Pandemi Covid-19 menyebabkan semua kegiatan termasuk pekerjaan dan pendidikan dibatasi. Kegiatan-kegiatan tersebut dialihkan menjadi suatu kegiatan secara online. Pada awal pandemi tidak hanya itu saja yang dibatasi, tetapi kegiatan seperti belanja juga dibatasi.
Dengan berkembangnya teknologi, hal-hal tersebut tidaklah mustahil dilakukan dari rumah. Hal ini terus berlanjut meskipun pembatasan ini sudah dilonggarkan sehingga menimbulkan kebiasaan bermalas-malasan dan sering menunda pekerjaan yang ada (procrastinating).
Kebiasaan tersebut sebenarnya tidak hanya disebabkan oleh pandemi. Pelajar yang bisa disebut sebagai kaum milenial sudah memiliki kebiasaan ini sejak lama. Kaum milenial dikenal dengan kebiasaannya yang ingin serba instan dalam segala hal.
Dapat dikatakan bahwa generasi milenial merupakan generasi yang cepat dalam mengejar perkembangan teknologi. Generasi milenial sangat mahir dalam mengaplikasikan perkembangan teknologi yang ada, apalagi jika berhubungan dengan mempercepat kebutuhan mereka.
Hal-hal tersebut membuat sebagian besar orang saat ini menjadi lebih malas khususnya pelajar. Pelajar hanya belajar pada saat sebelum ujian. Pada hari-hari biasa, mereka lebih sering menghabiskan waktu dengan bersantai, main game, serta hal-hal kurang penting lainnya dan terkadang menelantarkan tugas-tugas mereka. Oleh karena itu, kebiasaan untuk menunda suatu pekerjaan menjadi lebih marak terjadi saat ini. Kebiasaan tersebut sering disebut sebagai “procrastination”.
Apa sih sebenarnya procrastination itu?
Menurut Freeman (2011:375) Procrastination is a prevalent and complex psychological phenomenon that has been defined as the purposive delay in beginning or completing a task.
Artinya, prokrastinasi adalah suatu fenomena psikologis yang lazim dan komplek yang didefinisikan sebagai penundaan purposif pada awal atau penyelesaian sebuah tugas. Sedangkan secara bahasa procrastination berasal dari dua kata bahasa latin, yaitu pro yang berarti meneruskan dan crastinus yang berarti besok. Jadi, procrastination dapat diartikan sebagai “meneruskan esok hari” atau “lakukan nanti saja”.
Kenapa sih Procrastination bisa muncul?
Penyebab dari procrastination belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi munculnya procrastination, antara lain:
- Perasaan. Seseorang sering merasa takut, sehingga lebih memilih untuk tidak melakukan sesuatu daripada menghadapi rasa takutnya.
- Waktu. Ketika waktu yang kamu butuhkan tidak sesuai dengan jadwalmu, hal itu akan membuatmu kesulitan untuk fokus. Hal ini, dapat membuatmu malas untuk bahkan menyentuh pekerjaan.
- Biologis. Hal ini mengacu pada poin pertama. Banyaknya hal yang kamu hindari/tidak kamu hindari akan mempengaruhi struktur dan fungsi otak. Ketika kamu sering menghindari sesuatu dan merasa nyaman dengan hal itu, maka lama-kelamaan kamu akan terbiasa untuk menghindar.
Faktor-faktor tersebut tidak untuk ditolak, dilupakan, maupun disalahkan. Akan lebih baik jika kita dapat menerimanya dan mencari tahu langkah apa yang baik untuk dilakukan kedepannya.
Aku Procrastinator atau bukan ya?
Banyak orang yang tidak mengetahui apakah dia seorang procrastinator atau hanya mengerjakan tugas sesuai tingkat prioritas mereka. Lalu, bagaimana sih cara kita mengetahui bahwa kita telah menjadi seorang procrastinator? Burka dan Yuen (2008) menjelaskan ciri-ciri seorang pelaku prokrastinasi antara lain:
- Procrastinator lebih suka untuk menunda pekerjaan atau tugas- tugasnya.
- Berpendapat lebih baik mengerjakan nanti daripada sekarang, dan menunda pekerjaan adalah bukan suatu masalah.
- Terus mengulang perilaku prokrastinasi.
- Pelaku prokrastinasi akan kesulitan dalam mengambil keputusan.