"Kau mau pesan apa?" Nia menawarkan dengan ceria, tanpa rasa bersalah
"ehm... aku teh manis aja"
Ana dan Nia sebenarnya jauh berbeda secara usia, jika Nia 23 tahun, Ana sudah 30 tahun. Namun, Nia seolah tak peduli dengan perbedaan usia itu, ia santai sekali memanggil Ana dengan sebutan "kau".
"Ndry, kau ketahuan selingkuh sama istrimu hahaha" Nia ngakak, Andry dan Ana salah tingkah.
Bagi Andry, menariknya Nia memang di situ, sikap masa bodoh dan jujurnya nggak ketulungan. Sikapnya itu sangat cocok dengan Umu, mereka terlihat seperti kakak-beradik, ibu-anak setiap kali bercakap-cakap.
"Ana, kau tau. Andry itu lelaki yang baik begitu juga keluarganya. Jangan berfikir macam-macam, ia tidak akan selingkuh apalagi denganku" Nia memecah kebisuan antara mereka.
"ehm... lalu, kenapa ia begitu antusias datang menemuimu?" Ana bertanya hati-hati.
Nia tertawa, ia mengirimkan sinyal melalui mata pada Andry untuk menjawab pertayaan Ana.
"Maaf Ana, aku tidak punya jawaban atas pertayaanmu" Andry tertunduk, bersalah
Ruang dengar mereka di isi debur ombak yang kian menguat hempasannya. Mereka bertiga sibuk dengan fikiran masing-masing, Nia terlihat lebih santai menyeruput kopinya.
"Minum tehnya Ana, memang tidak berubah rasa sih sebagaimana kopi yang jika langsung diminum saat panas akan cepat habis dan ketika dingin ia kehilangan esensinya" ujar Ana
"dasar indie, kau selalu saja punya cara sendiri menerjemahkan kopi" ledek Andry, terlihat akrab