Oleh: Nisrina Qatrunnada
(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)
Saat ini khususnya di masa pandemi banyak kaum muda mengalami yang disebut quarter life crisis. Sepanjang hayat kehidupannya, individu mengalami masa transisi baik secara fisik maupun psikologis. Dalam setiap transisinya, individu akan mengalami proses belajar  dan proses mengeksplorasi diri serta dunianya. Dalam setiap transisinya juga, terdapat banyak perubahan-perubahan yang harus dilalui oleh individu tersebut yang seringkali terdapat rasa ketidaksiapan terhadap perubahan-perubahan yang ada. Para kaum muda mengalami hal tersebut pada masa transisi remaja akhir menuju dewasa dalam rentang umur 18-29 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, seringkali para kaum muda mengalami rasa kekhawatiran, keraguan terhadap kemampuan diri, dan kebingungan menentukan arah hidup. Maka dari itu, dengan mengangkat topik ini diharapkan untuk para kaum muda mengetahui gambaran mengenai quarter life crisis itu sendiri, aspek-aspek kehidupan yang dapat mempengaruhi terjadinya quarter life crisis, perspektif sosiologi dalam melihat promblematika quarter life crisis, hingga pada cara menyikapi quarter life crisis.
Sebelum masuk ke pembahasan lebih lanjut, kita harus mengetahui terlebih dahulu yang disebut quarter life crisis.
Apa sih quarter life crisis itu?
Quarter life crisis atau krisis seperempat abad adalah suatu kondisi dimana individu yang berada pada masa transisi remaja akhir menuju dewasa mengalami suatu hal yang dimana individu tersebut merasakan khawatir dan cemas akan masa depannya, mempertanyakan tujuan hidupnya serta mulai ragu dengan kompetensi yang dimilikinya karena individu tersebut merasa ragu dapat melalui permasalahan hidupnya baik yang sedang dialami maupun yang mungkin akan datang.
Hal ini sejalan dengan pendapat (Atwood & Scholtz, 2008) yang menafsirkan istilah quarter life crisis sebagai kondisi krisis secara emosional yang umumnya dialami oleh individu di usia 20-an tahun, kondisi krisis tersebut meliputi perasaan ragu terhadap kemampuan diri, merasa tidak berdaya, terisolasi, serta takut akan kegagalan. Individu yang sekarang berada dalam periode tersebut pasti mengalami masa yang krusial.
Fase yang dapat dimungkinkan terjadinya quarter life crisis dapat disebut juga emerging adulthood yaitu masa dimana individu berada pada masa remaja akhir menuju dewasa dalam rentang umur 18-29 tahun. Dalam fase emerging adulthood individu cenderung ingin memiliki kebebasan yang seperti kata orang kebanyakan jiwa muda memiliki jiwa bebas, namun di sisi lainnya individu tersebut juga mengalami kekhawatiran akan masa depannya nanti akan menjadi seperti apa. Pada fase ini, individu cenderung mengalami quarter life crisis yang dimana saat ini hal tersebut tidak menjadi tabu lagi khususnya di masa pandemi ini. Karena dapat kita lihat juga di masa pandemi ini, angka pengangguran meningkat, diikuti dengan kondisi perekonomian yang juga memburuk, serta dampak-dampak lainnya di berbagai sektor. Maka dari itu, sangatlah wajar juga jika saat ini quarter life crisis menjadi isu yang penting karena pandemi memberikan dampak dan juga memberikan tekanan lebih untuk individu berpikir menjadi seperti apa dirinya nanti setelah banyak hal yang mereka telah lalui di masa pandemi ini.
Pembahasan mengenai fase yang dapat dimungkinkan terjadinya quarter life crisis yaitu emerging adulthood dikuatkan dengan pendapat (Atwood & Scholtz, 2008) bahwa tidak semua individu mampu mengatasi tantangan-tantangan dalam tahap emerging adulthood, beberapa di antaranya akan mengalami bingung akan mencoba mengatasinya dan bila berhasil akan melanjutkan hidupnya. Sementara itu beberapa lainnya sangat mungkin mengalami masa yang berat dan membutuhkan terapi untuk membantunya menangani dan mencari solusi atas masalah nya bentuk krisis emosional yang terjadi pada individu di usia 20-an tahun mencakup perasaan tak berdaya terisolasi ragu akan kemampuan diri sendiri dan takut akan kegagalan. Kondisi ini dikenal dengan istilah quarter life crisis.
Lalu aspek apa saja dapat yang menjadi area permasalahan bagi individu sehingga mengalami quarter life crisis?
Terdapat aspek yang menjadi area permasalahan individu dimana individu cenderung mempertanyakan berbagai hal pada dirinya. Aspek-aspek tersebut dikemukakan oleh Nash dan Murray (2010) yang dikutip dalam Sujudi, diantaranya yaitu:
1. Mimpi dan Harapan
Sudah sepatutnya kita memiliki mimpi dan harapan di masa depan. Namun, individu ketika mengalami quarter life crisis cenderung mempertanyakan diri sendiri dan meragukannya, "Apakah saya mampu menggapai mimpi dan harapan saya di umur yang telah saya targetkan?", "Apakah mimpi dan harapan saya tidak realistis dan terlalu tinggi?", "Bagaimana jika mimpi dan harapan saya tidak tercapai nantinya, ya?". Selain itu juga mimpi dan harapan yang telah dibangun seringkali terbentur dengan standar yang ada di masyarakat yang menyebabkan individu tersebut merasa takut dan cemas akan masa depannya.
2. Tantangan di Bidang Akademis.
Hal ini berkaitan dengan akademis yang ditempuh, misalnya ketika mengalami kesulitan untuk menyelesaikan studi, kebingungan untuk memilih lanjut pendidikan atau mengembangkan minat lainnya ataupun keraguan dalam menjalani jenjang akademis yang dijalani untuk kehidupan yang lebih baik berikut dengan pertimbangan tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga misalnya untuk keluarga terkhusus orang tua.
3. Kehidupan dan Pekerjaan Karier
Dalam hal ini, individu dihadapkan dengan permasalahan seperti memilih pekerjaan yang diminati (sesuai passion) atau hanya melihat dari sisi penghasilan, membandingkan pencapaian karier seseorangan dengan diri sendiri yang berakhir toxic terhadap diri sendiri, keraguan akan potensi diri yang dimiliki dalam melakukan suatu pekerjaan ataupun adanya tekanan pekerjaan yang berakibat pada kehidupan individu tersebut.
4. Teman, Relasi, Love Life, Keluarga.
Individu terperangkap dengan permasalahan misalnya dalam hal pertemanan dan relasi akan muncul mengenai membangun relasi yang luas dan positif, pertemanan yang sehat, membangun kepercayaan terhadap orang lain, dll. Berkaitan dengan Love life permasalahhan yang akan muncul misalnya keraguan dalam memilih seseorang yang tepat sebagai pendamping hidup ataupun adanya pressure dari lingkungan sekitar misalnya untuk menikah dalam waktu yang tidak terlalu lama, dsb. Dalam keluarga permasalahan yang akan muncul misalnya seperti kemandirian seseorang ketika memasuki usia dewasa.
5. Identitas.
Dalam hal ini, individu melakukan pencarian jati diri atau pencarian identitas diri. Termasuk juga pada agama dan spiritualitas. Ketika memasuki usia dewasa, individu sudah mengalami dan mempelajari berbagai hal yang juga dapat mempengaruhi pola pikirnya sehingga dimungkinkan terjadinya adanya perubahan dalam proses pencarian jati dirinya tersebut. Selain itu, individu juga cenderung mempelajari banyak peran guna mendapat nilai plus atau sebagai branding dirinya. Namun, terdapat masa ketika individu sadar ketika melakukan pembangunan tujuan dan kehidupannya dimasa mendatang berikut dengan eksplorasi peran dan berusaha untuk mendapatkan branding, individu tersebut merasa usahanya tidak baik atau tidak sebaik orang lain yang diikuti dengan perasaan khawatir, kecewa, sedih, stress/depresi, kebingungan hingga kehilangan arah hidup.Â
Lalu selanjutnya, terdapat 5 (lima) fase yang dilalui oleh individu dalam quarter life crisis menurut Robinson (2001) yang dikutip dalam sujudi, kelima fase tersebut antara lain:
Fase pertama, adanya perasaan terjebak dalam berbagai macam pilihan serta tidak mampu memutuskan apa yang harus dijalani dalam hidup Fase kedua, adanya dorongan yang kuat untuk mengubah situasi. Fase ketiga, melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya sangat krusial, misalnya keluar dari pekerjaan dan memutuskan suatu hubungan yang sedang dijalani lalu mencoba pengalaman baru. Fase keempat, membangun pondasi baru dimana individu bisa mengendalikan arah tujuan kehidupannya. Fase kelima, membangun kehidupan baru yang lebih fokus pada hal-hal yang memang menjadi minat dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh individu itu sendiri.
Lalu apakah terdapat cara dalam menyikapi quarter life crisis?
Tentunya terdapat cara bagi para pemuda dalam menyikapi quarter life crisis. Yang terpenting adalah bangun kepercayaan diri dan selalu berpikir positif serta selalu mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mencapai mimpi, harapan dan tujuan hidup yang telah dibangun. Berhenti juga untuk membandingkan dirimu dari segi apapun dengan orang lain karena hal tersebut merupakan suatu hal yang toxic. Tetaplah fokus pada usaha yang dijalani untuk mancapai tujuan hidup yang diinginkan. Bangunlah lingkungan yang positif, yang mendungkung segala mimpi dan harapanmu. Yang juga tidak kalah penting yaitu bangun skala prioritas yang ingin kamu capai, tetap semangat dan jangan lupa berdoa!
Problematika quarter life crisis di kalangan pemuda jika ditelisik menggungan perspektif sosiologi dapat kita lihat menggunakan teori tindakan rasional instrumental oleh Max Weber. Dimana teori tindakan rasional instrumental merupakan tindakan dengan tingkat rasionalitas paling tinggi yang meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan tersebut dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Dalam teori ini, tindakan yang ditentukan oleh harapan-harapan yang memiliki tujuan untuk dicapai dan menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Bila individu tersebut bertindak rasional maka tindakannya pun dapat dipahami. Dalam sosiologi kepemudaan, teori tindakan sosial oleh Max Weber yaitu dimana pemuda melakukan segala tindakan atau aktivitasnya berdasarkan motif.
Tindakan sosial yang dilakukan oleh pemuda berdasarkan motif tertentu misalnya dengan motif ingin mencapai tujuan hidup, mimpi dan harapan yang telah dibangun pada kurun waktu yang telah ditentukan. Namun, dalam prosesnya individu tersebut mengalami perasaan khawatir dan cemas akan masa depannya, mempertanyakan kembali tujuan hidupnya serta mulai ragu dengan kompetensi yang dimilikinya yang dimana individu tersebut mengalami quarter life crisis. Lalu terdapat cara untuk menyikapi quarter life crisis yang dapat dijadikan tindakan sosial dengan motif ingin mencapai tujuan hidup, mimpi dan harapan yang telah dibangun pada kurun waktu yang telah ditentukan tersebut.
Pada masa-masa quarter life atau usia ketika individu berada pada transisi remaja akhir menuju dewasa dapat dijadikan masa yang menyenangkan dengan kesempatan untuk mencoba segala hal dan kemungkinan baru guna memperoleh makna hidup yang lebih mendalam dan bermakna nantinya, tidak harus mengalami krisis tersebut. Memang sudah seharusnya pada usia quarter life memikirkan tujuan hidup, mimpi dan harapan yang ingin dicapai kelak, namun hal tersebut tidak perlu dipikirkan dengan perasaan cemas dan ragu, hanya perlu dijalani dan dibarengi usaha, optimisme serta skill yang juga sepadan dengan tujuan hidup, mimpi dan harapan yang telah dibangun.
Refrensi:
Atwood, J. D., & Scholtz, C. (2008). The quarter life time period: An age of indulgence, crisis or both? Contemporary Family Therapy, 30(4), 233-250.
Wibowo, Agung Setiyo. 2017. Mantra Kehidupan: Sebuah Refleksi Melewati Fresh Graduate Syndrome & Quarter-Life Crisis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sujudi, Muhammad Abdullah. 2020. "Eksistensi Fenomena Quarter-Life Crisis pada Mahasiswa Semester Akhir Universitas Sumatera Utara". Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Johnson, Doyle Paul. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Di Indonesiakan oleh Robert M. Z. Lawang. Jakarta: PT Gramedia.
Putri, Gerhana Nurhayati. 2019. Quarter Life Crisis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H