Ketika ditanya, apa yang menarik dari Kalimantan Selatan?
Jawabannya kemungkinan besar :
Pasar terapung?
Belanting bambu?
Bukit-bukit hijau ala Sumba?
Suku Dayak?
Air terjun?
Tidak... tidak, bukan itu semua, walaupun yang saya sebutkan di atas benar.
Ada satu yang istimewa, yang membuat saya dan wisatawan asing rela jauh-jauh datang ke tempat ini hingga tidur di kantor polisi. Melihat Si Gendut yang pandai berenang.
Saya perkenalkan, siapa Si Gendut ini. Nama latinnya adalah Bubalus Bubalis Carabauesis atau nama lokal dalam bahasa Banjar disebut Hadangan atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut Kerbau Rawa. Ya, Si Gendut adalah kerbau yang hidup di tengah rawa-rawa di Kalimatan Selatan.
Menurut seorang sahabat, kerbau rawa ini hidup di dua tempat di kawasan rawa-rawa di Kalimantan Selatan, yaitu di Danau Bangkau Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan di Danau Panggang Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dan saat itu saya memilih Negara sebagai tempat untuk melihat Si Gendut, kerbau rawa.
*Sedikit tambahan pengetahuan, kerbau rawa juga ada di Sumatera Selatan tepatnya di Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir.*
Dengan menggunakan kapal kalutok atau klotok yang saya sewa, saya beserta seorang teman menyusuri sungai kecokelatan bagaikan kopi cappuccino, yang entah apa namanya, saya lupa bertanya, dari dermaga kecil kota Negara. Seperti sungai-sungai di Kalimantan pada umumnya, di kanan dan di kiri tepi sungai banyak berdiri rumah warga. Sungai ini tidak hanya sebagai tempat tinggal, tapi juga sebagai tempat berbagai macam aktivitas warga sehari-hari, dari mandi, mencuci, memasak bahkan hanya duduk bercengkerama dengan para tetangga atau bisa saja sebagai ajang mencari jodoh.
[caption caption="Rumah-rumah di sungai - Dokumen Pribadi"]
[caption caption="Bersiap-siap Mencari Makan - Foto oleh Adi Chandra"]
[caption caption="Sang Penggembala Menggiring Kerbau Rawa - Foto oleh Adi Chandra"]
[caption caption="Pemandangan yang Memanjakan Mata - Dokumen Pribadi"]
[caption caption="Kalang Hadangan - Dokumen Pribadi"]
Jika musim kemarau tiba, mereka tidak bisa pulang ke kalang. Air rawa yang menyusut membuat mereka kesulitan untuk naik ke kalang, berat badan mereka tidak memungkinkan untuk menaiki tangga kalang. Bisa Anda bayangkan bukan, betapa sangat lucunya mereka! Dan itu bisa berbulan-bulan mereka berada di luar dari kalangnya. Tetapi jangan khawatir, para pemilik kerbau rawa sudah membuat kalang sendiri di rawa yang dangkal. Sehingga, mereka tidak akan berenang sepanjang hari. Sebaliknya, bila musim hujan, maka setiap sore, mereka akan pulang dan mudah menaiki tangga. Karena posisi air rawa yang meninggi hingga batas lantai kalang.
[caption caption="Berkumpul di kubangan saat air rawa surut - Dokumen Pribadi"]
Walaupun melihat kerbau sudah biasa di desa tempat leluhur saya, melihat kerbau yang benar-benar nyata hidup di tengah-tengah rawa yang luas, mencari makan dengan berenang seharian, itu suatu hal yang membuat saya terkesan dan membuat saya senang hari itu. Saya anggap itulah kearifan masyarakat lokal, pada akhirnya menjadi daya tarik sendiri. Berbeda dengan peternakan kerbau lain di darat.
[caption caption="Foto oleh Adi Chandra"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H