Mohon tunggu...
Annisa
Annisa Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Membaca, Menulis, Jalan-Jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Menyiapkan Diri Saat Berpuasa

30 Desember 2024   10:20 Diperbarui: 30 Desember 2024   10:20 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

RAMADHAN yang ditunggu umat Islam itu akan tiba. karena penuh dengan kebajikan yang membahagiakan.

Pada bulan tersebut tingkat kebajikan kaum Muslimin meningkat pesat bila dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Kaum yang lebih ber-punya memperhatikan kaum miskin yang ada di sekitar. Ikatan emosional terjalin secara menakjubkan karena setiap individu ingin mendapatkan barokah serta  kemuliaan di bulan penuh ampunan. Karenanya, kendati harga beberapa bahan pokok naik  drastis, dan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak masih terasa,  tidak menghalangi umat Islam untuk menyambut gembira kedatangan bulan puasa ini.

Kaum Muslimin  meramaikan bulan suci Ramadan dengan memperbanyak ibadah bukan hanya berpuasa dan salat malam tetapi juga dianjurkan melakukan ibadah yang berdimensi sosial. Kepedulian, kebajikan, dan keramahtamahan harus menjadi bagian aktivitas harian dalam mengisi bulan seribu bulan ini. Ramainya simbol Islam, indahnya iklim religiusitas, dan membludaknya jamaah di masjid,  tak seharusnya melupakan diri kita dari pen-deritaan sesama yang sedang kesulitan. Inti  diwajibkannya ibadah puasa, untuk meningkatkan kepedulian dan empati terhadap kesulitan sesama manusia sehingga mampu membentuk pribadi saleh baik ritual maupun  secara sosial.

Islam adalah agama kebajikan, dan sepatutnya kaum Muslimin berbagi kebahagiaan dengan sesama, tanpa dibatasi agama dan ideologi. Artinya, siapa pun orangnya, tatkala mereka membutuhkan pertolongan, saat itu pula kita berupaya sekuat tenaga menjadi penolong bagi mereka. Ibadah puasa dapat mengantarkan kita untuk  membiasakan berprilaku positif. Kalau  pada bulan puasa orang bisa bersungguh-sungguh menjalankan perbuatan amal saleh maka dapat dipastikan yang bersangkutan bisa menciptakan lang-gengnya perbuatan kebajikan selama hidupnya.

Puasa atau shaum mengajarkan kita untuk menebarkan kebajikan dalam aktivitas hidup kese-harian. Kebajikan ialah kritalisasi dari refleksi seorang hamba terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kebajikan menjadi salah satu landasan  Islam hadir di muka bumi dan  menjadi “rahmat” bagi alam semesta. Karenanya, di dalam perspektif etika sosial, umat Islam merupakan “agent of change” yang harus terus-menerus belajar menjadi “manusia bajik” di tengah-tengah kehidupan sosial. Dengan inilah maka eksistensi diri-nya di lingkungan sekitar memiliki manfaat, dengan perilaku luhur, seperti berzakat, berderma, sedekah, adil, dan membina relasi harmonis dengan sesama.

Dalam menjalankan ibadah puada ada keutamaan yang berlimpah diberikan oleh Allah SWT pada 10 hari pertama bulan Ramadhan. "Seperti diketahui, tidak hanya tubuh saja yang melakukan adaptasi, pada fase 10 hari pertama Ramadhan ini, banyak persoalan yang harus dihadapi dengan pro-ses beradaptasi atau penyesuaian. Siapa yang mampu mele-wati ini? hanya orang yang benar-benar sa-bar dan niat beriba-dahlah yang mampu melewatinya".

10 (sepuluh) hari ke-dua adalah fase maghfiroh (ampunan). Nabi Muham-mad SAW menyampaikan, di 10 hari kedua Ramadhan supaya kita mengejar ampunan dari Allah SWT. Maghfiroh itu diberikan khusus di waktu tersebut demi keselamatan orang yang berpuasa dari dosa-dosa yang telah dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang Allah. Maka, sungguh merugi  mereka yang hingga memasuki sisa waktu terakhir di 10 hari kedua Rama-dhan tidak memiliki keinginan kuat menyambut tawaran ampunan Allah.

Di dalam Surah Ali `Imran: 133 dije-laskan, "dan berse-geralah kamu menuju ampunan (maghfiroh) Tuhanmu."

10 (sepuluh) hari akhir Ramadhan sebagai fase pembe-basan dari api neraka. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi: “Adalah bulan Rama-dhan, awalnya rahmat, pertengahan maghfiroh dan akhirnya pembebasan dari api neraka.” Sepuluh terakhir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannya atau akhirnya. Sepu-luh akhir Ramadhan merupakan pamung-kas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu de-ngan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.  Dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan turunnya Lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penje-lasan dari petunjuk dan pembeda antara yang hak dan yang batil.

Al-Qur’an dan hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan.

Idealisme kebajikan dapat terlihat saat menyaksikan kemiskinan merajalela, di mana ketika itu pula hati nurani terjentik sehingga lahir empati, yang dengan segenap akal dan jiwa, bersungguh-sungguh melakukan upaya pembebasan. Orang yang berpuasa dengan akal dan hati akan memahami kehidupan sebagai kanal melaksanakan amal saleh, berbuat bajik, dan menyebar-kannya agar dapat membahagiakan manusia lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun