Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dia Seorang Wanita Hebat yang Memiliki Kasih Tanpa Syarat

20 November 2020   04:50 Diperbarui: 20 November 2020   05:07 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu momen Ibu bersama cucu/ sumber : dok.pri

Kisah lain, ada selokan yang baru dibangun hari itu di depan rumah. Saya dan teman-teman di perumahan bermain "petak umpet". Tercetus ide untuk menjadikan selokan tersebut sebagai tempat persembunyian saya. Kebetulan selokan itu masih bersih karena baru saja selesai dibangun.

Tak sadar begitu lama saya berada disana, teman-teman butuh waktu lama untuk menemukan saya, sampai akhirnya saya pun tertidur. Saya mendengar sayup-sayup suara tetangga dan Ibu yang panik memberi info mencari keberadaan saya sampai ke blok lain. Padahal saya memang belum pernah bermain sampai keluar blok perumahan.

Saya beranjak bangun dan menghampiri sumber suara, kebetulan Ibu telah sampai kembali di depan rumah kami.

"Bu, aku disini ngumpetnya..", seraya menunjuk "ruang tidurku".

Setelah kejadian itu, satu setengah jam lebih digunakan Ibu untuk menegur saya, duet dengan Bapak.

Berpisah dengan keluarga ketika hendak kuliah, di tahun 1998, merupakan babak yang tak mudah, berat rasanya.

Saat pulang sekolah jenjang menengah, saya terkadang tak menyentuh masakannya karena kurang selera dengan hidangan yang Ibu masak. Terlihat betul raut kesedihan dan kecewa. Jika boleh mengulang episode hidup yang satu itu, saya ingin sekali memperbaikinya.

Alam seolah membalas perbuatan saya tersebut. Ketika harus kost saat kuliah dulu. Mencari menu makanan untuk tiap sesi makan bukan hal yang mudah.

Susah payah karena lokasi kost cukup jauh dari warung makan. Sebenarnya ada beberapa lokasi yang dekat dengan kost, tetapi kadang kala kami anak-anak kost butuh variasi hidangan masakan untuk "penyegaran". Bisa dibayangkan bila makan pagi, siang, dan malam membeli di kedai dekat kost itu terus menerus, jenuh juga. Padatnya perkuliahan saat itu tidak bisa memiliki waktu khusus untuk memasak menu makan.

Kesulitan itu merupakan sebuah cara yang Tuhan gunakan untuk membuat saya lebih bersyukur pada masa-masa Ibu memasak menu makan untuk saya dan keluarga di rumah. Setiap kali pulang ke rumah di sela-sela perkuliahan saat itu, saya tidak pernah melewatkan waktu untuk menyantap masakan-masakan yang dihidangkan Ibu lagi.

Masa itu merupakan masa-masa kangen dengan masakan Ibu. Hidangan-hidangan masakan dirumah dibuat dengan penuh kasih, sepulang beliau mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun