Positifnya, blogger jelas harus menambah keahlian menulis mereka dengan kemampuan dasar multimedia via sejumlah aplikasi.
Di sisi lain, umumnya blogger itu memang lebih kuat sisi menulisnya (writing skill) daripada kemampuan desainnya. Jadi, kalau ada blogger plus desainer grafis, wah itu boleh dibilang sangat langka jumlahnya dan berharga skill-nya sehingga pasti mahal bayarannya hahaha...
Jalan tengahnya yang saya lihat selama ini, fokus pada satu topik tertentu untuk artikel blog lebih mendukung seorang blogger untuk memiliki ciri khasnya (branding) tersendiri.Â
Kalau sudah begitu, nama blogger tersebut langsung akan teringat (top of mind) ketika baik klien maupun pembaca umum mengetikkan kata kunci di Google saat mencari informasi spesifik.
Menulis organik vs konten sponsor
Jujur, saya pribadi lebih senang membaca blog yang sudah memiliki niche khusus sehingga akan lebih mudah dalam memahami isi artikelnya yang bersifat organik.Â
Namun, saat seorang blogger lebih memilih segala macam topik di blognya atau blog 'gado-gado', tentu saja itu adalah hak pribadi untuk dihormati.
Blogger jelas harus bersikap idealis sekaligus realistis ketika menerima tawaran konten sponsor yang berbayar (sponsored contents) dari para klien.
 Beberapa Kompasianer senior mengungkapkan pada saya secara pribadi, mereka lebih memilih untuk mempertahankan reputasi baik sebagai blogger daripada menulis tentang sesuatu produk atau jasa (service) yang mereka masih asing alias tak yakin tentang kualitasnya sehingga reviewnya nanti malah membuat blunder untuk citra sang blogger.
Saya sampai menyesal setelah mengetahui lomba blog pribadi yang saya ikuti dan bahkan menjadi juara harapan, ternyata diadakan oleh perusahaan yang merusak hutan tropis di Indonesia selama bertahun-tahun, hiks!Â
Sejak saat itu, saya rutin memeriksa detil profil penyelenggara lomba blog agar tak ada penyesalan di kemudian hari. Â