Bermain puzzle merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan keterampilan problem solving anak-anak.
Kita bisa mulai dari puzzle dua keping dan secara gradual bisa ditingkatkan jumlah kepingnya. Aktvitas ini juga bisa dipadukan dengan aktivitas motorik kasar, misalnya meniti balok dan merangkai puzzle dalam satu rangkaian aktivitas. Kita bisa mengembangkan kreativitas kita sesuai dengan kebutuhan anak.
3. Meronce
Aktivitas yang satu ini banyak sekali fungsinya. Kita bisa mengembangkan kemampuan matematis anak dengan memberikan pola biji ronce yang beragam. Semisal ada tiga bentuk biji ronce kita bisa memberikan instruksi pola tertentu pada anak. Anak akan mengurutkan biji-biji tersebut dengan pola yang kita berikan.
Koordinasi mata dan tangan juga menjadi tujuan selanjutnya. Memasukkan tali pada lubang dalam biji ronce menjadi upaya tersendiri bagi mereka. Selanjutnya, fokus juga menjadi target. Pola-pola yang dikerjakan menuntut mereka untuk berkonsentrasi apa selanjutnya yang harus dironce.
Masih banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan oleh orangtua maupun guru atau pendamping bagi anak-anak ini.Â
Pada hakikatnya menciptakan sebuah aktivitas yang bisa diaplikasikan oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-hari tentunya. Target akhirnya adalah kemandirian mereka, dan ini sebuah prioritas.
Tentu dari semua hal, yang harus kita pertimbangkan adalah kebutuhan masing-masing anak. Pemetaan terhadap kebutuhan anak menjadi hal mutlak yang harus dipertimbangkan untuk menyusun aktivitas motorik melalui terapi okupasi. Tidak semua harus sama. Pengembangan berdasarkan asesmen menjadi informasi penting yang penting untuk menyusun aktivitas-aktivitas motorik yang harus dilakukan anak. Kemudian aplikasi pada kehidupan sehari-hari si anak menjadi dasar penting lainnya, sehingga akhirnya kemandirian adalah tujuan akhirnya.
Semoga bermanfaat.
Untuk Kompasiana
Semarang, 5 Juli 2023