Kami abai terhadap kesehatan kami sendiri. Ya, bagaimana mungkin dapat mengasihi orang lain, jika kami saja tak mampu mengasihi diri kami sendiri. Jika kami tak bisa menjaga kesehatan kami sendiri, itu sama artinya, kami tak bisa menyayangi diri kami. Berarti, mungkin kami tak sayang kalian. Padahal kalian sayang kami. Sampai rela berkorban untuk kami.
Kami melepaskan nafsu kami untuk sesuatu yang tidak ada esensinya. Bernostalgia dengan rekan-rekan kami di tengah keramaian, tak sadar bahwa itu akan membuat orang lain di luar sana, akan menderita lebih lama lagi di ruang gawat darurat ataupun kamar ICU.
Kami sering pongah,angkuh, arogan, sombong, dan menganggap diri kami paling mengerti, sehingga tak patuhi semua protokol kesehatan, sehingga, kami juga harus menambah "beban" kalian lagi.
Kami tak mau melatih diri untuk berdisiplin, padahal itu untuk kebaikan kami sendiri, dan tentunya, itu dapat meringankan sedikiiit sekali beban kalian.
Sudah akan mencapai catur wulan pertama, perjuangan kalian semua. Kurva sudah mulai melandai, usaha kalian untuk menyembuhkan saudara-saudara kita telah mencapai ribuan pula. Tetapi tetap saja perjuangan ini belum selesai, dan kalian masih harus melakukan "peperangan" terhadap musuh yang tak terlihat itu.
Kami sayang dan hormati kalian semua.
Kami mau bersinergi.
Kami mau berdisiplin diri
Kami mau peduli.
Mari ganti #Indonesia Terserah dengan #Indonesia Peduli atau #Indonesia Empati, teman-teman. Mari kita dukung rekan-rekan tim medis kita. Mari kita bantu ringankan beban mereka.
Mereka juga ingin seperti kita yang di rumah aja, mereka juga ingin menjadi seperti kita yang bisa work from home sambil ngemil, mereka juga ingin nonton drakor dan bersenda gurau dengan keluarga mereka, mereka juga ingin #ngeblog santai tanpa tekanan, karena harus memasang ventilator pada pasien-pasien mereka, mereka juga ingin sekali melepas rindu dengan sanak-saudara, kerabat dan keluarga.Â