Mohon tunggu...
Dreamer
Dreamer Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer- Writer

Mengukir masa depan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Star Syndrome, Puncak Semu Popularitas

31 Oktober 2020   22:17 Diperbarui: 3 November 2020   21:02 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Video tersebut ditutup dengan slogan menohok dan khas yang  kemudian  berhasil membawa A menjadi trending topic twitter selama tiga hari atau lebih dan dielu-elukan di hampir seluruh jagat raya media sosial. Bak rejeki nomplok, sorotan yang terus menerus mengarah kepadanya kini menggiring A menuju Ibu Kota. 

Popularitas yang ia dapat dalam semalam membuahkan harapan manis untuk nasib dan masa depannya. Beberapa waktu yang lalu, terdengar kabar bahwa A mulai berlakon dalam sitkom yang ditayangkan di televisi nasional bahkan diundang menjadi bintang tamu pada beberapa podcast. 

Tetapi belakangan ini, tersiar kabar sensasi tentang A. Netizen mulai mengaitkan sikapnya seperti pribahasa kacang lupa kulitnya, terlalu terlena dengan puncak semu popularitas, berspekulasi bahwa sepertinya A mulai terjangkit star syndrome. 

Netizen mulai mengaitkan istilah ini ketika video A yang menunjukan sikap bercanda berlebihan dengan seorang komedian senior. A dianggap tidak tahu tempat dan melupakan sopan santunnya dalam bersikap, mengingat budaya menghormati yang lebih tua masih sangat kental di Indonesia dan penting untuk tetap diterapkan dalam situasi apapun, sekalipun dalam bercanda gurau. 

Lantas, apa yang mengindikasikan A terkena star syndrome? A dapat dikatakan sebagai pendatang baru dalam dunia panggung hiburan. 

Sorotan yang terus-menerus mengarah kepadanya menimbulkan rasa puas yang luar biasa sehingga A mungkin saja beranggapan bahwa wajar baginya untuk berkespresi sebebas-bebasnya tanpa berpikir resiko apa yang akan ditimbulkan. 

Bisa juga apa yang A lakukan adalah bentuk upaya untuk mempertahankan popularitasnya, dengan terus menerus memposting video berisi kata-kata kasar yang sebetulnya sudah menjadi ciri khas A dari awal ia mendapatkan ketenaran, tetapi di lain sisi sudah tidak ada relevansi bagi rata-rata netizen. Namun, sikap yang diambil A justru menggiringnya pada puncak semu popularitas. 

A lupa bahwa semakin ia melambung tinggi, semakin besar ekspektasi publik yang harus ia penuhi. A dirasa terlalu cepat puas dengan ketenaran yang dicapainya sampai tidak tersadar bahwa sejatinya, prestasi yang akan membuat seseorang berkembang pada ranahnya. 

Begitupula dalam dunia panggung hiburan. Bukan dukungan dan pujian yang A dapatkan, justru komen negatif kini mulai menghiasi dinding komen portal berita yang memuat informasi seputar A. 

Dapat Mengancam Mereka yang Merasa Unggul

Star syndrome bisa terjadi pada public figure, atlet, pejabat dan siapa saja yang sedang berada pada titik paling atas sebuah popularitas. Merasa haus akan pujian setiap saat, dan merasa menjadi pusat perhatian adalah kebutuhannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun