Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mahalnya Loyalitas Saat Melawan Penjajah Belanda dalam Film "November 1828"

1 April 2024   11:10 Diperbarui: 1 April 2024   11:36 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga pejuang pun turut ditawan Belanda saat Perang Jawa (Ilustrasi 3: RumahNegeriku.com)


Bagi penggemar film nasional, nama besar Teguh Karya adalah jaminan mutu. Tak heran, film 'November 1828' produksi tahun 1979 yang disutradarainya berhasil  memenangkan tujuh penghargaan pada Festival Film Indonesia 1979, termasuk untuk Film Terbaik.

Sebelum menonton November 1828, saya mengira film perang itu identik dengan adegan dar-der-dor sebagaimana layaknya suasana perang. Namun, Teguh Karya dengan tangan dinginnya sukses menggali sisi psikologis karakter dalam film yang berlatar belakang Perang Diponegoro (1825-1830) tanpa kehilangan makna heroiknya.

Jelas, emosi penonton pun akan dibuat gemas, geram, dan juga galau dengan dua tokoh utama film yaitu dua orang (Indo) Belanda, Kapiten van der Borst (Slamet Rahardjo-dengan make up yang meyakinkan sehingga sangat mirip bule) dan Letnan van Aken (El Manik). Kedua aktor watak tersebut bersaing ketat dalam mencari tempat persembunyian Sentot Prawirodirjo alias panglima perang dari Pangeran Diponegoro agar mereka dapat kenaikan pangkat.

Perang Diponegoro yang epik dan heroik menjadi latar belakang film 'November 1828'  (Ilustrasi 2: Indonesian Film Center)
Perang Diponegoro yang epik dan heroik menjadi latar belakang film 'November 1828'  (Ilustrasi 2: Indonesian Film Center)

Di sinilah, penonton mendapati perbedaan kedua tokoh itu dapat mencapai tujuannya. Sejumlah warga desa yang rela menjadi pengkhianat bangsa (demi harta) pun dapat ditemui dalam film drama epik yang menelan biaya hingga Rp. 240 juta tersebut atau termasuk yang termahal di kala itu.

Jika Anda sedang mencari film lokal bertema perjuangan dalam melawan kolonialisme, maka film November 1828 ini layak jadi top list. Film ini pun semakin relevan dengan kondisi kekinian yaitu saat kesetiaan diuji dengan godaan.

Budaya 'ABS' Ada di Setiap Masa

Kalau kita berpikir bahwa budaya menjilat berupa 'ABS (Asal Boss Senang)' itu hanya milik masyarakat milenial, ternyata ABS pun telah lama hadir sejak era kolonial. Tokoh pengkhianat yang gila tahta yaitu demang atau kepala desa bernama Jayangwirono (Rachmat Hidayat) tega membuat warga desanya yang bernama Kromoludiro (Maruli Sitompul) hingga disiksa dan bahkan istri serta anaknya yang masih bayi  sampai disandera oleh prajurit van der Bost karena Kromoludiro enggan buka mulut tentang lokasi rahasia markas Sentot berada.

Baik van der Bost maupun van Aken yang tidak murni berdarah londho  sama-sama mencari pengakuan dari atasan mereka agar dianggap sejajar dengan perwira militer yang asli Belanda. Perang Diponegoro memang tercatat sebagai bentuk perlawanan tersengit dari rakyat Pulau Jawa di zaman penjajahan Belanda sehingga jika anggota militer kompeni dapat menangkap para pemimpin Jawa saat itu, maka naik jabatan pun di depan mata.

Keluarga pejuang pun turut ditawan Belanda saat Perang Jawa (Ilustrasi 3: RumahNegeriku.com)
Keluarga pejuang pun turut ditawan Belanda saat Perang Jawa (Ilustrasi 3: RumahNegeriku.com)

Meskipun van der Bost dan van Aken memiliki pendekatan yang berbeda dalam mencari informasi tentang keberadaan para pemimpin Perang Diponegoro di desa kecil bernama Sambiroto pada November 1828 itu, toh keduanya berjuang demi kejayaaan (dan juga kekayaan) dirinya, bukan bangsanya. Hal itu juga banyak terjadi kini, bahkan 194 tahun setelah Perang Diponegoro berakhir, miris ya melihatnya?

Film Teguh Karya yang Legendaris

Selain akting ciamik para aktornya, sehingga El Manik menjadi Pemeran Pendukung Terbaik dalam FFI 1979, pemilihan kostum dan suasana desa di tahun 1828 itu memang mendekati aslinya sehingga membuat penonton seolah kembali ke zaman Belanda masih menjajah Indonesia.  Teguh Karya (1937-2001) pun rela terbang jauh hingga negeri Tulip, sebelum film diproduksi, untuk menggali data dan informasi dari sejumlah museum, termasuk detil seragam para pasukan kompeni dahulu.

