Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bolehkah Hadirkan Pengalaman "Sulit" pada Anak untuk Latih Ketangguhannya?

17 Juni 2020   11:21 Diperbarui: 18 Juni 2020   13:42 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ketangguhan dalam melakukan kegiatan panjat tebing/ sumber : dok. mapala UI melalui kompas.com

Saat saya kecil, Bapak saya, sering membawa saya berjalan-jalan. Salah satu pengalaman yang saya dapatkan adalah saat melihat kehidupan para penarik becak di salah satu daerah di dekat tempat tinggal saya.

Bapak mengatakan, mereka (para penarik becak tersebut) harus tangguh, walau hujan lebat, panas terik, tetap harus mengayuh becaknya, demi apa? Demi anak-anak dan keluarganya di rumah, mereka tetap harus dapat makan dan hidup. 

Demi anak-anak mereka, mereka tidak akan putus asa, sembari memberi petuah, “.. kamu pun harus peduli dengan mereka, besok saat kamu dewasa, berikan juga bagian berkat untuk mereka dan orang-orang yang membutuhkan dari jerih payahmu, itu akan membantu..”

Memberi pengalaman inderawi dan penjelasan akan membuat anak-anak kita mengembangkan kapasitas kehidupan. Antisipasi akan timbul untuk menghadapi “ketidaksempurnaan hidup”.

Memberikan tantangan-tantangan pada anak sesuai dengan level usianya juga akan melatih mereka memiliki daya juang. Oh ya, jangan lupa, memberikan rambu-rambu, kegagalan dan keberhasilan adalah satu paket pembelajaran dalam hidup.

Tak masalah dengan kegagalan karena intinya bukan itu. Tapi meresponi kegagalan dan keberhasilan secara benar dan proporsional. Gagal berarti harus mencoba lagi. Tak perlu sedih berkepanjangan.

Berhasil berarti belum selesai, karena ada tantangan berikutnya pasti. Tak perlu menjadi pongah, tak juga menjadi lekas bangga, dan tetap bersyukur, karena dua pengalaman itu memperkaya pengalaman hidup yang dapat dibagikan kepada orang lain sebagai sebuah pembelajaran.

Ibu yang jelita, kiranya dan berharap hal ini dapat membantu..

Bersama kita mendampingi putra dan putri kita mengarungi siklus hidup ini, sampai pada akhirnya, melepas mereka untuk mengalami prosesnya itu sendiri. 

Kita sebagai orang tua tak akan ada selalu di sisi mereka, kita tak akan bisa senantiasa menjadi penolong nyata untuk mereka selamanya, mereka pun harus belajar untuk proteksi diri mereka sendiri dan menjadi lebih tangguh dari sebelumnya.

Mari bersama membekali mereka...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun