Ingatkah Anda pada saat memulai sebuah hubungan?
Ingatkah Anda pada saat memulai sebuah pekerjaan?
Ingatkah Anda pada saat memulai sebuah usaha?
Ingatkah Anda pada saat awal mendirikan sebuah perusahaan?
Ingatkah Anda pada saat awal memulai sebuah relasi?
dan…
Ingatkah Anda pada saat jatuh cinta pada dunia literasi? Dunia menulis? Menulis di Kompasiana? Menulis di media apapun?
Ingatkah Anda bagaimana rasanya kala itu?
Energi cinta berkapasitas besar dimulai saat itu.
Passion bertenaga super terjadi saat momen tersebut.
Layaknya orang yang sedang kasmaran, dunia milik berdua, yang lain cuma nge-rental.
Lahir istilah cinta buta. Cinta membuat buta si pelaku cinta.
Semuanya untuk pujaan hati. Waktu, tenaga, materi, perhatian, semuanya diserahkan bagi belahan jiwa seorang.
Cinta mewakili sebuah perasaan emosi, yang kerap kontras dengan logika.
Semua manusia memilikinya. Setiap manusia memiliki perasaan. Manusia memiliki cinta kasih, bahkan untuk yang belum berdamai dengan dirinya sekalipun. Akar pahit tentu tumbuh subur memenuhi relung jiwa, tapi benih cinta sekecil apapun tetap ada dalam dirinya.
Saat mengalami ujian, cobaan, hantaman badai, keteguhan cinta diuji.
Tetap punya cinta yang energinya luar biasa? Tetap punya cinta yang sanggup mengorbankan segalanya? Tetap punya konsistensi memberikan yang terbaik untuk “sang belahan jiwa”?
Sepengamatan, cinta tanpa syarat semacam itu, terkadang hanya ada dalam dongeng belaka.
Cinta tanpa memandang balasan hanya ada dalam Alkitab yang saya baca
Cinta kasih dengan tipe semacam ini dalam dunia mungkin ada, tapi tidak banyak tentu kisahnya.
Hukum dalam dunia nyata, hukum rasionalitas, menyuguhkan kenyataan, cinta yang terhantam badai, langsung kehilangan kekuatannya. Kalah dengan kondisi. Menyerah, dan jatuh. Rusak karena hantaman badai dashyat.
Sekarang, dalam menulis …
Ngompasiana merupakan sebuah cara untuk tetap mengaktifkan otak. Ngompasiana menjadi sebuah katarsis. Ngompasiana menajdi sebuah cara merawat jiwa, bagi saya.
Jujur saja, beberapa waktu lalu, terseok-seok menuangkan ide, gagasan, pikiran dalam lembar tulisan.
Masih badai kecil saja, yang menggoda, yaitu waktu, jadi tingkat kerusakan yang ditimpakan pada kecintaan menulis di K ini tidak hancur.
Seminggu saja absen dalam menulis, rasanya kesulitan untuk memulai kembali. Merangkai kata menjadi satu cobaan besar di awal.
Menyelesaikan satu artikel, rasanya seperti berjalan puluhan kilometer dengan kecepatan 5km/jam.
Benarlah rekan-rekan Kompasianer yang selalu berhasil merawat cinta mula-mula itu, dengan terus konsisten menorehkan tulisan-tulisan mereka.
Melihat konsistensi dan ketekunan mereka, seperti melihat orang kasmaran yang punya cinta tanpa syarat.
Karya mereka, tak terlibas oleh pesona di luar. Kecintaan pada dunia menulis bukan untuk sebuah pengakuan semata.
Pengakuan, penghargaan hanya anugerah dan bonus saja.
Salut dan decak kagum untuk mereka semua.
Tetap menulis memberikan kekuatan untuk menjaga cinta mula-mula itu.
Menjaga sebuah gairah menulis, menjadi sebuah syarat lulus dari ujian ketekunan.
Tetap menuangkan ide dan gagasan dengan tekun, menjadi sebuah cara menjaga cinta mula-mula terhadap menulis.
Sama seperti cinta tanpa syarat, nampaknya menulis pun menjadi sebuah komitmen terhadap diri sendiri untuk dirawat.
Katanya yang berlebihan tidak baik. Benar, perlu jeda, perlu sela, perlu sejenak rehat. Terlena? Jangan. Jika terlalu lama berjarak, cinta mula-mula itu akan hilang. Hilang selamanya, sehingga tak berbekas.
Temui cinta mula-mula itu lagi, rawatlah dia (usaha memotivasi diri kembali).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H