Mohon tunggu...
Niswatin Khoiroh
Niswatin Khoiroh Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komunikasi Nonbahasa

23 April 2014   15:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:18 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menurut Rooger (1981:90) menyatakan baha pengkajian pemakaian bahasa dalam masyarakat akhirnya menggiring ke permasalahan yang melampaui cakupan struktur internal bahasa, yaitu ke arah struktur masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan. Komunikasi melalui ujaran menjadi bagian dari fenomena yang lebih luas yang juga mencakup komunikasi nonbahasa. System komunikasi nonbahasa ini telah dikembangkan manusia bersamaan dengan bahasa. System tadi punya evolusi purba (sebagai pembanding), tetapi manusia telah menambahnya dengan gerakan atau tanda-tanda yang disepakati dan mengubahnya sesuai dengan pemolaan budaya. Buku-buku populer yang terbit belakangan, misalnya, telah mengkaji cara manusia berkomunikasi secara halus dan tak disadari melalui “bahasa jasmani” (Scheflen 1973).

Hall (1966), dalam kajiannya mengenai bagaimana budaya menggunakan ruang gerak fisik untuk berkomunikasi tentang hubungan social, menyadarkan kita akan adanya sekian banyak pola yang biasanya kita anggapsebagai sesuatu yang sudah sewajarnya. Orang Amerika membungkus diri mereka dengan semacam pembungkus ruang gerak yang bersifat pribadi, semacam kantong plastic yang tak kelihatan. Ruang gerak ini biasanya tidak diganggu gugat dalam pergaulan sehari-hari.

Banyak pesan yang kita pertukarkan memberitahu kita perihal bagaimana pesan-pesan lainnya harus ditafsirkan apakah pesan-pesan tadi “benar”,”sungguh”, “kelakar”, “mengancam”, dan sebagainya. Bateson (1955) menamai pesan tentang pesan ini sebagai metakomunikasi . dengan metakomunikasi tersebut, kita menaruh kerangka seputar pesan yang memberitahu orang lain bagaimana cara menafsirkannya: “kamu ini persetan” bisa merupakan umpatan atau sapaan akrab dikalangan rekan sebaya. Kita sebaiknya berhati-hati untuk membuatnya jelas (“Senyumlah bilamana anda berkata,,,,,,”).

Refrensi: Roger M. Keesing ,1981

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun