Mohon tunggu...
Nita Sari
Nita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Geografi Universitas Lambung Mangkurat

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemasalahan Terkait Kondisi Lingkungan yang Terjadi di Kota Ambon Maluku Pada Tahun 2023-2024

2 September 2024   22:49 Diperbarui: 2 September 2024   22:53 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

      Pada tahun 2023-2024, Kota Ambon di Maluku menghadapi masalah lingkungan yang cukup serius terkait dengan pengelolaan sampah. Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang pesat di kota ini telah menyebabkan peningkatan volume sampah yang signifikan, namun kapasitas pengelolaan dan infrastruktur yang ada belum memadai untuk menangani limbah tersebut secara efektif. 

Banyak sampah yang tidak dikelola dengan baik berakhir di sungai-sungai dan pesisir pantai, yang berdampak negatif terhadap ekosistem laut dan kualitas air. Selain itu, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang baik masih rendah, yang memperburuk situasi. 

Pemerintah setempat telah berupaya untuk mengatasi masalah ini melalui berbagai inisiatif, seperti program pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan peningkatan fasilitas daur ulang, namun tantangan besar masih ada terutama dalam hal implementasi yang konsisten dan keterlibatan masyarakat secara luas.

      Berikut adalah beberapa permasalahan lingkungan terkait dengan sampah yang ada di Kota Ambon Maluku yang terjadi pada tahun 2023-2024, yang saya peroleh dari berbagai Media Massa dan kemudian di buat menjadi framing text.

1.  Plastic Odyssey ajak komunitas lingkungan di Ambon perangi sampah

      Dilansir dari  ambon.antaranews.com (05/06/2024), Plastic Odyssey merupakan organisasi perintis yang didedikasikan untuk mengurangi polusi plastik di seluruh dunia. Dengan menggabungkan inovasi, edukasi, dan keterlibatan masyarakat. Plastic Odyssey juga berupaya menciptakan solusi berkelanjutan untuk krisis sampah plastik. Ambon merupakan kota kepulauan yang dinamis, dan saat ini menghadapi tantangan yang signifikan dengan polusi plastik, yang mana ini mempengaruhi pantai-pantai yang masih asli dan kaya akan kehidupan biota lautnya. Oleh karen itu, Plastic Odyssey siap untuk berkolaborasi dengan pemerintah daerah, organisasi, dan masyarakat setempat untuk bersama-sama mengatasi krisis lingkungan di Ambon. Tim Plastic Odyssey akan mendemonstrasikan teknologi daur ulang yang bisa mengubah sampah plastik menjadi produk yang bermanfaat. Solusi ini juga dirancang agar bisa menghemat biaya dan bisa memberikan manfaat jangka panjang untuk perekonomian dan juga lingkungan setempat.

2. Sarat Masalah DAS Kota Ambon: Sampah Plastik, Bangunan Ilegal, dan Cemaran Logam Berat

      Dilansir dari mongabay.co.id (02/12/2023), Warga yang mendiami wilayah sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) di Ambon sering membuang sampah dalam sungai karena tidak tersedia tong sampah disedikan pemerintah, TPS hanya tersedia di jalan-jalan utama  dan jauh dari pemukiman warga. Jalur inspeksi pelayanan sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan belum menjangkau permukiman di perbukitan, lerengan, dan sempadan s. Permukiman di sekitar daerah serapan hujan di bagian atas Ambon tumbuh sekitar 4 ribu hektare dalam 10 tahun. Alih fungsi ini akan berdampak terhadap pergerakan air karena satuan tutupan lahan telah berubah. Tim Survey ECOTON menyebutkan jika Sungai Wai Ruhu, Wai Batu Merah dan Wai Batu Gajah telah tercemar logam berat seperti Fosfat dan logam berat Mangan (Mn). Padahal ketiga sungai ini, dimanfaatkan warga untuk kebutuhan air bersih dan konsumsi. Merujuk sejumlah jurnal, Izmail [2011] mengatakan kandungan fosfat akan berdampak buruk pada pencernaan bila dikonsumsi terus menerus. Adapun mangan, menurut Satmoko Yudo [2006], bisa menyebabkan keracunan. Keracunan metal kelabu-kemerahan ini seringkali bersifat kronis. Gejalanya bisa berupa gangguan pada sistem syaraf: dari insomnia, lemah pada kaki dan otot muka, hingga menyebabkan ekspresi muka beku seperti topeng. Banyaknya tumpukan sampah di pinggiran jalan, sungai, dan teluk, maka dapat di simpulkan bahwa secara keseluruhan pengelolaan sampah di Ambon sangat buruk.

3. Sampah Masih Jadi Masalah di Ambon

      Dilansir dari fmrsb.org (25/02/2024), Kota Ambon sampai saat ini masih diperhadapkan dengan masalah sampah yang disebabkan antara lain, karena semakin bertambahnya jumlah penduduk dan bertambah pula volume sampah yang setiap hari sebesar 246,74 ton per hari. Dikatakan, dengan kondisi geografi dan topografi Kota Ambon yang merupakan daerah berbukit terjal menyebabkan terkendala pelayanan persampahan. 

Kondisi TPA tidak sebanding dengan jumlah sampah yang masuk, dimana dalam satu hari yang diangkut ke TPA sebesar 185,5 ton per hari serta pengurangan sampah dari sumbernya masih hanya sebesar 0,65 persen. Hal ini diartikan bahwa pembatasan timbunan sampah yang dihasilkan masyarakat sangat kecil dan masih rendahnya kesadaran kita semua tentang pentingnya pengelolaan sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun