Saat mendengar kabarnya, saya sangat lega karena dia bisa lebih berdaya guna dengan treatment yang sedang dijalaninya. Bahkan keluarganya mendapat penanganan family- therapy dari Psikolog yang telah didatanginya.
Satu pengalaman lain saya peroleh dari orang tua yang meminta penanganan pada Psikolog Klinis Anak. Ibu ini merasa bahwa ada sejumlah gejala yang berbeda dari anaknya.
Sensitifitas yang dirasakan oleh Ibu ini ditindaklanjuti dengan membawa anaknya ke sebuah lembaga Psikologi Anak yang melakukan praktek klinis di daerahnya.
Bersyukur sekali, anaknya mengalami banyak kemajuan setelah mengalami intervensi.
Kepekaan kita terhadap sinyal tubuh dan mental amat sangat diperlukan sehingga kita bisa menjaga serta merawat kesehatan tubuh dan jiwa kita dengan lebih optimal.
Fenomena yang terakhir adalah ...
3. Mengambil Jarak dan Beroposisi dengan Diagnosa Kesehatan Mental
Kembali berjumpa dengan sebuah pengalaman. Ada seorang Ibu yang kesulitan menerima diagnosa gangguan mental mengenai anaknya. Sang Ibu cenderung "melawan" dan cenderung mengatakan bahwa anak saya baik-baik saja, sehingga treatment tidak bisa dilakukan secara maksimal.
Saya melihat fenomena yang ketiga ini sebagai bentuk perlawanan atau pengabaian terhadap diagnosa yang diberikan pada si anak.
Hal ini berujung pada terhambatnya tumbuh kembang si anak.
Tak jarang juga ada orang-orang yang bersikap antipati dan cenderung bersikap pasif serta tidak melakukan treatment apapun karena belum menerima kondisi yang dialami dirinya.
Sikap-sikap semacam ini sering Saya jumpai. Mengabaikan sejumlah treatment yang seharusnya dilakukan membawa dampak yang kurang baik pada anak.