Mohon tunggu...
Nisrina Qatrunnada
Nisrina Qatrunnada Mohon Tunggu... Lainnya - -

hello

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kawula Muda dalam Problematika Quarter Life Cricis

20 Oktober 2021   22:31 Diperbarui: 20 Oktober 2021   22:38 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Nisrina Qatrunnada

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

Sepanjang hayat kehidupannya, individu mengalami masa transisi baik secara fisik maupun psikologis. Dalam setiap transisinya, individu akan mengalami proses belajar dan proses mengeksplorasi diri serta dunianya. 

Dalam setiap transisinya juga, terdapat banyak perubahan-perubahan yang harus dilalui oleh individu tersebut yang seringkali terdapat rasa ketidaksiapan terhadap perubahan-perubahan yang ada. Berkaitan dengan hal tersebut, fokus dari tulisan ini yaitu pada masa transisi remaja menuju dewasa.

Pada masa transisi remaja menuju dewasa banyak hal yang terjadi dikarenakan pada masa ini individu mulai difokuskan untuk memikirkan dan menrencanakan kehidupan di masa yang akan datang, mengeksplorasi diri dan dunianya yang tentunya berbeda dari fase-fase sebelumnya. 

Eksplorasi diri tersebut dilakukan guna membentuk kehidupan di masa yang akan datang nanti. Pada masa ini juga individu mulai merasakan adanya lika liku dan drama kehidupan secara nyata.

Fase tersebut dapat disebut juga emerging adulthood yaitu masa dimana individu berada pada masa remaja akhir menuju dewasa dalam rentang umur 18-29 tahun. 

Dalam fase emerging adulthood individu cenderung ingin memiliki kebebasan yang seperti kata orang kebanyakan jiwa muda memiliki jiwa bebas, namun di sisi lainnya individu tersebut juga mengalami kekhawatiran akan masa depannya nanti akan menjadi seperti apa. 

Pada fase ini, individu cenderung mengalami quarter life crisis yang dimana saat ini hal tersebut tidak menjadi tabu lagi khususnya di masa pandemi ini yang memberikan tekanan lebih untuk menjadi seperti apa nantinya.

Quarter life crisis itu apa sih? Quarter Life Crisis atau krisis usia seperempat abad merupakan istilah psikologi yang merujuk pada keadaan emosional yang umumnya dialami oleh orang-orang berusia 20 hingga 30 tahun seperti kekhawatiran, keraguan terhadap kemampuan diri, dan kebingungan menentukan arah hidup. 

Krisis ini dipicu oleh tekanan yang dihadapi baik dari diri sendiri maupun lingkungan, belum memiliki tujuan hidup yang jelas sesuai dengan nilai yang diyakini, serta banyak pilihan dan kemungkinan, sehingga mengalami kebingungan untuk memilih (Tirto.id, 2020).

World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa di usia 20an tahun rentan terkena gangguan mental dikarenakan banyaknya penyesuaian dan perubahan hidup yang terjadi secara psikologis, emosional, maupun finansial.

Dikutip dari Kompas.com, Atwood dan Scholtz (2008) menyatakan bahwa quarter life crisis yaitu sebuah fase perkembangan psikologis yang muncul di usia 18-29 tahun sebagai transisi antara fase remaja (adolescence) ke fase dewasa (adulthood).

Pada masa-masa tersebut, indvidu cenderung untuk membangun tujuan dan kehidupan dimasa mendatang yang terbilang besar karena hal akan memasuki kehidupan yang sebenar-benarnya. 

Selain itu, individu juga cenderung mencoba berbagai kegiatan yang positif dan mempelajari banyak peran guna mendapat nilai plus atau sebagai branding dirinya.

Namun, terdapat masa ketika individu sadar ketika melakukan pembangunan tujuan dan kehidupannya dimasa mendatang berikut dengan eksplorasi peran dan berusaha untuk mendapatkan branding, individu tersebut merasa usahanya tidak baik atau tidak sebaik orang lain yang diikuti dengan perasaan khawatir, kecewa, sedih, stress/depresi, kebingungan hingga kehilangan arah hidup. 

Menurut Robinson (2015) quarter-life crisis tidak sepenuhnya kondisi yang buruk malah dapat menjadi pengalaman positif individu agar dapat berkembang ke kondisi yang lebih baik. Ada lima tahapan yang dihadapi individu selama mengalami krisis seperempat kehidupan yaitu: (1) merasa terjebak dengan pilihan hidup yang ada, sehingga sulit untuk memilih, jebakan ini membuat individu membuat pilihan disebabkan terpaksa oleh keadaan; (2)mempertanyakan pilihan-pilihan yang sudah dibuat, pilihan dianggap tidak sesuai sehingga ingin keluar dari pilihan; (3) Menghadapi tuntutan dengan melakukan pemecahan masalah secara langsung seperti keluar dari pekerjaan serta mengikuti sebuah komunitas untuk memulai pengalaman baru; (4) Membangun komitmen baru dengan memulai hubungan sosial dan gaya hidup yang diinginkan; (5) Menciptakan kehidupan baru sesuai dengan nilai, harapan, minat yang dipilih individu.

Lalu apa permasalahan atau pemicu para kawula muda mengalami quarter life crisis? Quarter life crisis dapat dipicu oleh mimpi-mimpi atau target yang telah disusun sedemikian rupa namun digapai namun pada pelaksanaannya terdapat berbagai hambatan, berjalan tidak sebagaimana mestinya ataupun sulit untuk digapai. 

Entah karena mimpinya tidak realistis, kurang dalam usahanya, banyaknya tuntutan dari lingkungan sekitar yang menyebabkan pressure, atuapun bisa juga karena terlalu idealis namun tidak dibarengi oleh usaha yang seimbang. Dari situ muncul pertanyaan-pertanyaan yang meragukan dirinya sendiri atau mengungkapkan kekhatirannya.

Misalnya berkaitan dengan mimpi dan target hidup.

"Bisa ngga ya lulus kuliah tepat waktu?"

"Setelah lulus kuliah langsung dapet kerjaan ngga ya?"

"Kerja sesuai passion atau kerja dengan gaji yang cocok ya?"

"Mandiri secara finansial setelah lulus kuliah, bisa ngga ya?" dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang menghantui para kawula muda.

Bisa juga berkaitan dengan love life

"Umur segini wajar ngga ya belum siap menikah?"

"Apakah dia orang yang cocok untukku?"

"Temanku sudah menikah dan bahagia dengan pilihannya sendiri, aku kapan ya?" dan lain sebagainya.

Quarter life crisis juga seringkali dipicu oleh sikap membanding-bandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain. 

Dimana saat ini, kebanyakan kawula muda menjadi toxic dengan bermedia sosial yang dimana ketika membuka media sosial, individu tersebut sering membandingkan dirinya dengan orang lain. 

Pada media sosial orang-orang cenderung menampilkan kehidupan yang bahagia dan ideal yang dimana hal itu juga dapat menjadi pressure untuk menjadi seperti orang tersebut hingga terjun kepada fenomena quarter life cricis. 

Dengan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain tersebut muncul rasa ketidakpuasan, rasa tidak percaya diri, rasa kecewa, dan rasa telah tertinggal karena tidak dapat atau belum seperti orang yang dia bandingkan dengan dirinya. 

Dengan membanding-bandingkan seperti itu juga, individu tersebut juga dapat merasakan hidupnya sulit, tidak semudah dan sebahagia orang yang dibandingkan tersebut.

Semua hal-hal yang menjadi pemicu para kawula muda mengalami quarter life cricis terkadang ditambah dengan pressure dari lingkungan sekitar. Misalnya ketika bertemu dengan keluarga besar muncul pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu seperti "kapan lulus?", "kapan nikah?", "kapan punya anak", "Sudah keterima kerja dimana,nih?" belum lagi jika semakin dipersulit dengan dibandingkan lagi dengan orang lain.

Apakah terdapat cara agar kawula muda bisa keluar dari jeratan quarter life cricis? Tentunya ada dong! jika kawula muda mengalami quarter life cricis ada beberapa tips nih! Diantaranya bangun kepercayaan diri, pantang menyerah, yakin dengan kemampuan yang dimiliki dan terus berusaha untuk mengembangkannya, fokus dengan tujuan yang ingin kamu capai, tentukan skala prioritas berkaitan dengan tujuan dan impianmu, dan sesuaikan juga tujuan hidupmu dengan realitas yang kamu jalani. 

Selain itu, temukanlah lingkungan yang positif yang dapat mendukung dan berdialog tentang tujuan dan mimpi-mimpi mu serta stop membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain khusunya di media sosial. 

Karena semua orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan juga mengingat media sosial cenderung menjadi tempat untuk menampilkan sisi bahagia, kita tidak tahu bagaimana orang tersebut berusaha dan banyak hal yang sudah dilalui hingga mencapai titik tersebut. 

Jika kawula muda mulai merasa bermedia sosial menjadi toxic bagi kehidupanmu, kamu dapat melakukan social media detox untuk mengurangi pikiran-pikiran yang menggangu. Jangan lupa untuk melakukan hal penting lainnya yaitu berdoa!

Sebenarnya, sudah seharusnya pada masa transisi remaja menuju dewasa mulai memikirkan dan membangun tujuan hidup di masa yang akan datang. Tidak perlu terlalu takut akan jatuh dalam permasalahan quarter life cricis tentunya dengan dibarengi usaha dan optimisme yang kuat.

Refrensi:

Riyanto, Agustinus & Diana Putri Arini. (2021). "Analisis Deskriptif Quarter-Life Cricis pada Lulusan Perguruan Tinggi Universitas Katolik Musi Charita" dalam Jurnal Psikologi Malahayati, Volume 3, No.1

Putri, Ameliya Rahmawati. 2020. "Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Quarter Life Cricis pada Mahasiswa Tingkat Akhir". Skripsi. Lampung: UIN Raden Intan Lampung

Nurhadianti, Rr. Dini Diah. 2021. Quarter Life Cricis. Jakarta: Universitas Persada Indonesia Y.A.I

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun