Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pindapatta, Sebuah Tradisi Waisak yang Sarat Persaudaraan Sejati

7 Mei 2020   08:56 Diperbarui: 7 Mei 2020   09:07 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

7 Mei 2020 diperingati sebagai hari Raya Waisak 2564 BE oleh seluruh saudara kita, umat Buddha. Peringatan Trisuci Waisak 2564 BE, di tahun 2020 ini dirasakan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. 

Candi Borobudur di Magelang biasanya dipakai sebagai tempat sakral memperingati peringatan hari Raya Waisak ini. Tradisi mengambil api suci dari daerah Mrapen juga menjadi tradisi yang mengiringi peringatan Waisak ini. Di tahun-tahun sebelumnya, candi ini akan dipadati oleh orang-orang yang akan ikut menyaksikan peringatan Waisak.

Warga dari pelbagai penjuru daerah akan memadati lingkungan Candi megah nan indah milik umat Buddha ini.

Pandemi Covid 19, yang sedang melanda di sebagian besar negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, tentu akan menjadi sebuah alasan tersendiri, berbedanya peringatan Waisak 2564 BE ini. Dilansir dalam laman detik.com (06/05/20), tahun ini, ditiadakan peringatan Trisuci Waisak, yang biasa dilakukan di Candi Borobudur dan Candi Mendut.

Saya sebagai orang yang dibesarkan dalam lingkungan tradisi Jawa. Melihat angka unik di tanggal Waisak ini, yaitu angka 7, yang dalam bahasa Jawa, penyebutan angka 7 disebut pitu, dimaknai sebagai pitulungan yang berarti pertolongan. 

Saya meyakini sekali, ada banyak berkah dan anugerah bagi kita semua, Bangsa Indonesia terkhusus saudara kita, umat Buddha yang sedang memperingatinya, pertolongan dari Yang Maha Kuasa senantiasa melingkupi, amin.

Sangha Theravada Indonesia, dalam peringatan Waisak ini, memberikan tema Persaudaraan Sejati Dasar Keutuhan Bangsa”, tema yang seirama serta sejalan dengan kondisi saat ini. 

Di mana kita sebagai keluarga besar Bangsa Indonesia, diharapkan sadar betul untuk kompak, dongs.. saling dukung satu sama lain layaknya saudara, enggak malah melakukan sesuatu yang aneh-aneh, yang bisa berujung pada perpecahan.. oh nooo! Big No!

Waisak itu peringati apa, sih? Dalam Wikipedia, Waisak itu adalah hari besar umat Buddha yang memperingati tiga hal berikut :

Pertama, Lahirnya Pangeran Siddharta, lalu

Kedua, Pangeran Siddharta mencapai penerangan agung dan menjadi Buddha, di usia 35 tahun.

Ketiga, wafatnya sang Buddha Gautama (Pangeran Siddharta) di usia 80 tahun

Nah, ketiga hal tadi itulah yang dinamakan sebagai Trisuci Waisak.

Ada sebuah tradisi yang bisanya dilakukan di peringatan Trisuci Waisak ini. Tradisi itu bernama PINDAPATTATradisi ini satu paket dalam mengiringi perayaan Waisak.

Tahun 2019 kemarin tradisi Pindapatta  masih dilakukan. Dilansir oleh Kompas.com, tradisi Pindapatta ini dilaksanakan di Candi Mendut Magelang. Nah, apa to sebenarnya, Pindapatta itu? 

Pindapatta merupakan sebuah tradisi yang dilakukan umat Buddha untuk memberikan sedekah atau derma berupa makanan kering, obat-obatan kepada Biksu.


Para Biksu dengan berbaris rapi berjalan, akan menerima derma, berupa kebutuhan mereka, dari umat yang telah berjajar rapi di sepanjang jalan dan tempat yang akan dilalui para bhiksu tersebut. 

Sungguh, tradisi persaudaraan yang indah. Saling menolong, saling mendukung, saling menopang, terlihat dari tradisi Pindapatta ini. Yang menarik, masyarakat umum yang bukan pemeluk Buddha juga bisa ikut memberikan derma ini, saya menelusuri gambar-gambar yang dilansir media online, menangkap ada juga masyarakat yang menggunakan hijab, kerudung, mengikuti tradisi ini. Sangat mengesankan.

Menolong, membantu, menopang, mendukung, atau kegiatan memberi dengan istilah lain, tidak bersifat kastaisme, semua orang dapat melakukannya. Sebuah tradisi yang bisa menjadi budaya juga di Indonesia yang ditujukan kepada orang-orang yang sekiranya membutuhkan bantuan.

Tradisi Pindapatta di tahun lalu, juga terlihat di Vihara Buddha Sakyamuni, di Bali seperti dilansir dari Tribun Bali.com (02/05/2019), masyarakat telah berderet rapi di sepanjang jalan Wahidin di Denpasar - Bali untuk ikut serta melakukan tradisi sarat nilai kepedulian dan kemanusiaan ini.

Pindapatta ini, merupakan salah satu ajaran Buddha untuk berdana/berderma. Tradisi ini pun tak hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain seperti Kamboja, Vietnam dan yang lainnya.

Lalu, gimana untuk sikon saat ini? dimana kerumunan massa masih dihindari, karena kebijakan PSBB, karantina wilayah, ataupun produk kebijakan lain yang seirama yang tengah dilakukan pemerintah. Lalu, mengingat situasi pandemi yang kita rasakan saat ini, bagaimanakah tradisi Pindapatta dilakukan untuk Waisak kali ini? 

Dengan merujuk kepada informasi, bahwa peringatan Waisak di Candi Borobudur ditiadakan, bisa jadi Pindapatta tidak dilakukan, atau pun masih tetap diselenggarakan namun dengan teknik yang dipastikan tidak akan bertentangan dengan kebijakan pemerintah. Pemberian derma kepada Bhiksu, seyogyanya tetap dilakukan dengan menggunakan konsep dan teknis yang berbeda, tetapi tetap dengan esensi sama. MENOLONG dan PEDULI sesama.

Meminjam istilah Pindapatta dari umat Budha, tak ada salahnya, konsep Pindapatta ini kita terapkan juga pada masyarakat yang mengalami dampak Covid- 19 saat ini. 

Mereka yang “dirumahkan” oleh perusahaannya, mereka yang sedang alami isolasi mandiri, mereka yang tengah mengalami pembatasan gerak, mereka yang mengalami kesendirian ataupun kedukaan karena ditinggal meninggal oleh sanak keluarga, sangat membutuhkan uluran kasih dan sayang kita.

Materi ataupun moril yang kita berikan akan memberi “obat” tersendiri bagi saudara-saudara kita ini. Selamat hari raya Waisak kepada saudara-saudara umat Buddha di seluruh Indonesia. Terima kasih telah mengenalkan konsep Pindapatta ini juga kepada kami, yang sejatinya akan merekatkan tali persaudaraan kita semua sebagai bangsa besar yakni Bangsa Indonesia kita tercinta.

Dengan meyakini seluruh doa yang dipanjatkan oleh seluruh umat akan membawa berkat pemulihan bagi bangsa kita. Persaudaraan sejati kita akan mampu menjadi senjata yang ampuh untuk memulihkan kondisi bangsa bersama-sama.

Selamat Hari Raya Waisak 2564 BE kepada seluruh umat Buddha.. 🙏🙏

Referensi :

1 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Waisak

2 https://m.detik.com/news/berita-jawa-tengah/d-5004604/perayaan-waisak-di-candi-borobudur-tahun-ini-ditiadakan/2

3https://amp.kompas.com/regional/read/2019/05/18/14172321/mengintip-pindapata-prosesi-jelang-waisak-yang-baru-digelar-tahun-ini-di

4 https://bali.tribunnews.com/2019/05/02/9-bhikkhu-ikuti-tradisi-pindapata-sambut-trisuci-waisak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun