Pagi itu aku hanya merebahkan diri, menatap langit-langit kamar. Aku sangat bosan, sekolah diliburkan selama seminggu. Selama itu sepertinya aku akan menghabiskan waktu di kamar.Â
Tapi, pikiran itu langsung hilang saat ibu mengetuk pintu kamarku. Ia masuk sembari tersenyum manis padaku. Ibu menyuruhku untuk bersiap-siap karena ibu bilang, ia ingin pergi ke tempat kakek.Â
Aku tak pernah bertemu kakek selama aku hidup. Aku sangat bersemangat mendengar hal tersebut. Ternyata, tak hanya keluargaku yang akan melihat kakek, keluarga pamanku juga ikut.Â
Sangat disayangkan, nenek tak bisa ikut karena tiba-tiba ia ada urusan penting. Padahal, aku rasa akan lebih menyenangkan jika nenek juga ikut.Â
Selama di perjalanan, aku menikmati angin lewat jendela mobil. Musik yang diputar sangat cocok untuk berkendara. Tak ada rasa mual sedikitpun.Â
Ditengah-tengah perjalanan, lalu lintas kendaraan menjadi macet. Karena tak ingin sampai disana terlalu malam, kami memutuskan untuk mencari jalan yang lain.Â
Sungguh tidak beruntung diriku, niat hati ingin mencari jalan pintas, malah kembali terhambat. Dihadapanku terdapat tumpukan tanah, sepertinya baru saja terjadi longsor.Â
Namun, tak lama kemudian jalan kembali terbuka setelah dibersihkan bersama. Tak butuh cukup lama untuk mengangkut tanah-tanah tersebut.Â
Perjalanan pun dilanjutkan. Sebelum ke rumah kakek, tentu kami membeli buah-buahan dan makanan lainnya. Karena kakek sedang sakit.Â
Saat sampai disana, ternyata keluarga dari paman sudah lebih dulu sampai. Aku memasuki rumah kayu, menapakkan kaki pada karpet di lantai.Â
Aku melihat kakek sedang terbarinb lemah di kasurnya. Ia tampak sangat senang bertemu ibu, paman, dan bibiku. Ia tak henti-hentinya menggenggam tangan ibuku.Â
Ibu memperkenalkan anak-anaknya, begitu pula dengan paman dan bibi. Kakek tersenyum lembut, ia terlihat bahagia. Kami menghabiskan waktu disana hingga matahari hampir tenggelam.Â
Saatnya berpamitan dan kembali pulang ke rumah. Diperjalanan pulang, tak lupa untuk membeli makanan untuk makan malam nantinya. Kami sampai di rumah sebelum isya, jadi aku menunaikan ibadah shalat maghrib terlebih dahulu.Â
Aku melakukan hal-hal seperti hari sebelumnya dan memutuskan untuk tidur. Berharap semoga aku mendapatkan mimpi yang indah.Â
Tapi siapa sangka, saat aku terbangun pagi itu, ibu kembali mengetuk pintu kamarku. Ia masuk dan berkata bahwa kita akan kembali ke rumah kakek.Â
Aku tentu bertanya-tanya, kenapa kita harus kembali kesana? Bukankah kemarin sudah? Ibu berkata ia baru saja mendapatkan panggilan dari saudaranya, bahwa kakek telah tiada.Â
Aku terkejut, bagaimana mungkin? Itu terlalu cepat. Aku baru saja bertemu dengannya kemarin dan sekarang ia telah tiada.Â
Aku bersiap pergi, untuk melihat kakek dikebumikan. Saat sampai disana, orang sudah ramai. Mereka juga mendatangkan seorang ustadz.Â
Aku melaksanakan shalat jenazah bersama yang lain. Lalu kakek dikebumikan dan aku berdoa untuknya. Bagiku ini masih terlalu cepat, hanya sekali pertemuan, seumur hidup.Â
Setelah semua telah selesai, barulah aku kembali ke rumah. Aku membersihkan tubuhku, dan kembali ke kamar. Seharusnya, aku bisa bertemu dengannya sejak dulu, kenapa aku menemui ia baru sekarang?Â
Yang bisa ku lakukan hanya mengingat kenangan dengannya, walaupun hanya 1 hari, tapi itu cukup berkesan. Habiskanlah waktu bersama orang-orang yang kita sayangi, karena umur tiada yang tahu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H