Mohon tunggu...
Nisrina Khairunnisa
Nisrina Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN SUKA / 23107030118

.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pesona Pantai Ngobaran: Jogja dengan Nuansa Adat Bali

23 Juni 2024   06:02 Diperbarui: 23 Juni 2024   08:32 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mba, pantai ini tuh dulu yang mengembangkan adalah orang Bali. Makanya jangan heran kok disini serba Bali, karena kami warga local hanya turut mencari nafkah saja disini" Ucap salah satu photographer pribumi.

insert.id
insert.id

Bangunan yang paling menonjol disini adalah tempat ibadah yang terlihat sedikit mirip dengan candi yang juga dilapisi oleh patung dewa berwarna putih. Tempat ibadah ini didirikan pada tahun 2003 untuk memperingati kehadiran Raja Brawijaya V di Ngobaran, salah satu keturunan dari Raja Majapahit. 

Yang beribadah di sini adalah penganut agama Kejawan. Menurut sejarah, nama "Kejawan" diambil dari nama Bondan Kejawan, salah satu putra Raja Brawijaya V. Dikarenakan tempat ini dianggap sebagai tempat suci, maka terdapat beberapa ketentuan yang harus disesuaikan. Salah satunya adalah wanita yang sedang menstruasi dilarang memasuki wilayah tersebut.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Di sebelah kiri tempat ibadah terdapat Joglo, tempat ibadah umat Kejawen. Menurut warga sekitar, kepercayaan masyarakat Kejawen berbeda dengan kepercayaan masyarakat Kejawan. Namun mereka sendiri tidak bisa menjelaskan perbedaannya. 

Jika anda mengikuti jalan setapak di depan Joglo, anda akan menemukan sebuah kotak batu yang dipenuhi tanaman mati. Konon Prabu Brawijaya V berpura-pura melakukan bakar diri di titik dahan mati tersebut.

Beberapa meter dari kotak tempat tumbuhnya ranting-ranting kering itu, terdapat sebuah pura untuk peribadatan umat Hindu. Di depan areal tumbuhnya dahan terdapat masjid berukuran sekitar 3 x 4 meter. Bangunan masjid ini sangat sederhana, lantainya terbuat dari pasir. Bagian depan tempat ibadah Imam terbuka dan menghadap langsung ke laut.

pemancing : dokumen pribadi
pemancing : dokumen pribadi

Jika berkunjung di pagi hari, akan terlihat masyarakat pesisir yang memanen rumput laut untuk dijual ke tengkulak. Namun, jika Anda datang pada sore hari, Anda dapat melihat penduduk setempat mencari bulu babi untuk diolah menjadi makanan lezat yang siap disantap. 

Orang yang mencari bulu babi atau landak laut hanya dibekali ember, saringan kelapa, arit, dan topi untuk melawan panas. Landak laut biasanya akan dibumbui dengan garam dan cabai sebelum digoreng. Menurut warga, daging bulu babi itu cukup keras tapi enak. Sayangnya, tidak banyak orang yang menjual makanan unik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun