Mohon tunggu...
ꦤꦶꦠ_ꦭꦺꦴꦒ꧀
ꦤꦶꦠ_ꦭꦺꦴꦒ꧀ Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦖🗝️🔥🧀

🐇🦖🗝️🔥🧀

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Demi Si Gendut "Hadangan", Saya Rela ke Kalimantan Selatan

23 Maret 2016   13:44 Diperbarui: 6 Oktober 2017   08:40 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika musim kemarau tiba, mereka tidak bisa pulang ke kalang. Air rawa yang menyusut membuat mereka kesulitan untuk naik ke kalang, berat badan mereka tidak memungkinkan untuk menaiki tangga kalang. Bisa Anda bayangkan bukan, betapa sangat lucunya mereka! Dan itu bisa berbulan-bulan mereka berada di luar dari kalangnya. Tetapi jangan khawatir, para pemilik kerbau rawa sudah membuat kalang sendiri di rawa yang dangkal. Sehingga, mereka tidak akan berenang sepanjang hari. Sebaliknya, bila musim hujan, maka setiap sore, mereka akan pulang dan mudah menaiki tangga. Karena posisi air rawa yang meninggi hingga batas lantai kalang.

[caption caption="Berkumpul di kubangan saat air rawa surut - Dokumen Pribadi"]

[/caption]Saya sempat bertanya kepada bapak pemilik kapal klotok yang saya sewa tentang asal-usul mengapa kalang hadangan ada di tengah rawa jauh dari pemukiman penduduk. Jawaban yang cukup masuk akal bagi saya adalah agar tidak mengganggu lingkungan rumah dengan polusi udara dan kotoran kerbau. Juga karena lahan area wilayah tersebut memang sebagian besar berupa rawa. Saya jadi berpikir, siapa orang pertama kali yang memiliki ide secermelang ini, membangun kalang di tengah rawa nun jauh? Pertanyaan yang sekali lagi juga lupa saya tanyakan pada saat itu.

Walaupun melihat kerbau sudah biasa di desa tempat leluhur saya, melihat kerbau yang benar-benar nyata hidup di tengah-tengah rawa yang luas, mencari makan dengan berenang seharian, itu suatu hal yang membuat saya terkesan dan membuat saya senang hari itu. Saya anggap itulah kearifan masyarakat lokal, pada akhirnya menjadi daya tarik sendiri. Berbeda dengan peternakan kerbau lain di darat. 

[caption caption="Foto oleh Adi Chandra"]

[/caption]Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun