Gairah mengajar itu tetap bisa dialirkan melalui anak-anak yang saya temui setelah resmi mengundurkan diri di institusi formal dengan waktu yang bisa lebih dikendalikan secara pribadi.
Apakah Anda pernah mengalami hal unik sama seperti yang saya alami ini terkait keputusan resign yang mungkin Anda pernah ambil?
Guru disebut sebagai profesi, tetapi guru juga bisa disebut sebagai passion atau panggilan hidup yang tidak akan mengenal musim pensiun.
Tugas dan tanggung jawab sebagai guru itu tetap ada di dalam diri saya saat ini. Keluarga dapat saya 'peluk', demikian pun panggilan hidup tetap bisa dijalankan.
Bahkan jalan untuk berbagi hidup melalui pendidikan tetap terbentang luas di hadapan saya.
Hati nurani tidak akan pernah salah, kawan, Â dalam memberi arah untuk hidup dan jiwa kita.
Sebuah cerita yang tidak terduga hadir di penghujung tahun 2020.
Sebuah kesempatan didapatkan bersama Kompasiana. Di penghujung akhir tahun 2020, saya diberi kesempatan baik untuk menulis sebuah artikel Narativ. Saat itu saya diminta untuk menuliskan sebuah artikel reportase seputar pendidikan karakter, sesuai bidang yang saya kuasai. Saat itu saya menandatangani sebuah kontrak dengan Kompas.com yang bekerjasama dengan Kemendikbud.
Sebuah artikel Narativ pertama saya yang mendapat imbalan besar (untuk saya pribadi nilainya sangat besar).
Bukankah setiap jalan itu sudah ada yang mengatur?
Tentu saja Kompasiana tidak pernah saya lapori jika saya telah resign saat itu, demikian pula dengan Kompas.com. Mereka juga tidak pernah tahu jika saya sudah tidak bekerja secara formal sebagai guru, tetapi kesempatan itu diberikan sebagai perpanjangan tangan Tuhan, yang terus memelihara kehidupan saya dan keluarga.