Yang kedua, layaknya croissant yang memiliki layer perpaduan dough dan butter yang memberi kesan lentur tetapi tetap crispy, demikian juga tulisan.Â
Ia harus diracik, diproses, dan dibentuk dengan pas sehingga menghasilkan layer yang proporsional, tidak ketebalan atau ketipisan.
Paduan komponen tulisan yang telah mengalami proses 'ulenan' tersebut bisa dirasakan pembaca sebagai tekstur yang berwarna dan tidak monoton, sehingga pengalaman inderawi pribadi pembaca menjadi unsur penting saat mengecap rasa tulisan yang dibuat.Â
Ada tingkat-tingkat pemahaman yang dirasakan, sehingga menimbulkan sensasi ingin menggigit dan menikmatinya terus-menerus, sepanjang tau takaran! perlu diingat juga bahwa croissant memiliki kadar lemak jenuh yang tidak rendah, lho.Â
Tulisan yang dibuat guna memberikan rasa manis, berilah isi yang sesuai sehingga rasa, jiwa, atau roh dalam tulisan bisa dirasakan manis oleh sang pembaca.Â
Memberi roh pada tulisan amat penting, sehingga tulisan yang diberikan menjadi ciri khas tulisan yang kita "racik".Â
Diksi yang memiliki makna dan kesan menenangkan,"legit" positif, dan memberi sentuhan-sentuhan manis bisa dipilih untuk memperjelas nilai yang akan diberikan pada pembaca.Â
Tulisan yang dibuat untuk memberikan semangat, sentilan, atau bahkan kritik bisa menggunakan diksi yang lebih "panas" layaknya lada yang diberikan pada salad salmon sebagai isian.Â
Tujuan akan tepat sasar dengan diksi yang menggelorakan semangat perubahan, diksi yang memantik semangat dalam memberi ide-ide baru pada khasanah tulisan kita. Tentunya tulisan jadi lebih nge-soul.
Yang keempat, croissant berbentuk bulan sabit. Berbentuk sabit, bulan yang belum bulat sempurna. Analisis saya, tak akan ada tulisan yang sempurna layaknya bulan purnama, penuh (gak relevan juga nanti sama judul di atas, kalo diganti jadi kue bulan hehe).Â