Reyhan terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Sam, kamu adalah teman yang sangat baik. Aku sangat menghargai perasaanmu. Tapi... aku sudah punya pacar."
Kata-kata Reyhan bagai petir di siang bolong bagi Sam. Selama ini, dia tidak pernah menyadari bahwa Reyhan sudah memiliki seseorang di hatinya. Rasa sakit dan kecewa menyelimuti hati Sam. Dia mencoba tersenyum meskipun hatinya hancur berkeping-keping.
"Maafkan aku, Sam. Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu," Reyhan berusaha menjelaskan.
"Tidak apa-apa, Reyhan. Aku yang seharusnya meminta maaf karena telah mengganggumu dengan perasaanku," Sam berusaha tegar.
Setelah itu, hubungan mereka tidak lagi sama. Meskipun Reyhan berusaha untuk tetap bersikap seperti biasa, Sam merasa sangat sulit untuk menutupi perasaannya yang terluka. Setiap kali melihat Reyhan, rasa sakit itu kembali menyeruak di hatinya.
Sam menyadari bahwa dia harus move on dari perasaannya terhadap Reyhan. Namun, hal itu tidak mudah. Setiap sudut kampus mengingatkannya pada kenangan bersama Reyhan. Dia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan lebih fokus pada kuliah dan kegiatan lainnya.
Sam mulai sering menghabiskan waktu dengan teman-temannya, mengikuti berbagai kegiatan baru, dan mencoba hobi baru. Namun, bayang-bayang Reyhan masih terus menghantui pikirannya.
Suatu hari, ketika Sam sedang berjalan-jalan di sekitar kampus, dia melihat Reyhan bersama seorang gadis. Gadis itu cantik dan terlihat sangat bahagia bersama Reyhan. Melihat mereka bersama membuat luka di hati Sam terasa semakin dalam.
Sam tidak ingin terus-menerus terjebak dalam perasaan yang menyakitkan ini. Dia tahu bahwa dia harus benar-benar merelakan Reyhan dan melanjutkan hidupnya.
Sam memutuskan untuk mengambil program magang dan pergi selama beberapa bulan. Dia berharap, dengan menjauh dari lingkungan yang mengingatkannya pada Reyhan, dia bisa menyembuhkan luka hatinya dan menemukan kembali semangat hidupnya. Selama magang, Sam bertemu dengan banyak orang baru dan belajar banyak hal. Pengalaman ini membantunya melihat hidup dari perspektif yang berbeda dan menyadari bahwa dunia ini luas dan penuh dengan peluang.
Setelah beberapa bulan, Sam kembali ke kampus dengan perasaan yang lebih kuat dan lebih matang. Dia sudah bisa menerima kenyataan bahwa Reyhan bukanlah untuknya dan bahwa ada banyak hal lain yang bisa dia kejar dalam hidup. Sam memutuskan untuk fokus pada mimpinya menjadi seorang jurnalis. Dia kembali bergabung dengan klub jurnalistik kampus dan mulai menulis artikel-artikel yang menginspirasi banyak orang.