Mohon tunggu...
Nisrina Sri Susilaningrum
Nisrina Sri Susilaningrum Mohon Tunggu... Guru - Great Learner

Great Learner

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Siapakah yang Lebih Tinggi dari Pemimpin Negeri ?

7 November 2015   23:54 Diperbarui: 8 November 2015   01:10 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nisrina Sri Susilaningrum, No. 99.

“Loreng, apa kau ada di rumah?” Tanya Leo sambil mengetuk pintu. Tanpa sengaja pintu terbuka, dan...

“Loreeeeeeng......!” Leo berlari menuju sahabatnya yang bersimbah darah. Loreng meninggal. Ketika menoleh ke pintu, Leo melihat sepasukan harimau telah mengepungnya.

Keesokan harinya, Leo dibebaskan dari segala tuduhan, karena tak ada bukti. Kerajaan Metro Rimba sempat geger dengan peristiwa itu. Karena kandidat terkuatnya tersandung kasus pembunuhan.

*****

Sementara itu, di pinggiran hutan. Sesosok bayangan hitam sedang duduk memandang bulan yang pucat, di atas bukit kecil. Seekor serigala muncul di hadapannya.

“Bagaimana perkembangan hari ini?” Tanya sosok itu.

“Kurang bagus, Tuan. Si Leo dibebaskan.” Jawab serigala dengan polos.

“Bodoh kau, memang itu rencanaku, agar dia tidak menyadari apa yang akan kulakukan.” Ucap sosok itu.

“Oh....” Ucap serigala.

“Sekarang pergilah. Jangan lupa, sisa racun harus kau lenyapkan!”

“Baik, Tuan.” Ucap serigala.

*****

Hari pemilihan tinggal dua purnama lagi. Kandidatnya masih tersisa tiga hewan; Leo, Elang, dan orang utan.

Dan pagi itu, Ori si orang utan ditemukan tewas dengan luka bekas cakaran dan gigi taring yang amat tajam. Leo dicurigai lagi, dan akhirnya ia sadar, pasti ada sesuatu di balik kematian itu. Dan ia yakin, pembunuhan itu berkaitan dengan dirinya.

Saat itu Elang melintas, Leo langsung menyapa dan menghentikannya. Elang menukik dengan lincah, “Hai Leo, aku dari tadi mencarimu,” ujar Elang

“Wah kebetulan sekali, aku juga mencarimu.”

“Oh ya? Pasti ada sesuatu yang penting.”  Tebak Elang

“Ya, aku merasa ada yang tidak beres di rimba ini. Tapi sayangnya, aku tak tahu apa itu.” Ujar Leo

“Ya, aku juga merasakan itu. Dan tadi siang, aku melihat serigala membuang sesuatu di bukit padas, yang ternyata adalah racun bunga Daphne. Aku curiga, serigala juga mengetahui segala tentang pembunuhan para kandidat itu.” Ucap Elang.

“Bagaimana kalau kita kuntit saja gerak-geriknya?” Usul Leo

Baiklah,” Jawab Elang.

*****

Malamnya, mereka tlah siap pada posisi masing-masing. Menunggu di tempat serigala biasa menghabiskan malam.

Serigala datang, duduk tidak tenang, kemudian beranjak pergi. Leo dan Elang mengikuti hati-hati. Beberapa saat, sampailah mereka di pinggiran hutan, di sebuah bukit kecil yang sunyi. Sesosok bayangan menunggu. Leo terkejut, ia kenal sosok itu.

“Bagaimana perkembangan hari ini?” Tanya sosok itu pada serigala.

Leo terpukul, ia semakin yakin siapa sosok itu.

“Lancar, Tuan. Sisa racun bunga Daphne untuk Tuan Leon waktu itu sudah dilenyapkan.”

Leo bagai disambar petir. Jadi, ayahnya meninggal karena diracun, bukan karena sakit seperti yang dikatakan oleh tabib kerajaan? Oh...jangan-jangan selama ini di dalam istana telah disusupi pengkhianat. Aku memang bodoh, tidak peka terhadap hal-hal seperti ini. Pantas saja ayah berpesan untuk selalu waspada.

Elang berbisik membuyarkan lamunan Leo, “Kau tunggu di sini, aku akan memanggil teman-teman. Kau harus kuat, Leo.” Leo hanya mengangguk.

“Aku mencium bahaya, apakah kau datang bersama yang lain?” Sosok itu bertanya

Serigala menggeleng, “Tidak, Tuan.”

Tiba-tiba, Leo muncul, “Dia datang sendiri, paman. Akulah yang mengikutinya,” Ujar Leo.

Wajah Hyena itu pucat sesaat. Kemudian ketenangan kembali berkuasa.

“Kau sendirian?” Tanya Hyena

“Ya. Bukankah itu bagus? Mempermudah paman membunuhku. Mengambil  alih kerajaan setelah semua kandidat paman bunuh,” Jawab Leo.

“Hahaha...kau bodoh, Leo.” Hyena tertawa.

“Aku tak akan membunuhmu. Aku lebih suka menjadikanmu bonekaku. Dengan kepemimpinanmu, aku akan bisa melakukan apa saja sesuai kehendakku. Aku tahu, kau amat mempercayaiku. Dan ayahmu tahu itu, karena itulah dia membuat peraturan baru pergantian pemimpin negeri melalui pemilihan umum secara langsung. Karena itu juga dia harus mati.”

“Mengapa paman melakukan ini semua? Bukankah paman bersahabat dengan ayah?”

“Tak semua yang tampak oleh mata itu benar adanya, Leo,” Ucap Hyena dengan mata menerawang.

“Sejak beberapa dekade lalu kaumku dan kaummu selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik di negeri ini, namun kaummu selalu memenangkannya. Hatiku penuh dendam mendengar cerita itu. Dan ternyata ayahmu sudah tahu itu sejak awal, tapi dia diam. Dia masih berharap aku sadar.”

“Namun sepertinya, jalanku kini tlah benar-benar tertutup,” Ujar Hyena lelah.

“Maksud, paman?”

“Aku tahu, di balik rimbun pohon itu, penghuni rimba mulai berdatangan. Mungkin inilah saatnya pamit.”

“Apa maksud paman?”

Secepat kilat Hyena meraih botol kecil di depannya, meminumnya, dan...

“Pamaaaaan...,” Leo berlari ke arah Hyena, namun terlambat.

“Maafkan paman, Nak. Selama ini paman amat menyayangi keluargamu. Tapi karena godaan kekuasaan, paman jadi gelap mata.”

Leo terdiam memandang Hyena yang terbaring di pangkuannya. Dia mengangguk kuat-kuat tak sanggup bersuara. Penghuni hutan bersama Elang mendekat. Hyena tak sanggup berbicara lagi. Matanya menyiratkan permohonan maaf. Mereka semua hanya bisa menunduk, pilu.

*****

Leo berada di ruang baca rumah Hyena untuk merayakan kemenangannya. Saat itulah matanya melihat ada kertas yang menyembul dari sebuah buku tebal berjudul “Strategi Politik Kerajaan Metro Rimba”. Ditariknya kertas itu dan dibaca perlahan, seketika keningnya berkerut,

Semuanya tlah berjalan sesuai rencana, Tuan. Daphne bekerja dengan baik, kini tinggal rekayasa pemilu. Informasi selanjutnya akan dikirim segera.

                                                                                                           Hyena

 

Leo menahan nafas, jadi selama ini paman hanya....

-----o0o----- 

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community 

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun