Jadi, adakah yang tahu sebabnya?
Saya pun masih belajar mencari tahu sebabnya. Padahal dunia itu luas, ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan yang signifikan. Kadangkala seseorang menanam pohon untuk dirinya, namun tiba-tiba esoknya meninggal belum sempat menikmati hasilnya. Atau seperti Imam Nawawi, salah satu ulama’ fiqih yang paling berpengaruh di dunia, meninggal di usia 45 tahun, padahal belum sempat menikah.Â
Atau seperti ulama’ kita, Al Habib Munzir Al Musawwa dan Ustadz Jeffry Al Buchori yang meninggal di usia 40 tahun, usia yang sangat singkat, meninggalkan kita yang sangat mencintai beliau.
Aneh memang, kematian tak pandang bulu. Apalagi juga banyak yang meninggal dari kalangan ulama, kyai, ilmuan, akademisi, professor, dokter, yang sangat dibutuhkan masyarakat. Seperti kejadian kemarin, professor UGM berinisial ID meninggal karena covid 19. Meninggalkan seluruh karyanya. Bila waktu kita terbatas, lalu apa rahasia keberadaan kita di muka bumi sebenarnya?
Dan alhamdulillah, saya mendapat sedikit penjelasan dari guru kita, Al-Habib Novel Al Aydrus, tentang hal ini melalui youtube. Bisa searching dengan judul ‘waktumu terbatas’ jadi begini penjelasan beliau.
Rata-rata umur manusia berkisar antara 60-70 tahun saja. Bagi Anda yang 40 tahun ke atas berarti siap-siap. Limit hidupnya tinggal dikit lagi, tak tahu kita kapan berakhir. Kita tidak tahu berapa waktu yang kita miliki, ini yang menarik.
Allah kasi kita waktu, tapi Allah tak beri tahu batas waktu kita. Agar kita betul-betul menghargai apa yang Allah beri untuk kita. Menghargai setiap tarikan nafas, hembusan nafas. Salah satu firman Allah dalam surah Az-Zariyat ayat 56 : ‘Tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku’
Para ulama telah menerangkan tafsir kata liya’buduni, di antaranya adalah agar mereka semua kenal sama aku, liya’rifuni. Liya’buduni adalah untuk ibadah dengan seluruh anggota badan, melaksanakan syariat Allah. Bila kita ringkas, liya’buduni adalah beribadah dengan sekujur anggota tubuh dengan hati kenal Allah subhana hu wata’ala.
Itulah misi kita di muka bumi, untuk mengenal Allah dan menggunakan seluruh fasilitas yang Allah berikan untuk mengabdi menjadi hamba Allah. Bermesra-mesraan dengan Allah, berdua-dua dengan Allah di manapun kita berada.
Dimanapun dan kapanpun, hati gak putus kontak dengan Allah.
Dan bagaimana hati bisa lepas dari Allah? Kok bisa kita berpaling dari Allah yang maha baik, maha mengerti, maha memahami, maha dekat. Kenapa seringkali lalai dari Allah? Kalau kita berpaling dari Allah berarti kita belum kenal Allah. Kalau kita berpaling dari Allah berarti kita belum mengenal maha baiknya Allah.