Mohon tunggu...
Nisoy Kunyit
Nisoy Kunyit Mohon Tunggu... -

Saya seorang perempuan yang mencoba untuk berbagi tulisan saya yang dominan kategori fiksi. Yang membawa saya berani dan memberikan tulisan di kompasiana adalah narsis alias pede aja lagiiii. Saya tinggal di Jakarta sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Sampai Mati - Cerpen

10 Februari 2010   07:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:00 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dua bulan lagi hari pernikahanku akan segera terlaksana. Kak Mario, kakak kelasku sewaktu SMP ternyata adalah orang yang bakal menjadi imam di keluargaku nanti. Di usiaku yang telah 24 tahun baru kami bertemu kembali, dulu diam-diam aku naksir dengan kak Mario, dia dulu karateka yang paling ganteng dengan tahi lalat di pipi kirinya. Baru satu tahun kami menjalin hubungan dan akhirnya memutuskan untuk menikah, keluarga kami sangat setuju, terlebih ibuku yang bermimpi memiliki menantu yang mapan, agar aku sebagai putrinya dapat hidup lebih baik. Ya, kak Mario bekerja di perusahaan swasta dengan gaji tujuh juta perbulan, begitu kak Mario berkata kepadaku.

♦♦♦

Kak Mario katanya malam ini mau datang, tapi sekarang sudah jam sembilan, aduh aku udah ngantuk, tadi di sekolah salah satu anak muridku berulang tahun dan dirayakan di salah satu restoran siap saji.

Dering pesan singkat berbunyi di Nokiaku yang jadul, padahal kak Mario menyuruhku untuk mengganti HPku, tapi aku masih cinta dengan HPku ini dan tidak berniat untuk menggantinya. Pesan dari kak Mario, phff..katanya ia tidak jadi datang, masih ada urusan penting di kantornya. Kak Mario memang pekerja keras, ya aku memang belum terlalu banyak tau tentangnya, namu hatiku sudah mantap dengannya. Namun keluarga besar kak Mario ada di Malaysia, katanya sudah lima tahun keluarganya hijrah ke sana, papanya punya usaha garmen di Malaysia, alhasil komunikasiku dengan mereka hanyalah via telfon. Tapi salah satu dari mereka akan datang di hari pernikahanku, kemungkinan kak Fairuz, kakak satu-satunya kak Mario.

♦♦♦

Di salah satu Café favorit kami, aku dan kak Mario tengah asik menikmati es krim kedoyanan aku dan kak Mario.

"Pernikahan kita tinggal sebentar lagi, undangan juga udah disebar, aku ngga sabar deh untuk jadi istri kamu" ucapku padanya.

"Aku juga sama, aku cinta banget sama kamu baby" balas kak Mario dengan gaya yang khas.

"Ih...norak deh" timpalku dengan wajah yang mungkin sudah merah lantaran malu dengan rayunya.

♦♦♦

Di kamarku yang serba pink, aku asik menelfon sahabatku sewaktu SMA, sekedar curhat atas kebahagianku menjelang hari pernikahanku yang tinggal empat hari lagi.

"Beruntung banget ya kamu, bisa dapat calon suami yang ganteng dan kaya seperti kak Mario, oh ya mas kawinnya apa nih?" tanya Maia diujung telfon

"Mmmm....rahasia. Iya aku kasih tau, mas kawinnya kalung emas 20gram, sama uang 28juta, dan hadiah-hadiah lainnya" jelasku.

"Hadiah-hadiah lainnya apa ?" Maia balik bertanya.

"Katanya setelah menikah aku akan dibelikan laptop dan jam tangan berlian" jawabku

"Wah, aku jadi ngiri, pantes aja kamu mau" ledek sahabatku.

"Enak aja, aku emang cinta sama dia kalleee" balasku.

♦♦♦

Pagi tadi, pernikahan kami telah berlangsung, resepsi pun telah digelar disebuah gedung yang megah. Aku tak tau persis seberapa besar biaya yang sudah kak Mario keluarkan untuk membiayai pernikahan kami, dari mulai undangan sampai resepsi. Sebab keluargaku tidak mengeluarkan uang sepeserpun, kak Mario melarangku untuk turut membantu membiayai.

"Nadia sayang kok ngelamun, ngga seneng ya jadi istriku" ucapnya sambil mendekapku.

"Ngga kak, aku bahagia bisa menjadi istrimu" ucapku merajuk.

Malam ini menjadi malam yang terindah, menjadi malam penuh cinta dan kasih sayang.

♦♦♦

Hari ke tiga pernikahan kami, aku masih menikmati cuti dari kesibukanku menjadi pengajar di salah satu SMA swasta di Jakarta Selatan. Menjadi istri adalah status baru yang tengah ku nikmati, tapi baru sehari kami menikah kak Mario sudah kembali bekerja.

♦♦♦

Hari ini aku mau masak ayam sambal ijo, masakan yang lumayan aku bisa, maklum aku ngga terbiasa memasak, ibuku yang selalu memasak, kalau aku sih paling masak air ketika bapakku minta dibuatkan kopi dengan air mendidih. Tapi sekarang aku tengah menyiapkan sarapan nasi goreng telur dadar untuk sang suami terkasih. Loh, ku tengok kak Mario di kamarnya, kak Mario masih tertidur pulas padahal sekarang sudah jam tujuh, biasanya jam segini ia sudah rapi dengan kemejanya.

"Kak...kak...bangun kak, emang kak Mario ngga kerja" kubangunkan suamiku dengan lembut plus kecupan di keningnya.

"Eh...istriku sayang, hari ini aku ngga ngantor ah, aku mending di rumah bercanda sama bidadariku yang paling cantik" kak Mario membuka matanya bersamaan dengan kata-katanya yang membuatku malu.

"Sini-sini, suamimu mau peluk kamu dulu, cantik banget sih kamu, istri ciapa cih...istri Mario Satrio gitu loh, he...he..." kak Mario masih saja merayuku.

"Ih...jelekkkk, ayo bangun, nasi gorengnya udah siap tuh" balasku sambil menarik tangannya dari tempat tidur.

♦♦♦

Sabtu ini, tepat tiga bulan aku berumah tangga dengan kak Mario, semakin hari rasanya hari-hari kami semakin indah, kak Mario ternyata sangat menyayangiku lebih dari yang aku tau sebelum kami menikah. Sewaktu aku demam sepekan yang lalu, kak Mario menangis lantaran sedih aku sakit, ia setia menjagaku, menyuapiku serta mengompresku. Sewaktu aku sakit ia yang memasak, mencuci serta membereskan rumah. Padahal aku kan sakit tak separah itu, tapi cintanya padaku yang membuatnya begitu.

Hari sabtu ini kak Mario tetap saja ke kantor, biasanya ia sudah pulang jam satu, tapi sudah jam lima belum pulang juga. Ah, aku telfon dia. Belum juga aku menelfonnya, kak Mario sudah tiba di rumah, namun dengan tergesa ia langsung menuju ke kamar.

"Kenapa kamu mas, kamu mau pergi kemana, kok kamu menyiapkan pakaianmu" tanyaku kebingungan melihat suamiku seraya hendak pergi.

"Aku ada kerjaan di luar kota, paling cuma seminggu" jawabnya panik.

"Tapi kak, kok mendadak sih, aku ikut, aku ngga mau kak Mario tinggal" balasku dengan tetesan air mata yang mengalir di pipiku

"Nadia sayang, kamu jangan nangis, aku cuma sebentar kok perginya, senyum dong" kak Mario berusaha menenangkanku, dipeluknya aku sangat erat sekali, dikecupnya aku sekian kali.

Tiba-tiba terdengar kendaraan lalu ketukan pintu. Ku coba membuka pintu, dan dihadapanku ada empat orang polisi.

"Selamat sore ibu, maaf kami dari POLSEK membawa surat penangkapan saudara Mario Satrio" ucap pak polisi dengan nada tinggi.

"Apa salah suami saya pak ?" tanyaku gemetar.

"Suami ibu telah melakukan penipuan, dia telah mencetak uang palsu pecahan lima puluh ribu rupiah sebanyak lima belas juta rupiah setiap minggunya. Dan juga ia telah membuat sertifikat tanah palsu, hingga merugikan korban sebesar tiga ratus juta rupiah." Pak polisi menerangkan dengan rinci. Dan dengan segera polisi menggeledah rumahku, mereka pun berlari kearah kamar kami. Terdengar suara lompatan, ku berlari keluar. Kak Mario berusaha kabur, dan ku dengar polisi mengeluarkan tembakan peringatan. Kak Mario terus berlari kearah halaman belakang rumah kami yang lumayan luas.

Doorrr...

Tubuhku seketika lemas, melihat kak Mario tersungkur bersimbah darah. Peluru tepat bersarang di lehernya. Ku berlari kearahnya, memeluknya.

"Maafin aku sayang, aku sudah berbohong tentang pekerjaanku, tentang keberadaan keluargaku, sebenarnya ibu-bapakku ada di Madiun. Maafin aku...." Jelasnya terbata.

"Aku udah maafin kamu mas" jawabku dengan air mata yang tak henti mengalir.

"Tapi aku tak pernah berbohong tentang hatiku Nadia, a..a...a...ku men..cintai..mu" ucapnya indah terbata padaku.

♦♦♦

Hari ini adalah hari pernikahan kita yang ke dua tahun mas. Aku mencintaimu.

Ku beranjak dari pemakaman kak Mario. Membawa cintamu dan anak kita.

♦♦♦

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun