Mohon tunggu...
Lyfe

Kue Coklat Perekat Kehangatan Keluarga

15 Maret 2018   23:32 Diperbarui: 15 Maret 2018   23:54 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir pekan adalah waktu yang ditunggu oleh semua orang. Akhir pekan cukup identik dengan keinginan untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat, seseorang spesial, atau mungin orang-orang yang memang menjadi prioritas Anda, inijuga berlaku untuk saya tentunya. Akhir pekan saya, cenderung saya dedikasikan pada kategori terkahir. 

Ya, yaitu untuk orang-orang yang menjadi prioritas saya. Spesifiknya, keluarga. Jika berbicara soal keluarga, tentu masih ada bagian lebih detail lagi. Keluarga mana yang dimaksud? keluarga inti? keluarga besar? apa bisa keduanya saling berhubungan dan pada akhirnya menciptakan suatu kehangatan keluarga? Terkadang kita membutuhkan dan perlu menciptakan momen tersendiri untuk dapat memperoleh kehangatan itu. Tapi tidak menutup kemungkinan kehangatan keluarga terasa dengan intensitas yang berbeda di waktu yang tidak terduga.

Saya menghabiskan suatu akhir pekan dengan menonton salah satu film kartun Indonesia pada bulan Desember dengan adik sepupu saya yang duduk di bangku SD (Sekolah Dasar). Kami menonton di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan BSD (Bumi Serpong Damai). Saat iklan masih berjalan, tiba-tiba adik sepupu saya berbisik,

"Aku mau coklat dong", katanya. 

 "Coklat? Oke nanti di supermarket bawah ada kok coklat. Kita beli ya" sambil berpikir, saya menjawab.

"Bukan. Itu loh, kue coklat yang waktu itu. Enak", jawabnya smabil menggelengkan kepala. 

Saya terdiam kembali, berpikir kue coklat apa yang dimaksud. Saya mencoba mengingat. Ternyata, kue coklat yang adik sepupu saya maksud adalah kue coklat yang pernah saya buat waktu adik sepupu saya berkunjung ke rumah beberapa bulan yang lalu.

Pernahkah Anda mendengar bahwa anak kecil memiliki kecenderungan untuk bersikap jujur tanpa rekayasa. Jika seorang anak kecewa, dia tak akan malu menunjukkan kekecewannya. Jika sedih, dia tidak segan untuk menangis. Jika senang, dia akan tertawa bahagia menyesuaikan dengan keadaan. Sama hal-nya dengan suka dan tidak suka seorang anak pada suatu hal, anak akan sesederhana mungkin mengikuti kata hatinya. 

Pada saat itu, ada rasa hangat dengan intensitas yang berbeda yang saya rasakan. Kehangatan itu muncul tanpa perlu diciptakan. Effortless. Fakta bahwa adik sepupu saya yang masih SD itu mengingat rasa kue coklat buatan tangan saya, dan meminta kembali untuk dibuatkan sungguh membuat saya tersenyum. Bahagia itu sederhana, kata pribahasa. Kehangatan keluarga yang saya alami saat itu mungkin dapat saya golongkan sebagai bahagia yang sederhana versi saya.

Berbicara tentang kue coklat yang kini menjadi favorit adik sepupu saya, ada cerita tersendiri dibalik kue coklat buatan saya itu. Jujur, saya baru menyadari bahwa makanan memang menjadi perekat dan penghangat dengan keunikan tersendiri, sejak tiga tahun terkahir ini. 

Jika Anda pernah melihat iklan memvisualisasikan makan bersama dapat menciptakan hubungan yang lebih dekat antar individu dan individu lainnya, proses memasak adalah justru yang memilki tempat tersendiri bagi saya. Singkatnya, saya membangun hubungan yang lebih dekat secara emosional dengan Ibu saya melalui proses memasak. Betul, ternyata dapur menjadi tempat kami saling bercerita dan bertukar pikiran. 

Untuk menciptakan resep yang sesuai, waktu yang kami habiskan bersama di dapur tidaklah sebentar. Mungkin saya bukan satu-satunya yang melakukan hal ini. Mungkin sebelum saya, banyak orang lain yang melakukan aktifitas di dapur. Perbedaannya, kini saya melihat proses memasak dari perspektif lain. Perspektif kehangatan keluarga.

Kue coklat itu adalah salah satu produk dari usaha kue kering yang iseng-iseng saya buat. Masih berdasarkan permintaan dan memang belum saya seriusi. Tujuan awalnya memang bukan untuk keuntungan, tapi lebih kepada proses saya belajar pada Ibu dan mengapresiasi apa yang menjadi kesukaan beliau. Jika boleh berangan, utamanya saya berniat untuk mewariskan kemahiran resep Ibu dalam mengolah makanan kepada anak-anak saya kelak. 

Angan lebih besarnya lagi, saya ingin meningkatkan awarenessmasyarakat bahwa hubungan dalam hal ini komunikasi yang sehat antara keluarga khususnya Ibu dan anak sungguh bisa diciptakan dari memasak di dapur. Tidak hanya dengan belanja bersama atau liburan ke luar kota bahkan luar negri. Hubungan yang sehat sebetulnya tidak memberi standar biaya tinggi yang identik dengan kesenangan di luar rumah. 

Beberapa hari yang lalu, orang tua saya berkunjung ke Tasikmalaya. Berbeda dari rencana awal, orang tau saya akhirnya pulang naik kereta bersama Om saya yang merupakan Ayah dari adik sepupu saya itu, si penyuka kue coklat. 

Pada saat itu Om saya berinisiatif untuk membelikan tiket kereta untuk kedua orang tua saya. Sebagai rasa terima kasih, teringat adik sepupu yang bukan lain adalah anaknya, akhirnya saya memutuskan untuk kembali membuat kue coklat untuk mereka. Rasa terima kasih adalah ungkapan lain dari kasih sayang. Tidak perlu menunggu hari spesial tertentu untuk menciptaknnya. Kue coklat itu saya titipkan ke kantor Om saya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
 Saya bersyukur, kehangatan keluarga antara saya dan Ibu yang kami ciptakan di dapur melalui kue coklat dapat turut dirasakan adik sepupu saya, dan ternyata kehangatan itu akhirnya berbalik lagi saya rasakan tanpa saya paksa ciptakan. Apresiasi itu datang dari anak kecil yang jujur terhadap apa yang dia sukai. Kue coklat sederhana saya ternyata mampu menceriakan kehangatan keluarga besar kami. 

Tentu selain kue coklat, masih banyak kue-kue dan masakan lain yang berpotensi mampu menceriakan kehangatan keluarga Anda. Jika setelah membaca artikel ini, Anda berniat ke dapur dan melakukan upaya yang sama dengan saya, pastikan segala tools yang dibutuhkan lengkap, aman, dan telah tersedia di dapur sehingga terjamin proses memasak tidak terhambat. 


Semoga, Anda dapat menceriakan kehangatan keluarga Anda dan turut merasakan kebahagiaan sederhana yang saya alami . In all cultural tradition, food is only one aspect but yet it is probably one of the most persistent. Because nothing establishes love, family, and friendship so forcefully as eating together.

Have a  fun-productive weekend!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun