Buru-buru si petani anggur menyalakan lilin, membuka lipatan kertas, kemudian membaca setiap untaian kata demi kata pada surat yang secara tidak langsung datang dari seorang saudagar.
‘Cuaca di Barat sedang baik dan terkendali. Ada sebuah ladang yang hendak digarap. Sebelum awan menggumpal berjalan ke Barat ladang tersebut akan butuh petani untuk menggarap.Â
Matahari sedang terang-terangnya. Lahan yang dihujani sinarnya cocok untuk ditanami jagung, labu, dan anggur.
Barangsiapa yang mendapatkan surat terbuka ini, sebaiknya segera ke Barat.
Salam, Saudagar dari Barat.’
Anggur..
Arah pikiran si petani menuju ke sana. Sudah pasti ia mengaggap ini sebagai sebuah kesempatan emas. Rona wajahnya mulai cerah bahkan senyuman tipis terulas di wajahnya. Tanpa pikir panjang, segera ia bangkit dari duduknya, sambil membawa lilin yang sudah setengah habis, ia bersiap untuk tidur. Dilipatnya surat tadi dan ditaruhnya di bawah bantal.
Besok adalah hari di mana ia akan memulai perjalanannya ke Barat.
To be continued..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H