Saya ingat betul salah satu dosen saya, paling hobi ngasih tugas bedah buku yang tebelnya minimal 250 halaman. Saya dan teman - teman harus melakukan review pada buku tersebut. Saya bisa merasakan keuntungannya sekarang. Pilihan kata yang sering saya tuangkan ke dalam produk literasi saya semisal puisi serta artikel bersumber juga dari kosakata yang tersimpan rapi dan anteng di memori otak.Â
Membaca dan menulis merupakan sebuah usaha saya juga untuk meminimalisir kepikunan, hehehe. Alasan yang terakhir ini seriusan, lho, kalo pas lagi ribet saya bisa nanyain helm saya dimana saat helm itu sudah bertengger di kepala saya. Parah, hehe. Tapi untung cuma beberapa kali aja kejadiannya.Â
Baiklah, ini ada sedikit ide untuk memantik minat membaca siswa - siswi  kita. Saya sudah melakukan hal ini di pembelajaran yang terjadi di sekolah saya.Â
- membuat living book, dimana mereka saya minta untuk menuliskan hal baik apa yang mereka pelajari dari kisah-kisah hidup yang mereka alami secara pribadi. Mengapa hal baik? Karena setiap hal itu baik sejatinya, tergantung persepsi kita mau lebih diarahkan ke mana. Kedukaan sekali pun jika bisa dipersepsikan secara proporsional maka di dalamnya pasti ditemukan minimal satu kebaikan.
- mengadakan Career Expo. Siswa kelas 9 diminta untuk mencari sumber pengetahuan dan informasi hal apa yang perlu dipersiapkan untuk profesi yang kelak akan dituju atau dicita-citakan. Layanan tersebut akan diwujudkan dalam sebuah expo profesi di sekolah dalam bentuk stand pameran jenis profesi, yang akan melibatkan siswa lain di level kelas yang lebih muda. Kegiatan ini sudah dilakukan sebanyak 2 kali di sekolah kami.
Well, ini yang bisa saya bagikan untuk para pembaca setia Kompasiana dalam rangka memantik minat gerakan literasi di republik ini. Semoga bermanfaat. Selamat menyongsong Paskah.
Referensi: Kompas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H