Selamat jalan dokter Boedhi Harsono.
Selamat jalan perawat Ari Puspita Sari.
Membaca laman Kompas.com (20/05/2020) sore ini, tertera nama dokter dan seorang perawat di Surabaya yang diberitakan meninggal dunia terkait Covid- 19.
Terlepas dari meninggal dunia ataupun berakhirnya hidup seseorang, merupakan sebuah kehendak Yang Maha Kuasa, dengan segenap hati, saya mengucapkan terima kasih untuk pengabdian dokter dan perawat Ari, juga segenap tim medis di seluruh Indonesia, yang mau berkorban, jiwa serta raga bagi kami semua.
Banyak sudah bukti..
Pengorbanan kalian semua, menjadi akhir dari episode perjalanan hidup kalian di dunia ini. Pengorbanan kalian, memisahkan kita, dan membawa kalian semua ke alam yang memang lebih dapat memeluk kalian dalam damaiNya, iringan linangan air mata keluarga kalian, sebetulnya sebagai tanda tak siap dan tak rela. Mereka sedih, tidak bisa mengadakan prosesi pemakaman secara layak, karena tidak bisa menghadiri bahkan mungkin, ada keluarga kalian, yang sedang berjuang untuk menyembuhkan diri dari jerat virus yang satu ini.
Kalian Pahlawan Bangsa..
Menanggapi #Indonesia Terserah, saya ikut prihatin, maafkan sikap dan perilaku kami yang masih cenderung abai, bahkan egois. Kami sering lupa, keputusan kami untuk melepaskan diri dari jerat physical distancing, atau karantina, menjadi sebuah senjata yang ampuh untuk "membunuh" kalian.
Kami juga sering tak kuasa, menahan nafsu kami, untuk berdesak-desakkan, membeli "keinginan" yang mungkin masih bisa ditunda, sebenarnya.
Kami terus memakai tameng, bahwa hidup dan mati kami di tangan Tuhan, tanpa memikirkan kalian yang telah lelah, yang sudah ingin bertemu keluarga, yang rindu sekali berbagi rasa menceritakan susah-payahnya kalian dalam menyelamatkan hidup pasien kepada kolega dan kerabat.
Kami lupa, bahwa kalian juga manusia, yang punya rasa capek, jenuh, rindu, stress kerja, jengkel, khawatir, bahkan putus asa, dan segudang rasa lain yang wajar dimiliki oleh sesosok manusia.
Kami abai terhadap kesehatan kami sendiri. Ya, bagaimana mungkin dapat mengasihi orang lain, jika kami saja tak mampu mengasihi diri kami sendiri. Jika kami tak bisa menjaga kesehatan kami sendiri, itu sama artinya, kami tak bisa menyayangi diri kami. Berarti, mungkin kami tak sayang kalian. Padahal kalian sayang kami. Sampai rela berkorban untuk kami.
Kami melepaskan nafsu kami untuk sesuatu yang tidak ada esensinya. Bernostalgia dengan rekan-rekan kami di tengah keramaian, tak sadar bahwa itu akan membuat orang lain di luar sana, akan menderita lebih lama lagi di ruang gawat darurat ataupun kamar ICU.
Kami sering pongah,angkuh, arogan, sombong, dan menganggap diri kami paling mengerti, sehingga tak patuhi semua protokol kesehatan, sehingga, kami juga harus menambah "beban" kalian lagi.
Kami tak mau melatih diri untuk berdisiplin, padahal itu untuk kebaikan kami sendiri, dan tentunya, itu dapat meringankan sedikiiit sekali beban kalian.
Sudah akan mencapai catur wulan pertama, perjuangan kalian semua. Kurva sudah mulai melandai, usaha kalian untuk menyembuhkan saudara-saudara kita telah mencapai ribuan pula. Tetapi tetap saja perjuangan ini belum selesai, dan kalian masih harus melakukan "peperangan" terhadap musuh yang tak terlihat itu.
Kami sayang dan hormati kalian semua.
Kami mau bersinergi.
Kami mau berdisiplin diri
Kami mau peduli.
Mari ganti #Indonesia Terserah dengan #Indonesia Peduli atau #Indonesia Empati, teman-teman. Mari kita dukung rekan-rekan tim medis kita. Mari kita bantu ringankan beban mereka.
Mereka juga ingin seperti kita yang di rumah aja, mereka juga ingin menjadi seperti kita yang bisa work from home sambil ngemil, mereka juga ingin nonton drakor dan bersenda gurau dengan keluarga mereka, mereka juga ingin #ngeblog santai tanpa tekanan, karena harus memasang ventilator pada pasien-pasien mereka, mereka juga ingin sekali melepas rindu dengan sanak-saudara, kerabat dan keluarga.Â
Mereka ingin lepas dari belenggu hazmat yang sangat panas. Mereka pasti juga ingin melepas masker N95 yang telah lekat di wajah mereka setiap saat dan memperlihatkan senyum indah mereka pada pasien-pasien sebagai penyemangat dan obat bagi jiwa.
Mereka juga sangat ingin kita semua berangsur-angsur pulih, dan mulai "berkehidupan" kembali.
#SebuahSuratRefleksi
#IndonesiaPeduli
#IndonesiaEmpati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H