Cara tersebut perempuan ingin mendapatkan keadilan dan kejayaan atas dirinya yang menganggap jika dia berhak untuk bahagia. Bayangkan saja, untuk apa hidup dengan orang yang tidak cinta dan bersikap kasar? Bukankah terus-menerus akan menimbulkan penyakit dalam diri dan obatnya bukan dari pihak medis. Artinya, sulit sembuh karena sudah termasuk tabiat.Â
Perempuan saat ini juga, pasti beranggapan buruk tentang perjodohan dengan alasan belum saling kenal lebih jauh dapat menimbulkan kecanggungan. Selain itu, dapat menimbulkan statement "dijodohkan seperti zaman Siti Nurbaya saja." Siapa sih yang tidak tahu cerita Siti Nurbaya yang trending pada zaman Balai Pustaka apalagi selalu identik dengan perjodohan itu menyengsarakan.Â
Ada lagi, seseorang yang lama berpacaran bernotaben sudah kenal lama dapat menimbulkan sesuatu yang tidak sesuai harapan. Sebenarnya perihal menjemput jodoh tergantung pemikiran diri sendiri menyikapi hal tersebut. Tidak ada salahnya seseorang memiliki kriteria jodoh tertentu. Kalau semua kriteria dikabulkan Alhamdulillah, kalau hanya sebagian tetap Alhamdulillah, dan tidak sama sekali ya Alhamdulillah. Masa harus Astagfirullah, kemungkinan sudah ketentuan dari sang pencipta seperti itu.Â
Kesabaran setiap perempuan memiliki intensitas tersendiri. Ada yang sedang menunggu seseorang sehingga dengan cara melalui doa menjadi cara utama. Sang pencipta pun dapat menghadirkan suatu godaan. Perempuan bisa saja mampu melewatinya. Akan tetapi, hasil dari menunggu akankah selalu terbesit kepastian? Tidak ada yang tahu. Oleh karena itu, doa saling menguatkan antar pasangan itu dibutuhkan. Cukup Alina saja yang bertarung melawan suaminya melalui doa, perempuan saat ini kalau bisa jangan ya!
Terakhir, untuk perempuan jika disuruh menjadi Alina kemungkinan mayoritas beranggapan tidak. Ya, cukup Alina dalam cerita fiksi saja yang merasakan sakitnya kehidupan rumah tangga. Perempuan saat ini jangan sampai merasakannya karena kondisi psikologis perempuan sangat dikhawatirkan. Oleh karena itu, untuk laki-laki belajarlah menerima seseorang yang dicintai dengan apa adanya. Jangan menyamakan dia dengan apapun. Rasanya disamakan itu tidak enak dan menimbulkan insecure. Saling berkaca itu dibutuhkan agar mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing. Terkadang dari kekurangan tersebut menjadi suatu kelebihan jika mampu menempatkannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H