Gaya berpakaian rakyat Jawa di kala Perang Diponegoro yang juga dikenal sebagai De Java Oorlog atau The Java War pun sangat sesuai berupa baju batik lurik untuk pria dan kain kemben warna gelap untuk parapuan. Bagi saya, bahkan hingga kini belum ada lagi film perjuangan melawan Belanda yang kostum dan setting-nya sedetil dan semirip seperti November 1828.

Seragam pasukan kompeni dibuat semirip mungkin dengan aslinya  oleh  Teguh Karya (Ilustrasi 4: Fimela)
Seragam pasukan kompeni dibuat semirip mungkin dengan aslinya  oleh  Teguh Karya (Ilustrasi 4: Fimela)

Uniknya lagi, di film berdurasi 142 menit ini, sosok Pangeran Diponegoro memang tak "dipaksa" muncul secara fisik, namun penonton tetap bisa merasakan seolah-olah dirinya ada. Ini adalah bukti kejeniusan sang maestro Teguh Karya sebagai sutradara.

Aktor Muda pun Turut Naik Karirnya

Film November 1828 tak hanya bersinar oleh deretan nama besar aktor senior, namun film ini juga mampu melambungkan karir para aktor pemula. Mereka antara lain  Jenny Rachman (pemeran Laras) dan aktor Herman Felani serta aktris sekaligus penari yaitu Nungki  Kusumastuti yang memulai peran debut mereka di layar lebar dalam film November 1828 tersebut.

Dikutip dari Kompas.com, Jenny Rachman mengungkapkan, 

"Peran saya kecil di November 1828, tapi sangat berkesan dan berarti. Meski tidak mendapat piala Citra tapi saya mendapat nominasi." 

Baginya,  film ini adalah salah satu film terbaik yang pernah dia perankan.

Film 'November 1828' dibintangi sejumlah aktor besar maupun pemula (Ilustrasi: Indonesian Film Center)
Film 'November 1828' dibintangi sejumlah aktor besar maupun pemula (Ilustrasi: Indonesian Film Center)

Di luar para pemeran utama dan pendukung yang aktingnya jelas dituntut serius, kehadiran pemeran dua pasukan pribumi Belanda, yaitu Kopral Dirun dan Kopral Tukijo yang kocak dengan logat Jawa mereka boleh dibilang dapat menghadirkan suasana kocak, namun dengan tetap menyisipkan kritikan sosial dan sentilan tajam bagi para pengkhianat bangsa. 

Di ujung film, saat keduanya tidak ditangkap oleh pasukan Sentot dan dibiarkan pergi begitu saja, keduanya berkomentar satir, 

"Kita itu sudah dianggap tidak ada. Mati boleh, hidup juga boleh. Ya begitulah, nasibnya (orang) yang tidak punya bangsa." Makjleeb banget!



Maka, segeralah menonton film November 1828 ini saat liburan Idul Fitri nanti bersama keluarga tercinta. Harapannya, semangat nasionalisme, bela negara, persatuan, loyalitas, dan religius serta spiritual dalam melawan kezaliman penjajahan yang disampaikan lewat rangkaian adegan film yang konteks ceritanya  terap relevan sepanjang zaman akan selalu diingat oleh generasi penerus. Selamat Hari Film Nasional. Jayalah film Indonesia.

Judul Film: November 1828

Genre: Drama, action

Pemeran: Slamet Rahardjo, El Manik, Rachmat Hidayat, Jenny Rachman, Maruli Sitompul, Sardono W. Kusumo, Sunarti Rendra, Soerip

Sutradara dan Penulis Skenario: Teguh Karya

Produser: Nyoo Han Siang, Ronald Lolang, Hendrik G. Gozali

Durasi: 142 menit

Tahun Rilis: 1979

Negara: Indonesia

Bahasa: Indonesia

Penghargaan:

- Festival Film Indonesia 1979

1. Film Terbaik

2. Sutradara Terbaik: Teguh Karya

3.  Pemeran Pendukung Pria Terbaik: El Manik

4. Sinematografi Terbaik: Tantra Surjadi

5. Tata Artistik Terbaik: Benny Benhardi

6. Tata Suara Terbaik: Suparman Sidik

7. Tata Musik Terbaik : Franki Raden, Sardono W. Kusumo, Slamet Rahardjo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun