Bahwa menggabungkan slow living dengan berladang di sekitar Danau Toba yang disebut-sebut juga sebagai salah satu "surga tersembunyi" Â adalah pilihan hidup yang sangat tepat, bahkan dapat dikatakan "nyaris sempurna"
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang (termasuk Saya) mulai merindukan ketenangan dan kesederhanaan, dan  salah satu cara untuk menemukan kembali keseimbangan hidup tersebut adalah dengan menerapkan gaya hidup slow living.
Lalu, apa "sempurnanya" menggabungkan slow living dengan kegiatan berladang di sekitar kawasan Danau Toba?
Keindahan Alam Danau Toba
Untuk hal pertama, kita simak dulu mengenai Danau Toba termasuk Kawasan Danau Tobanya.
Danau Toba, danau vulkanik terbesar di dunia, yang terletak di jantung Sumatera Utara, yang juga disebut-sebut sebagai salah satu surga tersembunyi, banyak menawarkan pesona alam yang luar biasa dan berbagai aktivitas wisata yang menarik.
Dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, juga menawarkan suasana yang sangat kondusif untuk menjalani hidup yang lebih tenang dan nyaman. Udara segar, pemandangan hijau sejauh mata memandang, dan suara gemericik air menjadi latar belakang yang sempurna untuk menenangkan pikiran dan jiwa. Sempurna!
Selain keindahan alam Danau Toba yang sudah mendunia, terdapat banyak spot menarik lainnya yang bisa kita kunjungi. Berikut beberapa di antaranya:
*Bukit Holbung: Dikenal sebagai "Bukit Teletubbies" karena perbukitannya yang hijau dan bergelombang. Dari sini, Kita bisa menikmati panorama Danau Toba yang luas.
*Puncak Sidikalang: Menawarkan pemandangan yang dramatis, dengan perpaduan antara pegunungan, sawah terasering, dan Danau Toba.
*Paropo: Desa yang terletak di tepi Danau Toba ini menyajikan pemandangan yang tenang dan asri. Kita bisa menikmati suasana pedesaan sambil menikmati keindahan danau.
*Pulau Samosir: Pulau vulkanik di tengah Danau Toba ini menawarkan berbagai atraksi wisata, mulai dari desa tradisional, air terjun, hingga makam Raja-Raja Batak.
*Air Terjun Sipiso-piso: Air terjun tertinggi di Sumatera Utara ini menawarkan pemandangan yang spektakuler.
*Kebun Teh Sidikalang: Bagi pencinta teh, kebun teh Sidikalang adalah surga. Kita bisa menikmati pemandangan perkebunan teh yang hijau sambil menyeruput secangkir teh hangat.
*Bukit Sibea-bea:  Bagi yang ingin melakukan wisata religi, Bukit Sibea-bea merupakan destinasi wisata religi terintegrasi di Kabupaten Samosir.  Selain patung Yesus Kristus, yang disebut-sebut  lebih tinggi dari Patung Yesus Kristus yang ada di Brazil, kawasan wisata ini dilengkapi dengan rumah doa, wisata kuliner, dan panorama alam Danau Toba.
*Dan masih banyak lagi yang akan terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu. Tinggal dibrowsing di internet, akan tersaji semuanya.
Aktivitas Menarik di Sekitar Danau Toba
Sambil menjalani kegiatan sehari-hari yang berbau slow living, ketika pada saat-saat tertentu kita ingin menjalankan hobby atau refresshing, tersedia juga wahana-wahananya yang antara lain:
*Berlayar: Menyewa perahu motor atau kapal tradisional untuk mengelilingi Danau Toba adalah pengalaman yang tak terlupakan.
*Mancing: Bagi para pecinta memancing, Danau Toba menawarkan spot memancing yang menarik dengan berbagai jenis ikan.
*Trekking: Jelajahi keindahan alam Danau Toba dengan melakukan trekking di sekitar danau atau mendaki gunung.
*Camping: Nikmati suasana malam yang tenang dengan berkemah di tepi danau atau di hutan pinus.
*Kuliner: Jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi kuliner khas Batak, seperti arsik, saksang (makanan non halal), dan ikan mas arsik.
*Event: Sering juga ada even lokal maupun internasional seperti  Pesta Rakyat, Festival Danau Toba dengan acara  budaya besar yang menampilkan pertunjukan seni, musik tradisional, tarian, dan kegiatan budaya lainnya, Pesta Budaya Oang-Oang, Kejuaraan dunia perahu motor super cepat (power boat),  Samosir Music Internasional, Trail of The Kings (TOTK), Aquabike Jetski World Championship dan masih banyak yang lainnya.
Berladang: Kembali ke Akar
Lalu, apa yang lebih sempurnanya menggabungkan slow living dengan kegiatan berladang di sekitar kawasan Danau Toba?
Setelah pada bagian pertama kita telah membahas Danau Toba dengan segala keindahannya yang menakjubkan, kita kini masuk ke bagian kedua untuk membahas seputar perladangan.
Berladang tidak hanya sekadar aktivitas pertanian, tetapi juga merupakan cara untuk kembali ke akar dan menjalin hubungan yang lebih erat dengan alam. Dengan menanam sendiri bahan makanan, kita tidak hanya mendapatkan makanan yang segar dan sehat, tetapi juga merasakan kepuasan tersendiri karena hasil kerja keras kita sendiri.
Mengapa Memilih Berladang di Sekitar Danau Toba?
Berikut ini beberapa alasan yang bisa menjadi bahan pertimbangannya yang antara lain:
*Tanah yang Subur: Tanah di sekitar Danau Toba sangat subur, sehingga cocok untuk berbagai jenis tanaman terutama untuk jenis Sayur Mayur.
*Iklim yang Sejuk: Suhu udara yang sejuk dan lembap membuat tanaman tumbuh subur sepanjang tahun.
*Potensi Wisata Pertanian: Selain untuk konsumsi pribadi, hasil panen juga dapat dijual kepada wisatawan atau diolah menjadi produk olahan.
*Pelestarian Lingkungan: Berladang secara organik dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya erosi tanah.
*Akses jalan: Akses jalan seputar wilayah, demikian juga  untuk masuk ke area perladangan, terutama untuk hal yang terkait dengan pengangkutan  hasil-hasil pertanian sangat terbuka, sehingga untuk masalah lalu lintasnya relatif mudah dan lancar.
*Bandar udara: Bandar Udara  yang  hanya hitungan menit untuk area sekitar, bisa membuang kekhawatiran bagi yang masih punya mobilitas tinggi, yang  mengharuskan menggunakan Pesawat Udara untuk pergi maupun pulang.
*Penginapan: Bagi yang memerlukan penginapan untuk waktu yang relatif lama banyak tersedia home stay, tempat kost  atau rumah penduduk  yang bisa disewa bulanan maupun tahunan. Â
*Sarana Prasarana: Â Untuk alat penunjang pelaksanaannya seperti mulai dari penyedia bibit, penyedia alat-alat pertanian (termasuk alat berat; traktor; rotary apabila dibutuhkan), toko pupuk, relatif mudah ditemukan.
*Potensi Pasar: Bagi yang ingin mengembangkan lagi untuk sisi bisnisnya, mengingat posisi yang strategis dan infrastruktur di seputar kawasan Danau Toba yang sudah memadai, sehingga untuk berbisnis hasil-hasil pertanian sangat mempunyai prospek yang menjanjikan.
*Lahan Tidur: Diseputar kawasan Danau Toba masih banyak lahan tidur, sehingga bisa saling berkolaborasi dengan pemiliknya untuk semacam pinjam pakai dengan durasi sesuai tertentu  atau sistem kerjasama yang saling menguntungkan sesuai kesepakatan.
Manfaat Slow Living Plus Berladang
Berkaca dari pengalaman sendiri sebelum melakukan Slow Living yang bisa dikatakan hampir beberapa kali dalam sebulan  harus  jadi Pasien Dokter, tapi setelah melakukan Slow Living dan menikmatinya, saya menemukan manfaatnya yang kurang lebih sebagai berikut: Â
*Kesehatan Mental: Berada di alam terbuka dan melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat mengurangi stres dan meningkatkan mood.
*Kesehatan Fisik: Makanan organik yang dihasilkan sendiri lebih sehat dan bergizi dibandingkan makanan olahan.
*Kualitas Hidup: Hidup yang lebih sederhana dan dekat dengan alam membuat kita lebih menghargai hal-hal kecil dalam hidup.
*Kemandirian: Dengan berladang, kita menjadi lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan.
Bagaimana cara memulainya?
Sebuah pertanyaan yang timbul dalam benak saya ketika mulai serius  memikirkannya, yang akhirnya saya dapatkkan langkah-langkahnya sebagai berikut:
*Mulai dari Hal Kecil: Tidak perlu langsung memiliki lahan yang luas. Mulailah dengan yang  sesuai budget.
*Belajar dari Petani Lokal: Banyak petani lokal yang dengan senang hati berbagi ilmu dan pengalaman mereka. Apalagi berkolaborasi.
*Memilih Tanaman yang Sesuai: Pilih tanaman yang disenangi, mudah dirawat dan mudah dipasarkan apabila ingin mendapat pemasukan tambahan.
*Bergabung dengan Komunitas: Bergabung dengan komunitas pertanian yang dapat memberikan dukungan, Â informasi yang bermanfaat, bersedia saling menyumbangkan tenaga apabila diperlukan.
Jenis Tanaman yang Cocok Ditanam di Sekitar Danau Toba
Ketinggian dan iklim yang beragam di sekitar Danau Toba memungkinkan pertumbuhan berbagai jenis tanaman. Berikut beberapa di antaranya:
*Tanaman Buah: Kopi, jeruk, alpukat, mangga, apel (di daerah yang lebih tinggi), dan buah-buahan tropis lainnya.
*Sayuran: Kentang, wortel, kol, tomat, cabai, berbagai jenis sayuran daun, dan umbi-umbian.
*Rempah-rempah: Andaliman (rempah khas Batak), jahe, kunyit, lengkuas, dan lainnya.
*Padi: Varietas padi lokal yang adaptif terhadap kondisi tanah dan iklim setempat.
*Tanaman Obat: Jahe merah, kunyit putih, temulawak, dan berbagai jenis tanaman obat lainnya.
Dari uraian-uraian di atas, terutama didasarkan pengalaman sendiri, dapat disimpulkan bahwa menggabungkan slow living dengan berladang di sekitar Danau Toba yang disebut-sebut juga sebagai salah satu "surga tersembunyi" Â adalah pilihan hidup yang sangat tepat, bahkan dapat dikatakan "nyaris sempurna".
Bahwa apabila untuk cakupan yang lebih luas lagi, dengan berladang di sekitar Danau Toba tidak hanya memberikan kepuasan pribadi, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang besar. Dengan pengelolaan yang baik, kegiatan berladang dapat menjadi salah satu pilar dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di kawasan Danau Toba.
Senantiasa berada dalam suasana yang,  sejuk, damai, dan indah  sungguh akan sangat menenangkan jiwa.
Biaya hidup yang relatif rendah, bisa menyelamatkan kondisi keuangan yang pemasukan terbatas sementara pengeluaran tidak bisa dihindarkan. Â
Menyatu dengan alam melalui aneka kegiatan diseputar perladangan, selain memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan mental, ini juga akan  berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi lokal.
Kondisi area dengan alam terbuka sejauh mata memandang, selain akan memanjakan mata sebagai alat penglihatan, juga akan menimbulkan kesan bahwa kita tidak sendirian disana.
Merasakan langsung kehidupan sehari-hari di pedesaan, memetik buah dari hasil pertanian sendiri semacam fresh from the oven, berbaur dengan petani  lokal yang berhati mulia dan bersahaja, sungguh sebuah perjalanan hidup yang butuh beberapa jilid buku apabila diceritakan. Benaran!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H