Pernahkah Anda terpikir, bagaimana perusahaan besar menyimpan semua data penting mereka? Mulai dari data pelanggan, laporan keuangan, sampai strategi bisnis. Semua itu tersimpan rapi di satu tempat yang disebut Data Warehouse. Tetapi, di balik semua kemudahan mengelola data ini, terdapat satu tantangan besar: keamanan.
Menurut artikel dari ScienceDirect yang ditulis oleh Anjana Gosain dan Amar Arora, menjaga keamanan Data Warehouse tidak semudah kelihatannya. Perusahaan harus siap menghadapi ancaman seperti serangan cyber, pencurian data, atau kebocoran informasi. Apalagi, semakin berkembangnya teknologi, semakin kompleks juga ancaman yang dapat muncul.
Langkah Penting dalam Keamanan Data Warehouse
1. Batasi Akses
Tidak semua orang harus dapat melihat semua data. Kontrol akses yang ketat memastikan hanya yang berwenang yang dapat membuka data penting. Misalnya, hanya manajer yang dapat mengakses informasi keuangan, sementara staf lainnya hanya dapat melihat data yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Ini sangat penting agar data yang sensitif tetap aman.
2. Enkripsi Data
Data diacak agar jika sampai bocor, tidak dapat dibaca sembarangan. Enkripsi ini merupakan salah satu cara paling dasar untuk menjaga keamanan. Dengan teknik ini, informasi yang tersimpan menjadi tidak berguna bagi siapa pun yang mencoba mengaksesnya tanpa izin. Ini adalah langkah penting, terutama ketika data ditransfer antara sistem yang berbeda.
3. Pemantauan Terus-Menerus
Semua aktivitas yang berhubungan dengan data dipantau. Dengan sistem pemantauan yang baik, perusahaan dapat segera mendeteksi jika ada yang mencurigakan, dan dapat langsung segera ditindak sebelum terjadi hal yang lebih serius. Ini dapat membantu mengambil langkah cepat sebelum masalah menjadi lebih besar.
4. Pelatihan Karyawan
Selain teknologi, manusia juga berperan penting dalam menjaga keamanan data. Pelatihan karyawan sangat diperlukan untuk memastikan mereka memahami ancaman keamanan, seperti membuat kata sandi yang kuat dan mengenali serangan phishing. Jadi dengan memberikan pelatihan yang tepat, dapat mengurangi risiko kesalahan manusia.
5. Multi-Factor Authentication (MFA)
MFA adalah lapisan tambahan dalam keamanan data yang mengharuskan pengguna memverifikasi identitas mereka lebih dari sekali. Misalnya, setelah memasukkan kata sandi, pengguna mungkin perlu memasukkan kode yang dikirim ke ponsel mereka. Ini membuat peretasan menjadi jauh lebih sulit, bahkan jika kata sandi bocor. Kurangnya penerapan MFA di beberapa lingkungan pelanggan menjadi celah besar yang memungkinkan terjadinya serangan. Maka, penting bagi perusahaan untuk tidak hanya mengaktifkan MFA, tetapi juga memaksa pengguna untuk menggunakannya secara konsisten.
Namun, pelaksanaan keamanan data tidak hanya tanggung jawab penyedia platform. Misalnya contoh kasus baru-baru ini yang melibatkan Snowflake, perusahaan penyedia layanan data warehouse berbasis cloud. Pada 2024, lebih dari 100 lingkungan pelanggan Snowflake mengalami serangan siber, tetapi menariknya, Snowflake menegaskan bahwa serangan tersebut bukanlah akibat dari kerentanan di platform mereka. CEO Sridhar Ramaswamy menyatakan bahwa tanggung jawab keamanan sepenuhnya ada di tangan pelanggan mereka. Meski platform mereka aman, banyak pelanggan yang tidak mengaktifkan multi-factor authentication (MFA), yang akhirnya menyebabkan celah keamanan.
Kasus Snowflake ini mengingatkan kita bahwa meskipun platform penyimpanan data memiliki fitur keamanan bawaan, seperti enkripsi dan pemantauan, pengguna tetap harus proaktif dalam menerapkan langkah-langkah keamanan tambahan. Contohnya, Snowflake sekarang mewajibkan MFA diaktifkan secara otomatis untuk akun baru, tetapi tanggung jawab mengamankan akses tetap ada pada pengguna.
Kesimpulan
Singkatnya, keamanan Data Warehouse tidak hanya tentang menyimpan data, tetapi juga tentang menjaga data tetap aman dari ancaman yang terus berkembang. Menggunakan langkah-langkah seperti pembatasan akses, enkripsi, pemantauan terus-menerus, serta penerapan MFA adalah hal yang wajib dilakukan oleh perusahaan. Namun, yang tidak kalah penting, perusahaan juga harus aktif melibatkan karyawannya melalui pelatihan keamanan yang memadai.
Dengan adanya kasus seperti serangan terhadap pelanggan Snowflake, kita diingatkan bahwa keamanan tidak bisa sepenuhnya dilimpahkan kepada penyedia layanan. Perusahaan tetap harus bertanggung jawab atas cara mereka melindungi data di platform tersebut. Pada akhirnya, keamanan yang baik tidak hanya melindungi data, tetapi juga meningkatkan reputasi perusahaan serta kepercayaan pelanggan.
Apalagi di era di mana data menjadi aset paling berharga, menjaga keamanan Data Warehouse bukan lagi sekadar pilihan, tetapi menjadi keharusan. Dengan ancaman yang terus berkembang, perusahaan harus selalu waspada dan siap beradaptasi. Keamanan yang baik bukan hanya melindungi data, tetapi juga meningkatkan reputasi dan daya saing perusahaan di pasar yang semakin kompetitif.
Referensi:
Gosain, A., & Arora, A. (2015). Security Issues in Data Warehouse: A Systematic Review. Procedia Computer Science, 48, 149-157. https://doi.org/10.1016/j.procs.2015.04.164
Kapko, M. (2024). After a wave of attacks, Snowflake insists security burden rests with customers. Cybersecurity Dive. https://www.cybersecuritydive.com/news/snowflake-security-responsibility-customers/724994/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI