Hallo, perkenalkan namaku Hiu, tapi Aku biasa dipanggil Kapten Mikro oleh teman-temanku. Padahal jika kalian bertemu denganku, badanku sama sekali tidak mikro, tapi makro alias besar dan menyeramkan.
Aku mendapat julukan Kapten Mikro karena diantara teman-temanku yang lain, Â Aku lah yang paling bisa makan banyak sampah plastik yang di buang Manusia ke laut.
"Hey, makanan apa itu Anyongramen? " Â Tanya si Nemo temanku yang paling kecil
"Itu produk makanan Korea" Jawab Lumba-Lumba temanku yang paling pintar
"Kok bisa produk Korea sampai di Indonesia?" Tanyaku penasaran
"Bisa saja, kan sampah plastik bisa berkeliling negara lewat jalur laut tanpa visa" Â Sahut Lumba-Lumba dengan suara parau. Badannya semakin kurus karena setiap hari harus berkejaran dengan Manusia untuk ditangkap sebagai pertunjukan sirkus. Adik dan kakaknya telah tertangkap setahun yang lalu, dan kini tinggal di salah satu akuarium raksasa di daerah Jakarta utara.
" Wow, keren. Coba aku makan plastik itu, siapa tahu rasanya berbeda dengan rasa plastik mie instan buatan Indonesia" Sahut Nemo sambil bergerak menangkap plastik mie instan Korea.
" Jaaangggaan " Teriakku dan Lumba-Lumba secara bersamaan, namun terlambat. Nemo sudah memakannya dengan lahap. Wajahku langsung pias melihat nemo memakan plastik itu.
" Lihat, Tak terjadi apa-apa denganku teman-teman. Aku masih hidup" Ucapnya sambil menggerak-gerakkan tubuh mungilnya. " Ini rasanya lebih lezat daripada plastik yang biasa aku makan " Jawabnya sambil tersenyum ceria.
Aku pun merasa lega. Namun, Tak lama kemudian suara gemuruh mulai terdengar. Teman-temanku dari dari arah barat berbondong-bondong pergi ke arah timur. Air laut pun langsung berubah menjadi keruh.
Sebagai Kapten di Kerajaan Maritim, Aku mencoba untuk bersikap tenang dan tak panik.
" Ada apa yu?" Tanyaku pada penyu yang datang dengan nafas terengah-engah.
" Hiu, tolong. Di bagian barat ada badai pusaran plastik, teman-temanku sudah banyak yang lemas dan tak berdaya kerena terlalu banyak menelan plastik" Jawabnya dengan suara lemah, dan air matanya langsung  mengalir deras ketika dia melihat satu persatu teman-temannya mulai mengambang di laut tak sadarkan diri.
" Tunggulah disini, Aku akan segera menyelamatkan kalian" Ucapku pada teman-teman kemudian langsung bergegas pergi ke arah barat. Aku mencoba memakan dan menghalau pusaran plastik. Sebisa mungkin Aku terus berusaha untuk memakan semua plastik-plastik ini agar teman-temanku lain bisa bertahan hidup.
Hampir tiga puluh menit aku berjuang memakan plastik, Akhirnya Aku berhasil membuat air laut sedikit kembali jernih. Aku pun pergi menuju ke timur dengan berenang perlahan karena rasanya tubuhku lemas. Sepertinya Aku terlalu makan banyak sampah.
" Hiu, terima kasih telah menyelamatkan kami " Ucap penyu padaku yang hanya mampu kujawab dengan anggukan kepala. Mulutku terasa terbakar, tenggorokankan rasanya tercekat, bahkan untuk berbicara saja aku tak mampu. Tiba-tiba badanku menjadi sangat lemas tak bertenaga sehingga aku jatuh ke pasir.
" Hiuuu " Teriak kawan-kawanku lalu berenang menuju ke arahku.Â
Aku bisa meliat nemo dengan badan kecilnya itu memelukku sambil menangis.
" Hiu, andai badanku besar sepertimu, pasti aku bisa membantumu memakan plastik-plastik jahat itu " Ujar Nemo yang membuatku tersenyum.
" Sudah tak apa, sudah tugasku menjaga kalian di Kerajaan Maritim ini " Jawabku mencoba menenangkan teman-temanku.
Aku mencoba untuk menguatkan diriku sendiri, Namun rasanya kali ini tubuhku sudah tak bisa diajak kerjasama.
Sudah hampir setahun ketika teman-temanku menjadikanku kapten, Aku merasa bahagia bukan karena gelar kapten yang diberikan oleh teman-teman, tapi aku merasa bahagia ketika dapat menyelamatkan teman-temanku yang lain.
Tetapi, Sore ini Aku harus melepas gelar kapten mikro.
Setelah ini Aku sudah tak bisa menjaga teman-temanku kembali di kerajaan Maritim.
Mataku terasa berat dan kabur. Sayup-sayup aku masih bisa mendengar tangis teman-temanku. Namun setelah itu, Aku sudah tak lagi mendengar suara mereka.
Yang kurasakan saat ini adalah Aku kembali bisa merasakan kebebasan berenang tanpa merasa takut. Kembali bertemu dengan terumbu karang yang indah, dan tentunya tak ada plastik di setiap jalan yang Aku lewati.
Dimanakah Aku saat ini? Tentunya Aku sudah tak berada di bumi bersama Manusia-Manusia yang jahat itu. Aku berada di laut terbaik yang telah disiapkan Tuhan untukku. Â
Teruntuk sahabat baikku Nemo, Penyu, Lumba-Lumba. Aku berharap kalian bisa terus bertahan di laut Maritim.
Tenang saja, Aku akan melaporkan semua perilaku manusia yang suka membuang sampah plastik ke laut kepada Tuhan.
Aku tidak akan meminta Tuhan untuk menghukum para manusia itu, Aku hanya meminta kepada Tuhan untuk menyadarkan mereka agar tidak membuang sampah ke laut dan tidak mengeksploitasi kami para penghuni laut secara berlebihan dan terus menerus.
Ini bukan permasalahan tentang soal Aku hanya hewan laut dan mereka manusia, tapi ini adalah tentang soal hati nurani dan tentang keberlangsungan kehidupan di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H