Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Melatih Keterampilan Sosial pada Anak (3)

23 November 2020   16:45 Diperbarui: 23 November 2020   17:00 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalah artinya kecerdasan tanpa sikap dan perilaku yang baik?

Setelah membahas mengenai pentingnya minta tolong, tidak menyela pembicaraan orang lain, memberi semangat dan mendukung, juga menerima perbedaan, dalam artike berikut ini akan dilanjutkan untuk membahas keterampilan sosial yang lain.

Yuk mari, kita selami satu persatu.

Mengikuti Petunjuk, Arahan, atau Peraturan

Kritis merupakan hal yang baik, tetapi seperti sebuah peribahasa 'dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung' menjadi sebuah dasar penting dalam mempelajari keterampilan sosial yang satu ini.

Tiap tempat, tiap institusi, tiap daerah memiliki aturan main yang berbeda-beda. Aturan main yang berbeda perlu disikapi secara bijak.

Sikap kritis kita tidak serta merta menjadikan kita seorang yang arogan serta “menantang” sesuatu yang seirama dengan petunjuk, aturan main yang berlaku disana.

Pada dasarnya kita akan selalu terhubung dengan lingkungan sosial dimana mengikuti arahan, aturan, tata cara, hukum yang berlaku menjadi sangat penting untuk diajarkan dan dilatih.

Mengungkapkan Ketidaksetujuan dengan Cara yang Baik

Dalam kehidupan kita, pasti akan selalu dikelilingi oleh perbedaan-perbedaan. Kemampuan untuk menyelaraskan dengan hal itu sangatlah penting.

Mengungkapkan ketidaksetujuan kita terhadap pendapat orang lain, asumsi orang lain juga menjadi sebuah warna tersendiri. Tetap menghargai dan menjaga etika serta sopan-santun dalam berkomunikasi menjadi sebuah hal yang penting untuk dilatih.

Hal yang sederhana tetapi sangat penting. Kita tidak akan pernah tahu kondisi orang lain. Menjaganya dengan mengedepankan etika dan sopan-santun adalah sebuah cara yang aman untuk menyelaraskan hidup dengan orang lian.

Menerima Resiko

Resiko akan selalu kita hadapi manakala kita melakukan satu keputusan yang telah kita buat.

Menerima resiko sebagai sebuah paket dalam kehidupan juga merupakan hal yang harus dipersiapkan sejak dini oleh setiap individu.

Menyadari betul akan sebuah kenyataan hidup terhadap resiko yang akan muncul sebagai buah konsekuensi keputusan yang kita buat juga menjadikan hidup terasa lebih “ringan”.

Menerima Kritik

Kenyataan-kenyataan hidup yang saat ini kita lihat di sekeliling kita seringkali membawa sebuah pengalaman betapa pentingnya mempersiapkan diri untuk menerima kritik, saran, maupun nasihat dari orang lain.

Kritik yang ditujukan untuk membangun adalah sebuah kasih sayang yang alam sediakan bagi kita untuk kita terus dapat berkembang dengan lebih baik lagi.

Kenyataan bahwa manusia tak akan luput dari kesalahan merupakan dasar menerima poin keterampilan sosial yang satu ini.

Empat hal di atas merupakan keterampilan sosial yang terus harus diajarkan dan dilatih kepada anak-anak sedini mungkin.

Sebuah kisah nyata diceritakan kepada saya. Pada sebuah pelayanan jasa bangunan di sebuah kota, etika dan kesopanan menjadi mutlak dimiliki.

Sepintar-pintarnya atau selihai-lihainya sebuah pekerjaan diberikan kepada klien, tidak akan baik jika pelayanan yang diberikan justru merusak relasi keduanya.

Suatu saat di sebuah pemukiman ada proyek pekerjaan membangun plafon rumah. Pemilik jasa bangunan dan supervisor sangat baik menjalin relasi dengan klien, tak hanya itu mereka pun terkenal bagus dalam pengerjaan detil bangunan.

Tiba harinya, pemilik rumah mempersilakan tim pengerjaan proyek bangunan tersebut untuk mengerjakannya.

Lama berselang tim tersebut bekerja dengan sangat gaduh hingga merusak sebagian lantai atas rumah tersebut.

Riuh-rendah anggota tim dalam bekerja sangat memekakan telinga pemilik rumah yang berada di lantai bawah bagian rumah tersebut.

Pemilik rumah pun menegur sekali hingga kedua kalinya. Tim tersebut tetap abai bahkan berperilaku tidak sopan.

Tidak permisi  dalam menggunakan toilet dan berlaku arogan terhadap pemilik rumah.

Akhirnya yang ketiga kali sang pemilik rumah menegur dengan tegas dan keras.

Akibat yang dirasakan tidak hanya untuk tim yang bekerja, tetapi tentunya terhadap sang pemilik jasa proyek bangunan yang mendelegasikan tim tersebut.

Hasil pengerjaan bisa dibilang cukup baik dan cepat tetapi tidak seimbang dengan kerusakan lantai atas rumah tersebut karena attitude anggota tim yang abai terhadap etos kerja dan kesopanan.

Pemilik rumah masih tetap bersabar untuk tidak melaporkan kejadian tersebut kepada pemilik jasa bangunan yang bisa saja berakibat fatal hingga pada pemecatan karyawan tim proyek tersebut.

Mendengar kisah ini menjadi sebuah pembelajaran bagi saya pribadi bahwa pentingnya memiliki sikap dan keterampilan sosial yang baik dalam setiap sisi kehidupan.

Melatih diri terus-menerus dalam hal ini menjadi sebuah kunci penting.

Semoga bermanfaat.

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun