Saat pandemi Covid- 19 ini, banyak juga fenomena filantropi yang terjadi di sekeliling kita. Ada yang viral di media sosial, ada yang tayang di berita reportase, bahkan ada juga yang disiarkan live dari vlog selebgram.
Ada kisah filantropi dari anak-anak yang memberikan celengan mereka untuk membantu pemerintah dalam menangani Covid- 19, seperti yang dilansir dalam Kompas.com (14/04/2020). Ada juga kisah pemuda yang memberikan bantuan sembako untuk tetangga di lingkungannya dengan dana pribadi, sebagai bentuk kepedulian kepada warga sekitar yang tak mampu.
Seorang crazy rich Surabayan yang membagikan donasi sembako ditambah dengan uang tunai kepada warga yang membutuhkan. Lalu lagi, seorang pengusaha kaya membagikan uang untuk beberapa tukang becak di jalanan di Kota Surabaya.
Dari kisah diatas, semua yang melakukan aksi kebaikan tidak hanya datang dari masyarakat yang memiliki harta berlimpah saja. Ada yang memberi dari keterbatasannya. Namun, yang terpenting, ada benang merah yang bisa ditarik. Kesemuanya ingin menebar aksi kebaikan dan kepedulian bagi sesamanya.
Tak mudah, lho, memberi dari keterbatasan. Saya sendiri jarang bisa melakukannya, hiks. Semangat filantropi yang membakar diri mereka, sehingga berujung aksi kebaikan lebih merajai. Rasa syukur yang tinggi kepada Sang Pencipta, yang ingin diungkapkan kepada orang lain, menjadi salah satu dorongan kuat, asumsi saya, yang melatarbelakangi munculnya aksi tebar kebaikan ini.
Merasa bahwa dirinya lebih beruntung karena masih diberi hidup dan sehat, ketimbang orang lain yang mungkin menjadi korban Covid- 19, dirasa bisa melahirkan aksi berbagi peduli ini.
Kesempatan hidup dari Yang Kuasa, yang masih bisa dinikmati sang pelaku kebaikan merupakan sekian alasan selanjutnya, yang mampu mendorong terbitnya aksi ini
Ternyata ada juga sekelumit cerita-cerita inspiratif dari rekan-rekan di sekeliling saya yang memberi bantuan walaupun tak bergelimang harta. Cerita dan kisah yang tak jauh dari tangkapan visual dan memori saya.
Benarlah kiranya seorang bijak berkata, tak perlu menunggu kaya untuk bisa memberi.
Mari simak, beberapa kisah inspiratif berikut, siapa tahu bisa menjadi inspirasi tebar kebaikan berikutnya:
1. “Parcel” Tempe di Pagi Hari
Suatu pagi saya mendapat kejutan, ada sebuah plastik putih yang diletakkan di pagar rumah, lalu saya iseng ngelirik ke kanan dan ke kiri, eh saya melihat pula di pagar tetangga, ternyata ada plastik yang sama di pagar mereka. Setelah saya buka isinya adalah sejumlah tempe berbungkus daun pisang. Sederhana, tetapi sangat bermanfaat dan ‘menyentuh’ hati. Setelah saya telusuri, didapatlah informasi bahwa tempe itu berasal dari seorang yang sangat dekat dengan kami. Dia beralasan ingin sekali berbagi berkat di tengah pandemi, dengan sesuatu yang bermanfaat bagi warga sekitarnya.
2. Serangan Fajar Mendapat “Kado” Lombok Rawit
Kisah yang lain berasal dari seorang rekan di salah satu Group WA suami saya. Lombok merupakan sebutan cabai dalam bahasa Jawa. Seorang sahabat memberikan kesaksian bahwa di suatu pagi, di pagar rumahnya ada seplastik lombok rawit ranum yang sudah nangkring cantik, entah siapa pengirimnya, yang kabarnya sampai saat ini belum terlacak. Tetapi yang jelas, sahabat ini terinspirasi untuk kemudian berbagi dengan tetangga di sekitarnya.
3. Parade "Hand Sanitizer" dari Para Dermawan
Kalo ini kisah saya sendiri, beberapa waktu lalu, ada seorang rekan kerja meminta daun sirih, kebetulan pohon sirih saya belum lebat dan masih mini. Lalu akhirnya saya berinisiatif meminta kepada tetangga yang menanam daun sirih dan sudah sangat lebat daunnya.
Singkat cerita daun tersebut berpindah tangan dan diolah menjadi bahan hand sanitizer oleh rekan kami yang berkerja di Fakultas Ilmu Kesehatan di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) Salatiga.
Selang 7 hari kemudian kami mendapatkan hand sanitizer dari rekan tersebut, dan setelah itu tidak lupa kami berbagi kepada tetangga yang telah memberi daun sirih tersebut. Sebagian besar hand sanitizer yang ada di rumah merupakan pemberian dari mereka-mereka yang ingin berbagi kasih dengan sesama. Cukup banyak jumlahnya. Dari sini belajar, rantai kebaikan, tidak akan pernah putus.
4. Ketiban Rejeki Dapat Paket Sembako Lengkap Dari Kantor Suami
Suatu saat, ketika usai melakukan piket kerja di kantor, saya dihubungi salah seorang tetangga, untuk segera mengambil titipan paket, yang dititipkan di rumahnya, ternyata setelah dibuka paket yang beratnya ampun-ampunan itu, berisi 2 kardus besar paket sembako, lengkap, berlimpah yang datangnya dari kantor suami. Kisah yang terakhir ini sangat memantik keinginan saya untuk segera berbagi.
Cerita-cerita di atas merupakan fenomena nyata yang terjadi di sekeliling saya. Saya masih yakin bahwa benih kebaikan itu sejatinya ada di dalam diri tiap orang. Siapapun itu.
Saya sempat bertanya pada beberapa “dermawan” yang pernah melakukan aksi kebaikan di masa sulit ini. Ada yang menarik dari salah seorang yang mengatakan demikian, “perubahan itu dimulai dari kita, jangan menunggu, lakukan saja, terus lakukan, lihatlah, pasti akan banyak diikuti oleh perubahan selanjutnya.”
“Jangan menunggu sampai ada korban, bergeraklah dulu, yakin semesta mendukung semua aksi kebaikan.”
Yang terakhir, “jika berpotensi untuk membantu, walau kecil, bantulah, itu pasti akan berdampak.”
Tiga pernyataan itu cukup menampar saya, alih-alih ribut berwacana, kumpulkan daya untuk segera berderma, sehingga upaya ini akan lebih berguna untuk masyarakat luas. (Catatan : jika memang memiliki potensi untuk “memberi diri”, walau kecil)
Pelajaran yang saya bisa ambil dari mereka-mereka yang melakukan aksi kebaikan ini adalah :
- Untuk melakukan sebuah aksi memberi kepada orang lain, tidak perlu menunggu sampai berlimpah harta terlebih dahulu. Sebuah aksi kebaikan yang terlahir dari ketulusan hati, niscaya akan menjadi sebuah lingkaran kebaikan yang gemanya akan membuahkan aksi kebaikan selanjutnya.
- Memberi lebih baik daripada menerima, tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Sebuah perenungan yang sebenarnya telah diwariskan oleh Eyang dan Ayah saya terkasih sejak saya kecil.
- Memberi merupakan wujud syukur kepada Sang Pencipta atas anugerah hidup yang masih bisa diterima. Tak akan bisa membalas cinta-Nya Tuhan, namun demikian, terbentang luas cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih itu kepada Sang Khalik. Peduli sesame merupakan salah satunya.
- Jika virus bisa menular, maka kebaikan pun akan cepat menular. Saya rasa banyak yang sepakat, lebih baik menularkan virus kebaikan.
- Aksi lebih baik daripada berwacana. Banyak sekali perdebatan ini dan itu mewarnai bantuan-bantuan dari pemerintah. Pro dan kontra, keluhan akan penyaluran yang tak pas. Saya belajar betul, jika semua merasa punya tanggung jawab atas sekelilingnya, niscaya semua ini akan bisa diatasi, BERSAMA-SAMA.
Berbagi tidak harus sesuatu yang spektakuler. Memulai berbagi hal kecil namun bermanfaat, bisa juga disemai di saat-saat ini.
Terima kasih teman-teman yang sudah memberi diri dan menginspirasi.
Apakah ada pengalaman inspiratif yang telah kita terima sebelumnya, yang kemudian, bisa dilanjutkan oleh kita?
Mari lanjutkan lingkaran kebaikan itu.
Referensi:
kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H