Mohon tunggu...
ANNISA SHALSABILLA SUKMA
ANNISA SHALSABILLA SUKMA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN RF sekaligus Wartawan kampus LPM Ukhuwah

Hobi saya menulis artikel dan desain grafis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Let's Get Move On!

24 Juni 2024   21:20 Diperbarui: 24 Juni 2024   21:27 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/Yuu

Samantha, atau yang akrab dipanggil Sam, adalah mahasiswi tahun kedua di sebuah universitas ternama. Dia dikenal sebagai sosok yang ceria dan mudah bergaul. Namun, di balik keceriaannya, Sam menyimpan perasaan yang dalam kepada seorang kakak tingkat bernama Reyhan. Reyhan adalah mahasiswa tahun ketiga yang sangat populer di kampus, bukan hanya karena ketampanannya, tetapi juga karena kecerdasan dan kebaikan hatinya.

Sam pertama kali bertemu Reyhan saat mengikuti kegiatan orientasi mahasiswa baru. Saat itu, Reyhan adalah salah satu panitia yang bertugas. Sikap ramah dan perhatian Reyhan membuat Sam merasa nyaman dan tertarik padanya. Sejak saat itu, Sam selalu mencari cara untuk bisa lebih dekat dengan Reyhan, meski hanya untuk sekedar berbincang.

Waktu berlalu, dan Sam semakin sering bertemu Reyhan, terutama dalam kegiatan-kegiatan organisasi kampus yang mereka ikuti. Sam selalu berusaha untuk terlihat menarik di hadapan Reyhan, baik dengan cara berpakaian yang rapi maupun dengan mengikuti kegiatan yang sama.

Suatu hari, kampus mengadakan acara bakti sosial di sebuah desa terpencil. Sam tahu bahwa Reyhan adalah salah satu koordinator acara tersebut, dan ini adalah kesempatan emas baginya untuk bisa lebih dekat dengan Reyhan. Dengan penuh semangat, Sam mendaftar sebagai salah satu relawan.

Di desa tersebut, Sam bekerja keras, bukan hanya untuk membantu masyarakat, tetapi juga untuk mendapatkan perhatian Reyhan. Usahanya tidak sia-sia, karena Reyhan mulai memperhatikannya. Mereka sering berbincang di sela-sela kesibukan, dan Sam merasa ada harapan untuk perasaannya.

Setelah acara bakti sosial selesai, hubungan Sam dan Reyhan semakin dekat. Mereka sering bertukar pesan dan menghabiskan waktu bersama, baik itu belajar di perpustakaan maupun sekedar minum kopi di kantin kampus. Sam merasa sangat bahagia, dia berpikir bahwa Reyhan juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

Suatu hari, Reyhan mengajak Sam untuk berjalan-jalan di taman kampus. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari pelajaran hingga impian mereka di masa depan. Saat itu, Sam merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

"Reyhan, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan," kata Sam dengan gugup.

"Ada apa, Sam?" Reyhan menatapnya dengan senyum yang hangat.

"Aku... aku suka kamu," ungkap Sam dengan suara bergetar.

Reyhan terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Sam, kamu adalah teman yang sangat baik. Aku sangat menghargai perasaanmu. Tapi... aku sudah punya pacar."

Kata-kata Reyhan bagai petir di siang bolong bagi Sam. Selama ini, dia tidak pernah menyadari bahwa Reyhan sudah memiliki seseorang di hatinya. Rasa sakit dan kecewa menyelimuti hati Sam. Dia mencoba tersenyum meskipun hatinya hancur berkeping-keping.

"Maafkan aku, Sam. Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu," Reyhan berusaha menjelaskan.

"Tidak apa-apa, Reyhan. Aku yang seharusnya meminta maaf karena telah mengganggumu dengan perasaanku," Sam berusaha tegar.

Setelah itu, hubungan mereka tidak lagi sama. Meskipun Reyhan berusaha untuk tetap bersikap seperti biasa, Sam merasa sangat sulit untuk menutupi perasaannya yang terluka. Setiap kali melihat Reyhan, rasa sakit itu kembali menyeruak di hatinya.

