Mohon tunggu...
Nitafakur Milenia Magfiroh
Nitafakur Milenia Magfiroh Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia

When life gives you lemons, make lemonade.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menghidupkan Kembali Sumpah yang Telah Mati Suri

28 Oktober 2021   14:23 Diperbarui: 28 Oktober 2021   21:31 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jika kita bersumpah maka kita tidak boleh mengingkari. Sumpah tersebut adalah sebuah janji yang harus selalu kita pegang teguh. Bagaimana jika kita tidak pernah bersumpah tetapi hanya sebagai generasi penerus untuk melanjutkan sumpah yang ada? Apakah kualitas serta kekuatan sumpah itu dapat terjaga sampai nanti dan tidak akan tergoyahkan dengan peradaban manusia? 

Semua pertanyaan - pertanyaan ini muncul ketika mendekati tanggal 28 Oktober yang dikenal dengan hari Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda merupakan sumpah sakral yang diambil para pemuda zaman dahulu. Sumpah ini digadang-gadang setara dengan Sumpah Palapa milik Mahapatih Gajah Mada.

Konon katanya Sumpah Palapa begitu sakti karena mampu menyatukan wilayah Nusantara di genggaman Kerajaan Majapahit. Pada saat itu sumpah ini diucapkan oleh Gajah Mada yang disaksikan oleh masyarakat Majapahit. 

Banyak orang yang mencibir dan tidak mempercayai Sumpah Palapa, antara lain: Jabung Trewes dan Lembung Peteng yang menertawakan Gajah Mada serta Arya Tadah juga meragukan sumpah itu karena dianggap terlalu berat dan mustahil. 

Namun berbeda dengan Ratu Tribuanatunggadewi, dia malah mendukung serta mengaminkan sumpah ini agar dapat terjadi. Sumpah Palapa tersebut terdapat pada Serat Pararaton yang berbunyi:

Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tajung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".

Artinya: Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".

Tahun 1336-1364 M Gajah Mada mampu membawa Majapahit kepuncak kejaayaannya pada saat itu raja yang memimpin adalah Raja Prabu Hayam Wuruk. Melalui sumpah itu wilayah Majapahit dapat diperluas baik dengan cara serangan militer maupun diplomasi. 

Pernaklukan dengan cara serangan militer berhasil menaklukan Kerajaan Dharmasraya, Kesultanan Aru-Barumun, Kesultanan Kantu-Kampar, Kesultanan Samudera Pasai, Kerajaan Tumasik (Singapura), Kerajaan di Nusa Tanjung Negara (Kalimantan), Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Dompo hingga Pulau-pulau disekitarnya, sedangkan penaklukan dengan cara diplomasi dilakukan dengan Kerajaan Sunda Galuh. 

Tetapi pada tahun 1357 M Sumpah Palapa yang dibawakan Gajah Mada harus selesai akibat kesalah pahaman sehingga mengakibatkan Perang Bubat, perang saudara antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Mahapahit. Serta menimbulkan kehancuran bagi kerajaan Majapahit

Begitu juga dengan Sumpah Pemuda yang terbukti kekuatannya tidak diragukan lagi. Sumpah ini menjadi janji yang mampu menyatukan Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Kini terhitung sudah 93 tahun usia kalimat berikut ini. 

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun