Masih di tahun 2017, blogtrip di kebun teh Malabar, Lembang Jawa Barat begitu berkesan bagi saya karena di sanalah, Kompasianer meliput sekaligus merayakan hari kemerdekaan ke-72 RI. Setelah upacara bendera, Kompasianer lalu meliput acara bakti sosial ke para veteran perang yang kerapkali kita temui dengan nasib mengenaskan di masa tuanya setelah berjuang untuk Indonesia di masa mudanya.
Selama blogtrip di Lembang ini, saya pun bersama Mbak Nindy Prismahita dari tim admin, Mbak Ira Lathief yang kondang sebagai travel blogger, dan Mas Andrie Mastiyanto dari KOMiK. Mbak Dewi Puspa dari KOMiK dan Mbak Muthiah dari CLICKompasiana juga turut hadir di Lembang sehingga suasana pun terasa lebih akrab.Â
Artikel terkait:Â Segarnya Kemerdekaan dengan Kerja Bersama BUMN dan Warga
Edukasi via Buku tentang Sinema Indonesia dari KOMiK dan Ladiesiana
Selama pandemi dari tahun 2020 hingga 2022, tentu saja mayoritas kegiatan Kompasiana adalah daring (online) sehingga blogtrip pun terhenti dulu. Sisi positifnya, saya jadi lebih sering menulis artikel blog sejak hadirnya WFH.
Syukur Alhamdhulillah, dua komunitas di Kompasiana yang saya ikuti yaitu KOMiK dan Ladiesiana (Komunitas Kompasianer Perempuan) tetap aktif sewaktu pandemi sehingga artikel saya tentang sinema Indonesia pun berhasil ikut dibukukan. Keduanya menerbitkan buku kompilasi berisi karya sejumlah Kompasianer dari artikel film yang bertemakan kemerdekaan dan peran perempuan dalam perfilman nasional selama ini.
Artikel terkait:Â Buku Kompilasi Karya Komiker "Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema" Sudah Bisa Dipesan
Tema film kemerdekaan yang digagas oleh KOMiK sebagai bahan penulisan blog memotivasi saya untuk menonton film hitam karya sutradara legendaris, Usmar Ismail pada tahun 1951, "Enam Djam di Djogja."Â
Siapa sangka, baru enam tahun merdeka sejak tahun 1945, para Kompasianer pun akhirnya jadi mengetahui bahwa Indonesia telah memiliki film yang kualitasnya boleh diadu dengan film-film klasik dari Hollywood dari era yang sama.