Sam menyadari bahwa dia harus move on dari perasaannya terhadap Reyhan. Namun, hal itu tidak mudah. Setiap sudut kampus mengingatkannya pada kenangan bersama Reyhan. Dia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan lebih fokus pada kuliah dan kegiatan lainnya.

Sam mulai sering menghabiskan waktu dengan teman-temannya, mengikuti berbagai kegiatan baru, dan mencoba hobi baru. Namun, bayang-bayang Reyhan masih terus menghantui pikirannya.

Suatu hari, ketika Sam sedang berjalan-jalan di sekitar kampus, dia melihat Reyhan bersama seorang gadis. Gadis itu cantik dan terlihat sangat bahagia bersama Reyhan. Melihat mereka bersama membuat luka di hati Sam terasa semakin dalam.

Sam tidak ingin terus-menerus terjebak dalam perasaan yang menyakitkan ini. Dia tahu bahwa dia harus benar-benar merelakan Reyhan dan melanjutkan hidupnya.

Sam memutuskan untuk mengambil program magang dan pergi selama beberapa bulan. Dia berharap, dengan menjauh dari lingkungan yang mengingatkannya pada Reyhan, dia bisa menyembuhkan luka hatinya dan menemukan kembali semangat hidupnya. Selama magang, Sam bertemu dengan banyak orang baru dan belajar banyak hal. Pengalaman ini membantunya melihat hidup dari perspektif yang berbeda dan menyadari bahwa dunia ini luas dan penuh dengan peluang.

Setelah beberapa bulan, Sam kembali ke kampus dengan perasaan yang lebih kuat dan lebih matang. Dia sudah bisa menerima kenyataan bahwa Reyhan bukanlah untuknya dan bahwa ada banyak hal lain yang bisa dia kejar dalam hidup. Sam memutuskan untuk fokus pada mimpinya menjadi seorang jurnalis. Dia kembali bergabung dengan klub jurnalistik kampus dan mulai menulis artikel-artikel yang menginspirasi banyak orang.

Suatu hari, saat sedang berada di perpustakaan, Sam bertemu dengan Reyhan. Kali ini, dia merasa lebih tenang dan tidak lagi merasakan rasa sakit yang sama seperti dulu.

"Sam, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" sapa Reyhan dengan senyum.

"Aku baik, Reyhan. Bagaimana denganmu?" jawab Sam dengan ramah.

"Aku juga baik. Senang melihatmu kembali," kata Reyhan.

Percakapan mereka berjalan dengan lancar dan tanpa ketegangan. Sam merasa lega karena akhirnya bisa berbicara dengan Reyhan tanpa merasa terluka.

Sam menyadari bahwa meskipun cintanya kepada Reyhan tidak terbalas, dia telah belajar banyak dari pengalaman itu. Dia belajar tentang kekuatan cinta, rasa sakit, dan bagaimana bangkit dari keterpurukan.

Sam memutuskan untuk benar-benar melanjutkan hidupnya dan membuka hati untuk kesempatan baru. Dia percaya bahwa suatu hari nanti, dia akan menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya dan bisa membuatnya bahagia.

Di akhir ceritanya, Sam berdiri di atas panggung pada acara wisuda, memberikan pidato sebagai perwakilan mahasiswa. Dalam pidatonya, dia berbicara tentang pentingnya menerima kenyataan dan terus bergerak maju.

"Dalam hidup, kita sering kali dihadapkan pada kenyataan yang pahit. Namun, bukan berarti kita harus menyerah. Kita harus belajar untuk menerima, memaafkan, dan terus melangkah maju. Karena di setiap akhir, selalu ada awal yang baru. Let's get move on!"

Sam menutup pidatonya dengan senyum lebar, menyadari bahwa dia telah menemukan kekuatan dalam dirinya untuk melanjutkan hidup dan mengejar mimpi-mimpinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun