Mohon tunggu...
Nisrina Azka Rayhani
Nisrina Azka Rayhani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - penulis yang sedang belajar menulis

hidup itu seperti roda, kadang dibawah kadang juga diatas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bima dan Lautnya

4 Desember 2022   17:38 Diperbarui: 4 Desember 2022   17:45 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Cukup ya Bima! Ibu nggak mau denger apapun tentang laut dan kalau ibu bilang tidak itu ya tidak, kamu bisa paham nggak sih?!! "Ibu berdiri dari duduknya dan pergi menuju kamar. Begitu pula dengan Bima, ia pergi ke luar rumah dengan nafas berburu. 

Chandra masih setia di meja makan menikmati tahu yang tersisa, "Wes nasib... nasib... "

Chandra keluar mencari adiknya, saat seperti ini hanya 1 tempat yang biasa terlintas di kepalanya, pantai. Ia berjalan sembari menyapa orang-orang yang ditemuinya. Benar saja, Bima sedang duduk dibawah pohon di tepi pantai. 

Chandra menghampirinya dan duduk tepat di sebelah Bima. "Kalau mau ngomel lebih baik jangan sekarang, aku lagi kesal, mas. " Ucapnya langsung saat mendapati Chandra disebelahnya. 

"Dih siapa yang mau ngomel? Mas itu mau cerita, mau dengar nggak? " Bima menoleh ke kakaknya, "Boleh, mas. " Lalu kembali menatap laut didepannya. 

Chandra tersenyum menang, ia mulai bercerita "Ada seorang anak kecil yang kehilangan sendalnya di laut, lalu dia menulis di pinggir pantai 'LAUT INI MALING' tak lama datanglah nelayan yang membawa hasil tangkapan ikan yang banyak, lalu dia menulis di pantai 'LAUT INI BAIK HATI' seorang anak tenggelam di lautan, lalu ibunya menulis di pantai 'LAUT INI PEMBUNUH' seorang berperahu dan dihantam badai, lalu menulis di pantai 'LAUT INI PENUH MARABAHAYA' tak lama datanglah seorang lelaki yang menemukan sebongkah mutiara di dalam lautan, lalu dia menulis di pantai 'LAUT INI PENUH BERKAH'. Sementara seisi lautan tak pernah mengeluh. Kemudian datanglah ombak besar dan menghapus semua tulisan di pantai itu tanpa sisa. Maka, dari laut kita belajar jangan risaukan omongan orang, karena setiap orang membaca dunia dengan pemahaman dan pengalaman yang berbeda. Teruslah melangkah, selama kamu di jalan yang baik. " Ia kembali tersenyum dan pergi meninggalkan Bima yang termenung. 

Ia sadar tentang apa yang kakaknya ceritakan, ia tak bodoh untuk memahami hal tersebut. Bima senang memiliki kakak seperti Chandra. 

Bima yakin, yang ibunya takuti adalah kehilangan orang tersayang lagi. Karena itu yang perlu ia lakukan adalah meyakinkan sangat ibu, bahwa ia bisa dan mampu. Karena itu mimpinya, maka Bima harus mewujudkannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun