Mohon tunggu...
Nita Nofa Risma
Nita Nofa Risma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN K H Abdurahman Wahid Pekalongan

Saya memiliki ketertarikan terhadap ilmu ekonomi karena dapat memberikan wawasan tentang pola perilaku, kebijakan dan dinamika yang mempengaruhi kehidupan masyarakat secara luas.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pendidikan Tinggi dan Pengangguran, Apakah gelar masih menjamin pekerjaan?

19 Desember 2024   18:45 Diperbarui: 19 Desember 2024   19:19 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di masa lalu, memiliki gelar pendidikan yang tinggi dianggap sebagai tiket emas menuju ke dunia kerja. Gelar sarjana adalah symbol keberhasilan akademik dan dianggap sebagai prasyarat utama untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Lulusan perguruan tinggi identic dengan pekerjaan yang bergengsi, berpenghasilan tinggi, dan kehidupan ekonomi yang mapan. Namun pada kenyataannya, saat ini menunjukan gambaran yang berbeda. Banyak lulusan perguruan tinggi menghadapi tantangan besar dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi yang telah mereka jalani. Hal ini menimbulkan pertanyaan yang mendasar.

Apakah gelar pendidikan tinggi masih menjamin pekerjaan?

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pengangguran terdidik adalah mereka yang memiliki gelar sarjana ataupun diploma.  Hal ini terjadi bukan hanya di Indonesia saja, tetapi juga terjadi di negara lain. Salah satu ciri khas pengangguran di Indonesia adalah tingginya jumlah pengangguran dari kalangan berpendidikan tinggi, yang sering disebut sebagai pengangguran terdidik. Menurut data Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2016, kelompok angkatan kerja yang mendominasi tingkat pengangguran di Indonesia berasal dari lulusan sekolah menengah atas (baik umum maupun kejuruan) serta pendidikan tinggi (sarjana dan diploma).

Lalu apa yang faktor menyebabkan banyaknya pengangguran terdidik?

1. Ketidaksesuaian keterampilan

Banyak lulusan perguruan tinggi yang tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini disebabkan ketidaksesuaian antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.

2. Kenaikan jumlah lulusan

Jumlah lulusan perguruan tinggi terus meningkat, tetapi pertumbuhahn lapangan kerja tidak sebanding. Hal ini menyebabkan persaingan yang semakin ketat diantara pencari kerja, terutama dikalangan lulusan baru. 

3. Kurangnya pengalaman

Banyak lulusan yang tidak memiliki pengalaman kerja atau soft skill yang diperlukan untuk bersaing di pasar kerja. Sementara lulusan baru cenderung hanya memiliki pengalaman akademis.

4. Keengganan untuk memulai dari posisi rendah

Lulusan seringkali enggan untuk bekerja di perusahaan dengan posisi atau jabatan yang rendah. Mereka berpikir bahwa dengan memiliki gelar pendidikan yang tinggi mereka dapat bekerja dengan jabatan yang tinggi tanpa harus memulai dari posisi yang rendah. gaji awal yang besar karena merasa bahwa tingkat pendidikan mereka harus dihargai. Namun realitanya, terutama bagi fresh graduate, gaji seringkali lebih rendah dari yang diharapkan.

5. Preferensi terhadap pekerjaan yang bergengsi

Banyak lulusan yang hanya mengincar pekerjaan di perusahaan besar, instansi pemerintah atau sector formal dengan reputasi tinggi. Mereka cenderung mengabaikan peluang kerja di sector yang dianggap kurang bergengsi seperti usaha kecil atau menengah.

6.   Kualitas pendidikan yang kurang optimal

Pendidikan merupakan fondasi utama bagi kemajuan individu dan bangsa. Namun pada kenyataannya, mutu pendidikan di banyak negara, termasuk Indonesia, masih jauh dari kata optimal. Ketidakoptimalan berdampak pada daya saing lulusan di pasar kerja. Selain itu sistem pendidikan terlalu berfokus pada nilai akademik daripada meningkatkan keterampilan praktis. Kurikulumnya seringkali kaku dan berpusat pada hafalan, dan kurang mendorong mahasiswa untuk menjadi kreatif atau berpikir kritis. Padahal sebenarnya, dunia kerja saat ini lebih membutuhkan orang yang memiliki skill inovatif, kreatif, dan dapat bekerja dalam tim.

7. Harapan gaji yang tinggi

Lulusan pendidikan tinggi seringkali memiliki harapan gaji yang tinggi dan lebih memilih pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka, bahkan mereka bersedia mennunggu lebih lama untuk mendapatkan pekerjaan.

8.Kurangnya informasi lowongan pekerjaan

Beberapa pencari kerja tidak memiliki akses yang memadai terhadap informasi tentang peluang kerja yang tersedia.

Banyak dari kita yang tumbuh dengan pandangan bahwa memiliki gelar pendidikan yang tinggi adalah jalan satu satunya menuju kesuksesan. Namun pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa dunia kerja modern jauh lebih kompleks. Gelar pendidikan tetaplah penting, akan tetapi tidak lagi menjadi satu satunya tiket emas dalam menuju kesuksesan.

Bagaimana solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi pengangguran terdidik?

1. Pengembangan informasi pasar kerja

Membangun dan memperkuat sistem informasi pasar kerja efektif untuk memberikan data terkini mengenai lowongan pekerjaan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri.

2. Pelatihan keterampilan dan program magang

Menyediakan pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, termasuk program magang yang memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa. Hal ini dapat meningkatkan daya saing di pasar kerja. Selain itu institusi pendidikan dapat mengintegrasikan pelatihan kewirausahaan dalam kurikulum perguruan tinggi untuk mendorong lulusan dalam menciptakan lapangan kerja merekan sendiri.

3.  Kemitraan antara pendidikan dan industri

Intitusi pendidikan dapat membangun kemitraan dengan perusahaan atau industri untuk memastikan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan industri. Ini juga dapat mencakun program magang, proyek kolaboratif dan pelatihan bersama

4. Penyuluhan dan literasi teknologi

Melakukan penyuluhan tentang variasi bidang kerja yang tersedia termasuk sector- sector baru yang mungkin belum dikenal lulusan baru. Selain itu dapat dengan meningkatkan literasi reknologi dikalangan lulusan agar mereka siap menghadapi tuntutan pekerjaan di era digital saat ini.

Apakah memiliki gelar pendidikan tinggi masih memiliki peran yang penting?

Pendidikan tinggi masih memiliki peran penting, akan tetapi bukan lagi jaminan mutlak untuk mendapatkan pekerjaan. Transformasi dunia kerja menuntut individu untuk terus belajar dan beradaptasi. Sinergi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah diperlukan untuk memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang relevan dan mampu bersaing di pasar kerja. Pada akhirnya, sukses dalam dunia kerja bukan hanya tentang gelar, tetapi tentang bagaimana kita memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakan nilai bagi diri sendiri dan masyarakat.

Meskipun gelar sarjana memberikan beberapa keuntungan, seperti potensi upah yang lebih tinggi dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, tidak ada jaminan bahwa gelar tersebut akan menjamin kesuksesan karier. Hal ini menunjukkan bahwa lulusan dengan keterampilan khusus dan pengalaman praktis memiliki peluang lebih besar untuk diterima di perusahaan

Bagi individu, penting untuk menyadari bahwa pendidikan formal hanyalah salah satu komponen dalam perjalanan karier. Mahasiswa harus lebih proaktif dalam mengembangkan keterampilan yang relevan melalui kursus , sertifikasi, atau pengalaman kerja paruh waktu. Beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar akan memberikan nilai tambah yang signifikan.

Pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada stabilitas sosial dan ekonomi. Generasi muda yang frustrasi karena sulit mendapatkan pekerjaan dapat kehilangan motivasi dan kepercayaan terhadap sistem pendidikan. Selain itu, tingginya tingkat pengangguran terdidik dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena tenaga kerja potensial tidak dimanfaatkan secara optimal.

Masyarakat juga perlu mengubah pandangan mereka terhadap pendidikan tinggi. Gelar akademik tidak boleh lagi dianggap sebagai satu-satunya indikator kesuksesan. Fokus harus bergeser ke arah penguasaan keterampilan, dan kemampuan beradaptasi. Dalam konteks ini, pendidikan tinggi tetap relevan jika mampu menjadi wadah untuk mencetak individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga keterampilan yang aplikatif.

Secara keseluruhan, gelar sarjana kini tidak lagi menjamin seseorang langsung mendapatkan pekerjaan. Para lulusan harus membekali diri dengan keterampilan praktis dan pengalaman yang sesuai agar mampu bersaing di pasar kerja yang semakin ketat. Oleh sebab itu, perguruan tinggi perlu menitikberatkan pada peningkatan kualitas dan kesesuaian kurikulum guna memenuhi kebutuhan industri sekaligus mempersiapkan lulusannya menghadapi dunia kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun