya dengan substansial. Manusia yang beranekaragam yang berada di semesta ini, ia tumbuh dengan harapan atau cita-cita di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun