Seorang ustaz di pesantren berkata, "Ketika kita menerima keberagaman, kita belajar untuk saling menghormati. Dari situ, harmoni akan tercipta." Kalimat itu terus terngiang di kepala saya hingga sekarang. Saya merasa apa yang ia katakan begitu sederhana, tetapi juga sangat mendalam.
Ekskursi ini memberi saya pelajaran besar tentang arti syukur, persaudaraan, dan keberagaman. Dari para santri, saya belajar bahwa hidup tidak perlu sempurna untuk bisa bahagia. Dari para ustaz, saya belajar bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk berjarak, melainkan kesempatan untuk saling belajar.
Melalui perjalanan ini, saya juga memahami pentingnya perjumpaan. Tanpa perjumpaan, kita tidak akan pernah benar-benar mengenal satu sama lain. Dan tanpa mengenal, kita tidak akan pernah bisa menghargai perbedaan yang ada.
Ekskursi 2024 ini bukan hanya soal tempat yang kami kunjungi, tetapi tentang pelajaran hidup yang kami temukan di setiap langkah perjalanan. Pondok Pesantren Nur El-Falah menjadi salah satu babak penting dalam perjalanan itu, mengajarkan kami bahwa keberagaman adalah anugerah, dan harmoni adalah hasil dari usaha untuk saling memahami.
Seperti kata Kahlil Gibran dalam The Prophet:
"Hidup itu bekerja bersama dalam harmoni. Dan kerja adalah cinta yang terlihat."
Harmoni yang kami temukan di pesantren ini bukanlah akhir, tetapi awal dari langkah kami untuk membawa semangat itu ke dunia yang lebih luas. Harmoni yang dibangun bukan hanya dengan tangan, tetapi juga dengan hati.
Dan perjalanan ini mengajarkan saya satu hal penting: dalam keberagaman, selalu ada ruang untuk cinta dan persaudaraan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI