Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

[Rasa Mentari] Menautkan Hati

24 Desember 2023   10:42 Diperbarui: 24 Desember 2023   10:44 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi / Sumber : Pexels (Julia Volks)

Ada langkah kaki yang mendekat kemudian dengan sigap membantu Mentari menangkap tubuhnya yang terguling di ceruk tanah beberapa ratus meter dari area camp. Mentari melihat sekilas, nampak seperti Ganesha, tapi kemudian gelap….

Beberapa saat Mentari tidak sadarkan diri, kemudian…

Mata Mentari mulai terbuka, samar-samar dilihatnya sepasang mata yang sedang melihat ke arahnya. Mata Ganesha.

“Hai…”

Sapaan itu begitu lembut. Mentari merasakan usapan telapak hangat yang begitu hangat di keningnya. Kepalanya masih pusing, kemungkinan kepalanya terbentur akar juga. Ada rasa nyeri di pelipis kanannya.
Mata Mentari masih begitu berat untuk terbuka.

“Istirahatlah dulu.”

Perkataan Ganesha itu masih didengarnya sayup-sayup…

***

Sementara itu di area camp begitu dinamis. Hari pertama, setelah dilakukan pendaftaran ulang, kegiatan dibagi menjadi dua bagian. Seminar serta parenting kemudian aktivitas lomba bagi anak-anak. Ada kesenian dan olahraga.

Aktiivitas seminar serta parenting dilaksanakan di tenda besar tempat pembukaan kegiatan itu dilaksanakan, sementara kegiatan lomba dilakukan secara outdoor. Ada lomba mewarnai serta melukis, kemudian ada unjuk seni, kemudian ada lomba lari, voli, kemudian ada juga catur. Ada juga lomba memasak.

Rangkaian kegiatan ini dilakukan selama 3 hari. Begitu baik persiapan yang dilakukan panitia camp. Fasilitas doom diperlengkapi penghangat. Kesehatan peserta menjadi prioritas. Ada dokter, perawat, psikolog yang dilibatkan. Event pertama ini secara keseluruhan cukup baik.

Semua terselenggara atas kolaborasi pihak swasta dan pemerintah, dalam hal ini Dinas Sosial sebagai koordinator. Beberapa elemen masyarakat LSM juga terlibat aktif. Kegiatan ini memang bertujuan untuk mewadahi kegiatan para difabel dari sisi kemandirian.

Di kegiatan ini juga akan dilelang beberapa lukisan dan karya seni lain yang dibuat oleh mereka. Hal ini dilakukan semata untuk membantu mereka dalam hal kemandirian finansial, serta sosial.

Begitu baik kolaborasi dan sinergi yang terjalin dalam acara camp ini. Beberapa elemen masyarakat dalam wadah LSM melakukan koordinasi lebih dari enam bulan demi terselenggaranya event ini. Banyak sukarelawan dan profesional yang terlibat dalam kegiatan ini.

***

Mentari masih terbaring di tenda perawatan berwarna putih-oranye. Di sana sudah ada Lydia dan Miko. Tampak sosok seperti Ganesha masih menemani.

Lydia, Miko, dan Ganesha nampak terlibat pembicaraan yang cukup serius. Mentari mulai bisa melihat dengan cukup jelas. Dia berada di doom perawatan. Doom berwarna putih dan oranye, ditambah lambing PMI. Ada beberapa rak berisi perlengkapan kesehatan di sisi kanan. Ada dua buah tabung oksigen ukuran tanggung berwarna putih.

Pembicaraan Lydia, Miko, dan Ganesha nampaknya seputar permintaan Ganesha untuk membawa Mentari pulang terlebih dulu dan berkoordinasi untuk menambah sukarelawan dalam dua hari ke depan.

“Kak, lebih baik, Mbak Mentari dibawa pulang dulu saja. Besok tim dari Yogya dan yang di Semarang akan datang.Insyaalah. Ada beberapa mahasiswa yang kami hold dulu, kita masih ada ada cadangan doom juga. Jangan khawatir.” Miko memberi peneguhan pada Ganesha.

Suara Miko sangat jelas terdengar di telinga Mentari. Sayup-sayup juga terdengar, riuh rendah suara anak-anak yang sedang melakukan aktivitas lomba di camp. Suara toa yang cukup jelas dari para sukarelawan menyemangati.

Lydia dan Miko meninggalkan Ganesha dan Mentari. Langkah Ganesha mendekati Mentari. Mata Mentari sudah terbuka sempurna. Melihat Mentari Ganesha tersenyum senang, ada gurat khawatir yang lambat-laun sirna.

“Hai, puji Tuhan..!” Tangan Ganesha menggegam Mentari spontan. Mentari meneteskan air mata, entah air mata apa itu. Tiba-tiba saja ada rasa yang menggelayuti hati Mentari dan merontokkan pertahanan si hati titanium itu. Lengan merengkuh tubuh Mentari dalam pelukannya.

“Tidak apa, semua sudah terlewati”, suara lembut Ganesha menenangkan Mentari.

“Terima kasih.., Mentari membalas kalimat Ganesha.

Rengkuhan lengan Ganesha untuk Mentari berlangsung beberapa saat, nampak tangan kanan Ganesha mengambil saputangan di saku celana kanannya. Ganesha memegang saputangan itu beberapa saat menunggu tangisan Mentari sedikit, Mentari masih sesenggukan. Beberapa menit kemudian setelah cukup tenang, saputangan berwarna biru muda itu diselipkan di tangan kanan Mentari.

Mentari kemudian menyeka air mata menggunakan saputangan Ganesha itu. Ganesha meraih air mineral dan memberikan pada Mentari setelahnya.

“Koq bisa ada di sini? Paket donasi untuk Rembang bagaimana?”

“Mujizat…” Ganesha menanggapi pertanyaan Mentari dengan senyuman.

“Ada kawan yang akan berangkat menjenguk saudaranya, ketemu di pom bensin menuju Sayung dia menawarkan untuk mengantarkannya.. Eh ternyata di sini ada yang main akrobat dan lebih butuh bantuanku..” Ganesha mulai becanda dengan Mentari.

“Ih, siapa juga yang main akrobat. Kesandung….” Mentari membalas ledekan Ganesha.

“Ayo kita pulang dulu. Sembuhkan lukamu dulu. Aku antar..”

“Maafkan aku, malah nambain kerjaanmu..”

“Menyenangkan, senang ditambain kerjaan begini…” Ganesha ngeledekin lagi..

“Aku bawakan ini.. tadi mampir bentar di Pandanaran..” Ganesha membukakan makanan kemasan yang dibelinya dari salah satu resto fastfood di jalan Pandanaran. Ganesha memberikan makanan tersebut pada mentari dan menyiapkan minuman yang dibelinya untuk Mentari.

Barisan pohon pinus di seputar camp meliuk liuk terhempas angin. Ikut menyaksikan adegan hangat tersebut. Senyum terkembang di bibir Mentari. Beberapa kali Ganesha dan Mentari terlibat adu argument yang diakhiri dengan tawa lepas keduanya. Belum pernah ada sebelumnya semenjak perkenalan itu.

Ganesha keluar dari doom tempat Mentari dirawat sementara untuk membereskan beberapa perlengkapan Mentari di doom 11. Sementara itu, Mentari menyuap makanan yang diberikan Ganesha. Tertulis : Bento – Dori Teriyaki dan Ebi Furai.

Ada langkah yang memasuki doom perawatan. Ternyata Miko.

“Kak, bagaimana kondisinya?”

“Lebih baik, Kak Miko. Maaf ya, saya jadi bikin repot.”

“Tidak, Kak Mentari. Kami terima kasih sekali, Kakak mau nengokin kami dan mau datang. Berharap nanti Kak mau terlibat lebih lanjut dengan komunitas kami.”

“Saya sedang memikirkannya, Kak Miko. Terima kasih banyak untuk kesempatan belajar di sini.”
“Sama-sama, Kak Mentari. Kak, saya ada menitipkan beberapa merchandise dari komunitas. Oh iya, berharap Kak Mentari mau jadi donatur untuk komunitas kami, hehehe..”

“Oh baik, Kak Miko. Nanti saya minta no rekeningnya saja, Kak. Saya ada beberapa komunitas sosial di Bandung nanti saya akan coba juga untuk mengajak mereka untuk berdonasi. Kriteria donasi selain uang apakah ada?”

“Ada, Kak. Nanti kita agihkan waktu untuk lakukan zoom meeting untuk menjelaskan lebih lanjut kebutuhan dan kegiatan aktivitas.”

“Baik, Kak, saya tunggu.”

Pembicaraan itu terhenti ketika Ganesha masuk ke dalam doom. Ganesha memanggil Miko keluar doom. Miko dan Ganesha terlibat dalam pembicaraan sebentar dan kemudian Ganesha masuk kembali ke doom. Ganesha menghampiri Mentari yang sedang menyuapkan suapan terakhir ke mulutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun