Wajahnya tidak terlalu menyiratkan sukacita. Ada rasa galau terlihat tetapi kemampuan pengendalian dirinya tidak menyangatkan rasa galau itu. Beberapa saat kemudian, mobil itu melaju pelahan menuju arah utara dan keluar dari kawasan rumah Ibu Rahutami.
Sementara itu di meja makan..
"Mbok Tirah dan Ibu, ini benar-benar enak. Mamak Saya orang Jawa juga, beliau berasal dari Surabaya. Rawon juga menjadi makanan yang tidak asing untuk Saya. Makanan hari-hari." Ganesha memuji masakan Mbok Tirah dan menjelaskan pada Ibu mengenai keluarganya.
"Wah terima kasih jika berkenan.. Oh, jadi Nak Ganesha ada keturunan Jawa juga, ya?" Ibu menanggapi.
"Iya, Bu. Saya separo Jawa. Ayah Saya bermarga Sembiring. Kami orang Karo, Ibu. Maka banyak yang becanda, kami ini PerJaKa, Peranakan Jawa dan Batak Karo.."
Semua menanggapi dengan tertawa perbincangan yang terjadi di meja makan petang itu. Ponsel Mentari berbunyi, tas tangan yang sedari tadi masih terlilit di pundaknya, dibukanya dan diambilnya dari dalam tas berwarna hitam coklat itu.
Muncul di layar ponselnya, wajah keponakannya tercinta. Yvonne. Poni tebalnya semakin melukiskan kelucuan wajahnya.
"Halo, Ipong.. "
Mentari terlibat obrolan santai dengan Yvonne kemudian bergantian dengan Ibu Rahutami. Adegan yang sangat intim antara ketiganya.
"Lho, Eyang itu capa di cebelah, Ibu Cici?" Yvonne membahasakan Mbok Tirah dengan sebutan Ibu Cici, karena kecadelannya.
"Om ada lambut di dagunya.. " kembali Yvonne berceloteh mengenai rambut di dagu Ganesha.