Mohon tunggu...
Niswana Wafi
Niswana Wafi Mohon Tunggu... Lainnya - Storyteller

Hamba Allah yang selalu berusaha untuk Istiqomah di jalan-Nya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perbaikan Generasi dengan Makan Siang Gratis akan Berujung Halu

15 April 2024   07:18 Diperbarui: 15 April 2024   07:28 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, kedua capres-cawapres terpilih, mulai mempersiapkan program makan siang gratis yang akan menjadi program unggulannya. 

Di sela-sela kunjungannya sebagai Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo mempelajari praktik makan siang gratis yang digunakan di sekolah di Beijing, Cina, pada hari Selasa, 2 April 2024. Sementara itu, Gibran Rakabuming Raka menyatakan bahwa dia sudah mengirimkan tim ke India untuk belajar tentang program makan siang gratis pada negara tersebut. Diketahui bahwa sejak tahun 2001, pemerintah India telah menerapkan program makan siang gratis secara nasional. Pemerintah India mengalokasikan sekitar 116 miliar rupee (Rp21,77 triliun) untuk program makan siang gratis pada tahun pelajaran 2023--2024.

Menurut laporan, pasangan Prabowo-Gibran menempatkan program makan siang gratis sebagai prioritas utama. Dalam kampanyenya, program ini juga sering disebutkan. Program makan siang gratis ini bertujuan untuk meningkatkan nutrisi anak-anak di Indonesia. (Kompas Tv, 3-4-2024).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan program makan siang gratis untuk anak adalah investasi dalam sumber daya manusia. Ia juga berharap agar tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang kekurangan gizi. Menurutnya, sumber daya manusia (SDM) yang unggul sangat diperlukan untuk melepaskan negeri ini dari trap middle income. Dengan kata lain, kualitas SDM sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. (Kompas, 7 April 2024). 

Setelah membaca pernyataan pejabat pemerintah ini, menjadi miris sekaligus ironis, mengetahui bahwa pemimpin negara kita menggagas kebijakan yang bertujuan untuk menghasilkan generasi yang unggul. Padahal sebenarnya, mereka melakukan hal ini hanya demi keuntungan ekonomi. Namun, begitulah buah dari penerapan sistem demokrasi-kapitalisme, semua hal akan dianggap sebagai barang ekonomi. Kebijakan yang dibuat pun tidak pernah lepas dari keuntungan semata, bukan benar-benar demi kesejahteraan rakyat.

Pembangunan kualitas generasi yang hanya bergantung pada "isi perut" dan mengabaikan "isi kepala" pada akhirnya akan gagal. Ini karena isi perut tidak selalu menunjang aktivitas berpikir, sementara isi kepala jelas menentukan standar dan hasil dari aktivitas berpikir.

Bagaimanapun, kita harus menyadari bahwa pemikiran manusia tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, menentukan kebangkitan manusia. Sebab, pemikiran ini akan membentuk dan memperkuat persepsi dan pemahaman kita tentang segala sesuatu, maka hal ini sangatlah penting. 

Dalam kehidupan ini, manusia selalu mengatur tingkah lakunya sesuai dengan apa yang mereka lihat dan pahami tentangnya. Maka, satu-satunya cara untuk mendapatkan persepsi dan pemahaman yang benar tentang kehidupan adalah dengan membangun suatu pemikiran yang menyeluruh tentang kehidupan. Oleh karena itu, kebijakan yang hanya berfokus pada isi perut, belum tentu bisa mendidik generasi mengenai standar hidup yang benar (aturan halal dan haram). Kapan pun program makan siang gratis ini dimulai, tetaplah bersifat halu karena didasarkan pada keinginan semata, jauh dari cita-cita sejati yang ingin diwujudkan. Terlebih jika dorongan itu didasari pada negara yang ingin keluar dari status middle income trap, maka hasil semu lah yang akan diperoleh.

Kita juga harus mengakui bahwa krisis berlapis telah melanda generasi saat ini. Faktanya, tidak hanya sektor pendidikan yang menghadapi hambatan untuk pembangunan generasi, tetapi juga faktor lain seperti liberalisasi media, kemakmuran ekonomi, dan hedonisme intelektual. Solusi Indonesia untuk keluar dari keadaan negara middle income trap tidak dapat bergantung pada angka pertumbuhan ekonomi palsu, karena kondisi ekonomi nasional sudah sangat rapuh.

Demikian halnya dengan kualitas generasi. Untuk mencapai generasi unggul, tidak cukup hanya dengan mengisi perutnya. Lebih dari itu, harus dipastikan juga bahwa pemikirannya terisi sebagai calon konstruktor peradaban yang sahih. Fakta menunjukkan bahwa peradaban kufur adalah peradaban yang pasti akan runtuh. Maka, sangat rugi bagi suatu negeri yang ingin menghasilkan generasi emas, tetapi malah menghabiskan sumber daya mereka untuk mengisi peradaban kufur.

Untuk itu, solusi yang diperlukan untuk menangani berbagai komponen penyebab krisis ini ialah solusi sistemis. Solusi ini tidak dapat hanya mencakup penerapan program makan siang gratis, melainkan seluruh aspek harus mengalami transformasi yang hakiki. 

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS Ar-Ra'd [13]: 11). 

Kita tidak bisa menampik bahwa banyak profil generasi muda saat ini tidak sesuai dengan citra sebenarnya. Meskipun demikian, cara hidup kapitalisme sekuler memiliki dampak yang signifikan terhadap krisis identitas yang dialami oleh generasi muda. Fakta menunjukkan bahwa banyak orang yang mengalami krisis daya juang. Sebagian orang tidak mau hidup dalam kepayahan, sebagian lagi harus hidup seperti sapi perah, dan sebagian lagi memilih jalan yang salah menjadi generasi "melambai", bahkan ada yang harus hidup ngenes karena penyakit mental.

Pada saat yang sama, mereka terombang-ambing dan terbawa arus dengan begitu mudah sehingga mereka tidak dapat melepaskan diri. Kondisi ini disebabkan oleh penerapan aturan kehidupan yang serba boleh dan bebas, yang menyebabkan mereka kehilangan prinsip dan standar moral dalam kehidupan mereka.

Di satu sisi, mereka disebut produktif, tetapi hanya untuk standar global. Mereka juga disebut tangguh, tetapi sebenarnya adalah buruh. Di sisi lain, mereka adalah korban kapitalisme, sistem kehidupan zalim yang menghambat harta rakyat.

Jika kita membiarkan ideologi kapitalisme meracuni kaum muda muslim secara terus menerus, maka secara sistematis dan massal akan terjadi pembajakan dan penyesatan potensi pemuda muslim. Akibatnya, kekuatan dan produktivitas pemuda muslim hanyalah menjadi bahan bakar bagi mesin ekonomi kapitalisme.

Selain itu, pemuda muslim saat ini membutuhkan perubahan identitas. Jika kekuatannya dan produktivitasnya digunakan untuk membela agama Allah, mereka tidak akan sia-sia. Tidak diragukan lagi, hanya aturan Allah yang dapat memungkinkan penggemblengan mereka untuk menghasilkan generasi yang unggul.

Allah Taala berfirman, "Kami menceritakan kisah ini dengan benar kepadamu (Muhammad). Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami menambah untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran." (QS Al-Kahfi [18]: 13--14).

Selain itu, dalam ayat, "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah," Allah telah menetapkan standar untuk keberhasilan generasi muslim.

Sangat jelas bahwa karakteristik generasi muda muslim yang unggul adalah mereka yang berusaha menjadi yang terbaik menurut standar Allah, yang berarti mereka mengikuti aturan Islam. Mereka memiliki kepribadian Islam, yang berarti mereka memiliki sikap dan pemikiran Islam. Semua kehidupan mereka diberikan untuk membela Islam. Mereka terlibat dalam aktivitas dakwah setiap hari. Mereka bertahan, berhasil dalam pekerjaan, berani, dan pemimpin yang baik. Mereka juga dapat mencapai tindakan terbaik dan tawakal tertinggi untuk kemuliaan agama Islam dan kaum muslim.

Sudah jelas bahwa upaya individu dan keluarga tidak cukup untuk menjadikan pemuda muslim produktif, tangguh, dan bahkan mampu meraih gelar umat terbaik itu. Harus ada lingkungan masyarakat yang sehat dan negara yang independen. Negara berlandaskan sistem Islam, khilafah, adalah satu-satunya inkubator untuk menghasilkan profil generasi muda muslim yang produktif dan tangguh. Wallahualam bissawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun