Salah satu keterampilan yang terkait dengan tumbuh kembang anak adalah keterampilan wicara. Keterampilan wicara pada anak memegang peranan penting dalam menegakkan dasar keterampilan berkomunikasi. Orangtua biasanya akan panik ketika melihat munculnya tanda-tanda keterlambatan bicara pada anaknya.
Mereka akan berupaya sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik bagi perkembangan anak-anaknya. Saya pikir, sangat berdasar apabila orangtua merasa cemas ketika anaknya mengalami masalah dengan kemampuan wicaranya.
Keterampilan wicara merupakan keterampilan vital terkait keterampilan motorik mulut. Teman-teman yang bergelut di dunia terapi wicara menyebutnya sebagai keterampilan oral motor atau oral motor exercise. Ada beberapa latihan-latihan terkait oral motor yang bisa diakukan sebagai upaya stimulasi wicara anak.
Stimulasi merupakan cara paling mudah dan masuk akal untuk merangsang keterampilan wicara anak, tentu asesmen atau pemeriksaan sedini  juga sangat dibutuhkan. Asesmen dilakukan untuk mengetahui akar kendala dari keterlambatan atau gangguan wicara tersebut. Beberapa pengalaman orangtua menyebutkan ada beberapa prosedur yang harus dilakukan untuk melakukan asesmen.
Tes BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) adalah salah satu dari rangkaian asesmen yang dilakukan untuk mencari akar permasalahan dari gangguan wicara yang dialami oleh anak kita. Tes BERA adalah satu metode asesmen untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan pendengaran, hal ini biasanya dilakukan pada saat usia bayi.
Selanjutnya, ada juga EEG (Electroencephalography), ini juga adalah rangkaian asesmen yang mengukur aktivitas elektrik di otak yang kemudian digambarkan dalam bentuk garis gelombang dalam pelaporan hasilnya.
Baiklah, kita akan kembali pada upaya stimulasi yang berkiblat pada latihan-latihan oral motor. Apa aja sih latihan-latihan yang bisa dilakukan sebagai upaya stimulasi dini?
1. Stimulasi dengan menggunakan alat seperti tongue liner (tongue tip), sikat bulat, sikat gigi.
Aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat ini bisa diupayakan untuk stimulasi. Akan terlihat kemudian jika anak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas ini.
Anak-anak yang memiliki gangguan keterlambatan bicara biasanya akan sulit melakukan aktivitas-aktivitas ini. Namun demikian harus terus diupayakan sehingga mereka dapat terstimulasi. Latihan-latihan ini bila dilakukan dengan tekun, niscaya juga akan memberikan efek yang mendukung perkembangan wicaranya.
2. Senam mulut
Apa aja yang bisa dilakukan dalam senam mulut ini. Membuka dan menutup mulut, menggembungkan mulut, menjulurkan lidah, menggertakkan gigi, hingga vokalisasi huruf a hingga z, menirukan suara hewan, menjilat, meletakkan lidah di langit-langit mulut, meletakkan tepian lidah ke sisi tengah, dan aktivitas lain.
Apa sih manfaatnya melakukan hal ini?
Sebagai contoh untuk anak-anak yang mengalami kesulitan melafalkan huruf L, menjilat adalah satu upaya latihan untuk berlatih melafalkan huruf L. Menjilat bisa dengan madu yang diletakkan di bibir atas dan meminta anak untuk menjilatnya seraya mengeluarkan suara. Ini sebagai salah satu contoh saja.
3. Meniup sebagai sebuah sarana untuk memperpanjang rentang nafas
Nafas merupakan salah satu komponen dalam keterampilan berbicara, maka salah satu aktivitas yang dilatih untuk mendukung keterampilan berbicara, salah satunya adalah meniup.
Bisa dilakukan tanpa alat atau dengan alat. Contoh meniup peluit, meniup dengan sedotan, lalu game meniup kertas berbentuk hewan, meniup dengan selang infus yang dibedakan panjang dan pendeknya, dan lain sebagainya.
4. Imitasi suara (kata, kalimat)
Imitasi suara adalah stimulasi yang paling mudah dilakukan. Imitasi bisa dilakukan dengan gambar atau dengan benda langsung.
Imitasi suara adalah upaya stimulasi yang paling luas setelah serangkaian latihan oral motor dilakukan, karena imitasi suara ini adalah aktivitas oral motor yang cukup kompleks.
Mengapa cukup kompleks? Karena aktivitas ini sudah menggabungkan modalitas beberapa vokal dan konsonan bahkan kata.
Melakukan stimulasi dengan konsisten dan tekun adalah sebuah upaya yang paling logis untuk dilakukan di rumah. Tentunya setelah asesmen dilakukan dan mendengar saran dari terapis, psikolog, dokter, atau psikiater yang dirujuk.
Aktivitas-aktivitas oral motor exercise ini bisa dilakukan dengan menggunakan bantuan kaca atau cermin sehingga anak bisa langsung melihat bagaimana dia berlatih dan ini juga bisa membantu perkembangan oral motor exercise yag dilakukan oleh anak.Â
Semoga bermanfaat, terima kasih.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H