Perempuan itu salah tingkah, selama 5 bulan pernikahan tidak ada satu haripun kopi yang disajikannya pas bagi Andry. Kopi itu kadang manis, kadang terlalu pahit. Padahal berkali-kali Andry mengajarinya cara membuat kopi yang pas, tetap saja ia silap.
"Sini"
Andry menarik Ana lebih dekat, mereka duduk berdua sambil menatap lampu kota. Andry menatap Ana, lekat. Ia merapikan anak rambut Ana yang keluar dari kerudungnya. Ana selalu memakai kerudung meski di rumah sebab sahabat Andry suka nyelonong datang ke rumah untuk siaran.
"Ceritakan bagaimana hari ini Ana lewati" pinta Andry
"Sebagaimana biasa, Ana mencuci pakaian, menyapu, membereskan tanaman peninggalan Umu dan memasak untuk buka puasa"
"Sholihah, sini sama Om"
Mereka tertawa, entah di mana letak lucu percakapan itu. Sejatinya, keduanya masih menyimpan rahasia. Rahasia masa lalu yang belum juga dilupakan meski 5 bulan sudah berlalu dan mereka sudah bersama selama 5 bulan itu.
"Lihat, tomat peninggalan Umu sudah berbuah" teriak Ana girang
Andry menghampiri Ana, mereka sedang ada jadwal membersihkan tanaman hari ini. Biasanya, Umu mengurus tanaman itu. Air kolam di depan rumah juga mulai kotor, biasanya Adam dengan teman-temannya akan berbahagia jika disuruh membersihkan kolam lalu diberikan upah sepuluh ribuan, mereka girang. Sekarang berbeda, Andry harus mengurus semuanya dengan Ana.
"mau membuat saos tomat tidak?" tanya Andry
"Mau sih tapi Ana tidak bisa hehehe"
Andry lupa, Ana anak semata wayang yang tidak pernah mengerjakan apapun. Urusan dapur ia sangat terbatas, urusan belajar itu yang ia senangi. Ia betah membaca buku kebidanan yang tebal sampai larut malam.
"Bu Bidan andalanku, bisanya ngasih cinta ya dalam saos tomat?" ledek Andry